LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa madya adalah periode transisi dan jembatan antara dua generasi, yaitu generasi muda dan generasi yang lebih tua. Usia madya merupakan masa usia antara 40-60 tahun. Bagi kebanyakan orang, usia madya merupakan masa dengan dua hal yang berbeda, yaitu usia madya dipandang sebagai usia yang terbaik dalam hidup, tetapi juga merupakan masa munculnya kesadaran akan kematian dan banyaknya waktu yang telah berlalu Craig, 1986. Usia madya merupakan saat untuk melihat masa lalu dan masa yang akan datang. Masa ini menjadi saat bagi seseorang untuk mengevaluasi tujuan dan harapan serta menentukan bagaimana cara terbaik dalam menjalani sisa waktu dalam kehidupan mereka Papalia, 2003. Banyak individu yang berusia 50 tahun menganggap bahwa masa tersebut merupakan masa yang penting dalam kehidupan mereka. Masa ini ditandai dengan adanya kemandirian, rasa aman dalam suatu hubungan, kebebasan, penghasilan dan status sosial yang tinggi serta kepercayaan diri Frank dalam Dacey Travers, 2002. Usia madya juga merupakan saat-saat yang sibuk, dan terkadang disertai dengan stress. Masa ini ditandai dengan beragam dan meningkatnya tanggungjawab, bertambahnya peran yang harus dijalani, seperti menjalankan rumah tangga, pekerjaan, melepaskan anak- anak, menjaga dan merawat orangtua Universitas Sumatera Utara atau memulai karir yang baru serta melakukan penyesuaian terhadap perubahan- perubahan yang terjadi dalam kehidupan Hurlock, 1990. Perubahan yang dialami individu pada usia dewasa madya salah satunya adalah perubahan seksual, yaitu andropouse yang dialami oleh pria dan menopause pada wanita. Menopause merupakan suatu fase alamiah dimana berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi pada wanita. Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 45 tahun sampai 55 tahun, dan seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila siklus menstruasinya telah berhenti selama 12 bulan Kasdu, 2003. Spencer Brown 2007 mengartikan menopause sebagai suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium indung telur. Proses menuju menopause dimulai dengan perlambatan fungsi indung telur, lima tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Terdapat juga perubahan-perubahan fisik dan emosi beberapa tahun setelah haid terakhir. Selama masa ini, terjadi perubahan dalam keseimbangan hormon, ditandai dengan pengurangan jumlah estrogen yang diproduksi indung telur, sehingga haid menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Saat seseorang memasuki masa menopause, kadar estrogennya akan turun hingga kira-kira 80. Selain itu saat menstruasi seseorang berhenti, tingkat progesterone juga menurun. Perubahan hormon estrogen dan progesteron tersebut memberikan pengaruh pada organ tubuh wanita pada umumnya, dan biasanya hal Universitas Sumatera Utara tersebut diikuti dengan berbagai perubahan kondisi fisik maupun psikologis wanita yang mengalaminya Kasdu, 2003. Data BPS dalam Proyeksi Penduduk, 2008 menunjukkan bahwa 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa menopause per tahunnya, dan 68 dari jumlah tersebut mengalami gejala-gejala menopause. Beberapa perubahan atau gejala fisik yang dialami oleh seseorang yang memasuki masa menopause diantaranya adalah rasa panas hot flashes yang timbul pada saat seseorang masih menstruasi sampai menstruasi benar-benar berhenti. Munculnya gejolak rasa panas ini sering diawali pada daerah dada, leher, wajah dan beberapa daerah tubuh yang lain. Mustopo 2005 mengatakan bahwa 85 wanita mengalami gejolak rasa panas tersebut saat menopause. Selain itu kekeringan vagina yang dialami akibat kekurangan hormon estrogen, dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman saat berhubungan seksual dalam Zainuddin, 2005. Kekurangan hormon estrogen juga menyebabkan perubahan pada kulit, seperti munculnya kerutan dan terkadang disertai dengan jerawat, selain itu badan juga menjadi lebih gemuk dari biasanya Mustopo, 2005. Hal ini dapat mengurangi kecantikan seorang wanita, sehingga wanita merasa kurang percaya diri dalam Retnowati, 2005. Seseorang yang mengalami menopause juga sering berkeringat di malam hari, sulit tidur, perubahan kesehatan