dilakukan pemerintah melalui program KB Keluarga Berencana yang dimulai pada awal tahun 1970-an.
Bila dilihat dari aspek kependudukan, Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar bagi pembangunan. Jumlah penduduk yang relatif besar
merupakan sumber tenaga kerja sekaligus pasar. Namun, jumlah tenaga kerja yang besar tersebut tidak diikuti dengan tingkat pendidikan yang memadai, dalam
konteks pembangunan yang rendah, membimbing masyarakat dari kemampuan berpikir. Keadaan ini berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam
bekerja atau berproduksi guna memenuhi hidupnya dalam keluarganya. Bila sifat kegiatan produksinya subsistence, maka balas jasa yang diperoleh oleh sebagian
besar tenaga kerja Indonesia tidak begitu besar, sehingga kemampuannya dalam berkonsumsi pun sangat terbatas.
4.2 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia
Krisis moneter yang menimpa perekonomian Indonesia sudah berlangsung selama beberapa tahun. Sudah banyak kebijakan ekonomi dan moneter yang
diterapkan pemerintah sampai dengan tahun 2000 untuk memperbaiki perekonomian nasional. Namun, meskipun demikian tetap saja hasil yang dicapai
masih jauh dari harapan. Tanda-tanda pemulihan perekonomian nasional menuju ke arah yang lebih baik mulai tampak di tahun 1999 dan berlanjut ke tahun 2000,
meskipun sebelumnya pada tahun 1997-1998 terjadi krisis ekonomi yang parah. Jika melihat gambaran perekonomian Indonesia mulai dari demokrasi
liberal dan terpimpin pada era Orde Lama kemudian masuk pada era Orde Baru di mana mulai menunjukan hasil yang baik dengan mengutamakan stabilitas
ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah
Universitas Sumatera Utara
berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Kebijakan ekonominya diarahkan pada
pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola
umum pembangunan jangka panjang 25-30 tahun secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita Pembangunan Lima Tahun. Hasilnya, pada tahun 1984
Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan
angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pada masa reformasi, perekonomian lebih diprioritaskan dalam pemulihan
dari krisis moneter 19971998 yang terjadi saat itu, yang menjatuhkan perekonomian nasional. Salah satunya yaitu dengan kebijakan privatisasi BUMN.
Privatisasi adalah menjual perusahaan negara dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan
mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena
BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. Pemulihan perekonomian terus dilanjutkan hingga saat ini di mana untuk
mencapai tujuan pembangunan ekonomi nasional di segala bidang. Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur masal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk
memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi
asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Dalam menuju pembangunan ekonomi nasional, justru perekonomian
Indonesia kembali di uji oleh apa yang disebut krisis ekonomi global. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat telah membawa dampak bagi stabilitas
perekonomian dunia. Krisis tersebut berawal dari pemberian kredit yang sangat ekspansif sub prime mortgage, sehingga menyebabkan lembaga keuangan dan
penjamin simpanan mengalami kerugian. Keadaan tersebut memicu hilangnya kepercayaan kepada lembaga keuangan dan pasar keuangan. Keterikatan sistem
keuangan dengan pasar keuangan global pada akhirnya membawa dampak krisis tersebut bagi perekonomian dunia.
4.3 Kedudukan Perbankan Dalam Sistem Perekonomian di Indonesia