mulut, kerapuhan tulang osteoporosis, serta penyakit-penyakit jangka panjang lainnya seperti penyakit jantung dan pembuluh darah. Konsekuensi kesehatan yang terjadi pada menopause disebabkan oleh berkurangnya produksi estrogen dan disertai dengan menurunnya daya tahan Universitas Sumatera Utara tubuh seseorang. Level estrogen yang menurun selama menopause, serta terjadinya proses penuaan alami, membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit Mustopo, 2005. Seperti yang tercatat pada tahun 2000, dimana penyakit jantung menduduki urutan pertama penyebab kematian wanita menopause di Amerika Serikat, dan tempat kedua diduduki oleh stroke dalam Kuncoro, 2004. Perubahan fisik yang terjadi ketika menopause disertai juga dengan beberapa gejala psikologis yang menonjol, seperti stress, frustasi dan adanya penolakan terhadap menopause Papalia, 2003. Namun, tidak semua orang yang mengalami menopause merasakan hal tersebut. Beberapa wanita menganggap menopause sebagai hal yang biasa dalam hidupnya. Mereka menganggap bahwa setelah masa reproduksi berakhir, mereka tidak akan direpotkan lagi dengan haid yang datang rutin setiap bulan sehingga tidak mengganggu aktivitas mereka, terutama aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan, misalnya ibadah shalat bagi wanita yang beragama Islam. Ibrahim 2002 juga mengungkapkan bahwa beberapa wanita justru menemukan kesenangan pada masa menopause, salah satunya dengan memperkuat benteng agama. Wanita juga menunjukkan perhatian yang lebih pada masalah agama dan kehidupan setelah kematian. Mereka menjalankan berbagai kewajiban beribadah, mendatangi ahli agama untuk mendapatkan bimbingan, nasihat dan penyuluhan rohani. Penelitian yang dilakukan oleh Mathews dalam Dacey Travers, 2002 juga menyatakan bahwa wanita-wanita di Israel, baik yang berasal dari budaya tradisional maupun dari budaya modern tidak menunjukkan penolakan terhadap Universitas Sumatera Utara menopause. Mereka memandang menopause sebagai masa perpaduan antara integrasi, keseimbangan, kebebasan, dan kepercayaan diri. Gejala-gejala lain yang muncul saat menopause adalah perasaan menurunnya harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang menurun dalam Zainuddin, 2005. Dacey Travers 2002 juga menyatakan bahwa seseorang yang mengalami menopause sering sulit berkonsentrasi, sering lupa, kesepian, suasana hati tidak menentu, dan sering merasa cemas. Kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan munculnya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran, dimana perasaan ini berhubungan dengan aspek-aspek subjektif dan emosi yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan, dimana akibatnya dapat diketahui secara langsung dalam bentuk fisiologis Calhoun dan Acocella,1995. Budimoeljono 2004 menyatakan bahwa kecemasan biasanya diikuti dengan meningkatnya rangsangan pada tubuh, seperti jantung berdebar-debar atau keringat dingin. Kecemasan yang dialami seseorang pada saat menopause erat hubungannya dengan proses menopause itu sendiri, dimana kadar estrogen yang mulai menurun dapat menimbulkan kecemasan Nugroho, 2002. Mustopo 2005 juga menyatakan bahwa kesehatan, pikiran dan ketenangan dipengaruhi oleh hormon estrogen. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause mereka berubah menjadi pencemas. Kecemasan yang dialami selama menopause Universitas Sumatera Utara tidak hanya disebabkan oleh proses dari menopause saja, tetapi juga karena adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul menyertai berakhirnya masa reproduksinya Kasdu, 2003. Seseorang yang cemas dalam menjalani menopause, pada umumnya tidak mendapat informasi yang benar tentang menopause sehingga yang dibayangkannya adalah efek negatif yang akan dialaminya setelah memasuki masa menopause. Salah satunya adalah mereka cemas dengan berakhirnya reproduksi, apalagi mereka menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya akan memudar. Seiring dengan itu, vitalitas dan fungsi organnya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaan dirinya sebagai wanita. Keadaan ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungannya dengan suami ataupun keluarga Kasdu, 2002. Rasa takut akan hilangnya kemudaan dan kecantikan dapat mengakibatkan adanya penolakan terhadap pasangan, pekerjaan serta lingkungan sosial Gunadarsa, 1991. Banyak wanita yang takut tidak diperhatikan lagi, sehingga secara sadar atau tidak, sebagian dari mereka yang mengalami menopause berubah menjadi cerewet agar bisa menarik perhatian dari keluarga. Mereka menjadi lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya dalam Zainuddin, 2005. Hal senada dikemukakan oleh Kartono 1981, bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang ditandai dengan emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung Universitas Sumatera Utara dan marah, serta sering berada dalam keadaan gelisah. Papalia 2003 juga mengemukakan bahwa gejala-gejala psikologis yang dominan muncul pada saat menopause adalah cepat marah dan gampang tersinggung. Seseorang yang mengalami menopause juga cemas akan keadaan atau kondisi tubuhnya seperti pegal-pegal, cepat letih, jantung berdebar-debar, nyeri sendi, sakit kepala, dan tidak nyaman saat buang air kecil. Selain itu kecemasan yang dialami seseorang berhubungan dengan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada dirinya. Munculnya gejala-gejala atau perubahan fisik saat menopause dapat mengacaukan emosi, dan penurunan kadar estrogen dapat menjadi penyebab yang mempengaruhi suasana hati dan ketenangan secara tidak langsung Spencer Brown, 2007. Gejala-gejala fisik yang terjadi selama menopause seperti perubahan tekstur kulit, badan menjadi lebih gemuk, dan payudara yang menurun, dapat membuat wanita kurang percaya diri sehingga takut kecantikannya akan menurun serta khawatir suami tidak akan lagi tertarik padanya dalam Kuncoro, 2004. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh salah satu wanita yang telah menopause pada tanggal 18 November 2008 berikut ini : “ Ya cemas la pasti, apalagi saya sendiri menyadari semenjak menopause ini berat saya nambah, lebih gemukan dari sebelumnya. Takut kalau-kalau suami tidak tertarik lagi” Fe, dalam komunikasi personal pada tanggal 18 November 2008. Perubahan pada lapisan dinding vagina sering membuat wanita merasa tidak bisa melakukan hubungan seks lagi, dan membuatnya cemas karena tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suaminya. Reitz 1993 menyatakan bahwa banyak pria yang berusia 45-55 tahun berada pada puncak karir dan banyak Universitas Sumatera Utara wanita merasa tidak diperdulikan oleh suaminya. Sejalan dengan hal itu mereka sering merasakan kecemburuan yang tinggi terhadap suaminya, serta khawatir bahwa dengan keberhasilan yang diraih, suami menginginkan seorang wanita yang lebih muda dan menarik. Ibrahim 2002 juga mengemukakan bahwa wanita yang mengalami menopause juga merasa sangat minder yang disebabkan oleh perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama menopause, dan rasa minder tersebut disertai dengan berbagai kecemasan dan keresahan. Selain itu Reitz 1993 menyatakan bahwa banyak wanita menopause menggunakan obat-obatan penenang untuk menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran dalam dirinya. Akibat dari fisik yang tidak nyaman dan kecemasan yang terjadi pada masa menopause dapat menimbulkan ketegangan dan konflik batin serta gangguan-gangguan emosional yang menjadi alasan bagi timbulnya kesehatan mental yang kurang baik Kartono, 1989. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rostiana 2004 menunjukkan bahwa kecemasan yang dirasakan oleh wanita menopause mengakibatkan dirinya sulit untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu, kesulitan dalam membuat keputusan, sering mnegalami sulit tidur serta munculnya perasaan-perasaan seperti rasa gugup dan panik. Kecemasan yang dialami seseorang selama menopause dipengaruhi oleh sikap orang tersebut terhadap menopause, dimana menopause sering dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan bagi wanita Dacey Travers, 2002. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran seseorang bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi. Padahal, masa menopause Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, dan kecemasan yang mereka alami dapat menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini Kasdu, 2002. Agar dapat menjalani menopause dengan baik, diperlukan kemauan diri untuk memandang hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian peristiwa yang dialami. Apabila seseorang dapat berpikir secara positif, maka mereka dapat melalui masa menopause dengan mudah. Namun sebaliknya, apabila orang tersebut berpikir negatif tentang menopause, maka keluhan-keluhan yang muncul akan semakin memberatkan hidupnya. Oleh karena itu penting bagi seseorang untuk berpikir secara positif bahwa menopause merupakan sesuatu yang sifatnya alami, sama halnya seperti fase kehidupan yang lain. Sikap positif tersebut dapat muncul apabila ada bantuan dari orang-orang disekitarnya Kasdu, 2002. Selain itu beberapa penelitian menyatakan bahwa perasaan-perasaan negatif yang dialami seseorang selama menopause berhubungan dengan rendahnya dukungan yang diperoleh dalam hidupnya Dacey Travers, 2002. Bantuan, perhatian, atau kenyamanan yang dirasakan seseorang yang diterimanya dari orang lain disebut dengan dukungan sosial Cobb,dkk dalam Sarafino, 1998. Dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, dan kepedulian dari orang- orang yang dapat diandalkan, menyayangi dan menghargai kita Sarason, 1983. Dukungan sosial merupakan berbagai macam dukungan yang diterima oleh seseorang dari orang lain, dapat berupa dukungan emosional, dukungan Universitas Sumatera Utara penghargaan atau harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi atau dukungan dari kelompok. Adanya dukungan sosial merupakan hal yang sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan individu Sarafino, 2002. Reitz 1993 mengemukakan bahwa salah satu cara terbaik untuk mengatasi kecemasan saat menopause adalah dengan berbagi dan membicarakannya dengan orang-orang disekelilingnya, karena dengan menceritakannya akan membuat orang tersebut lebih mudah dalam menerima menopause. Kasdu 2002 juga menyatakan bahwa seseorang yang menjalani masa menopause juga membutuhkan dukungan dalam bentuk informasi, seperti pemahaman dan informasi yang benar tentang menopause, karena dengan pengetahuan dan informasi yang benar akan membantu mereka dalam memahami dan mempersiapkan dirinya untuk menjalani menopause dengan baik. Adanya pemahaman bagaimana menopause dapat mempengaruhi dirinya, dapat membantu seseorang dalam mengatasi perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi. Selain itu pengetahuan yang dimiliki seseorang juga dapat mempengaruhi sikapnya terhadap menopause. Spencer Brown 2007 mengemukakan bahwa dengan tetap mempertahankan kehidupan sosial yang aktif, akan membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan emosi dan perasaan dalam menjalani menopause. Selain itu, hal yang dibutuhkan oleh seseorang yang mengalami menopause adalah pengertian dan dukungan dari keluarga dan lingkungan. Kasdu 2002 juga menyatakan bahwa banyak wanita dapat memahami gejala-gejala menopause dan Universitas Sumatera Utara menjalaninya dengan bantuan dan dukungan dari orang-orang disekitarnya, seperti teman, keluarga dan khususnya suami. Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani menopause. Suami yang perduli dan perhatian serta dapat diajak berbagi, akan sangat membantu seseorang dalam menjalani masa menopausenya. Perhatian yang diperoleh akan membuatnya merasa berharga dan dicintai oleh pasangannya. Hurlock 1990 juga menyatakan bahwa pada masa ini, terdapat perubahan hubungan dari hubungan yang berpusat pada keluarga family centred relationship menjadi hubungan yang berpusat pada pasangan pair cntred relationship, dimana hal ini menunjukkan bahwa peran pasangan sangat penting artinya dalam kehidupan. Komunikasi dan keterbukaan diantara keduanya dapat membantu seseorang menjalani menopausenya dengan lebih baik. Hal ini dapat terjadi apabila permasalahan yang muncul saat menopause dibicarakan secara bersama- sama dan dicari solusinya. Retnowati 2002 mengungkapkan bahwa keberadaan, dukungan dan perhatian dari suami dapat membuat seorang wanita menopause merasa dicintai dan dihargai. Kasdu 2002 juga menyatakan bahwa peran positif dari suami akan membuat seorang wanita berpikir bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan pada wanita menopause. Universitas Sumatera Utara

B. PERUMUSAN MASALAH