2.1.6 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat sebagai pengguna jasa bank maupun
Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang keuangan dan perbankan membawa perubahan yang cukup
berpengaruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan bank. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjalankan funsi-fungsinya dengan baik. Sama seperti manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai
kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat
yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat sebagai pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup
mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat memebantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat mendukung
evektivitas kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik, kepada masyarakat serta
bermanfaat bagi perekonominan secara keseluruhan. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai
modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan
keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta
Universitas Sumatera Utara
memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai kebutuhan dan aturan
yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketetentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
Penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank yang bersangkutan dalam kondisi
yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk
bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan
oleh Bank Indonesia. Setiap bank diharuskan untuk membuat laporan baik yang bersifat rutin atau secara berkala tentang seluruh aktivitasnya dalam suatu periode
tertentu. Penilaian kesehatan bank ini dilakukan setiap tahun untuk mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatan bank.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank.
Berdasarkan pasal 29 UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 Tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas dan sensitivitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian. Dalam perkembangannya Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan
yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas
Universitas Sumatera Utara
suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai standard yang berlaku. Peraturan itu dimulai dari Undang-Undang No.7 Tahun
1992 tentang perbankan yang menyebutkan beberapa ketentuan adalah sebagai berikut :
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
2. Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank. 3.
Bank wajib memlihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan wajib melakukan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Kemudian peraturan di atas diperlengkap dengan peraturan Bank
Indonesia No.10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan suatu bank didasarkan atas :
1. Faktor Permodalan
2. Faktor Kualitas Aktiva
3. Faktor Manajemen dengan Penekanan pada Manajemen Umum dan
Manajemen Resiko. 4.
Faktor Rentabilitas 5.
Faktor Likuiditas 6.
Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di atas mengenai alat ukur penilaian tingkat kesehatan perbankan mencakup penilaian
faktor CAMEL atau sering disebut Analisis CAMEL yakni : 1.
Aspek Permodalan Capital Aspek yang pertama adalah aspek permodalan suatu bank. Dalam aspek
ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilain tersebut didasarkan
kepada CAR Capital Adequacy Ratio yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
Ketentuan pencapaian CAR yang ditetapkan pemerintah memerlukan waktu, sehingga pemerintahpun memberikan waktu sesuai dengan ketentuan. Apabila
sampai waktu yang telah ditentukan, target CAR tidak tercapai, maka bank yang bersangkutan akan dikenai sanksi.
2. Aspek Kualitas Aset Asset
Aspek yang kedua adalah mengukur kualitas aspek bank. Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki bank.
Penilaian aset oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio dapat dilihat dari neraca yang dilaporkan secara berkala
kepada Bank Indonesia. 3.
Aspek Kualitas Manajemen Management Aspek yang ketiga yaitu penilaian kualitas manajemen bank. Untuk
melihat kualitas manajemen dapat dilihat hari kualitas manusianya dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas manajemen juga dapat dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman para karyawan dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang
dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas.
4. Aspek Earning Rentabilitas
Aspek Earning ini merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini dilakukan
dalam suatu periode. Kegunaaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efiiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat
adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas standard yang telah ditetapkan. Penilaian juga dilakukan dengan :
a. Rasio Laba terhadap Total Aset ROA
b. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
c. Net Interest Margin NIM
5. Aspek Likuiditas Liquidity
Aspek yang kelima adalah penilaian terhadap aspek likuditas bank. Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar
semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih serta dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Penilaian dalam aspek ini meliputi :
a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar.
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank KLBI, giro,
tabungan, deposito dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Dinilai dan Bobotnya
Faktor yang dinilai Bobot
1. Capital
Permodalan 25
2. Asset
Kualitas Aktiva produktif 30
3. Management
Manajemen 25
4. Earning
Rentabilitas 10
5. Liquidity
Likuiditas 10
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia, 30 April 1997 Pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan tersebut dilakukan dengan
mengkuantifikasikan komponen dari masing-masing faktor. Selanjutnya, faktor dan komponen diberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap
kesehatan bank. Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit reward system yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai 100. Berdasarkan
hasil penilaian atas dasar bobot, kemudian ditetapkan 4 predikat tingkat kesehatan bank yaitu :
a. Sehat, jika nilai kredit 81 - 100.
b. Cukup sehat, jika nilai kredit 66 - 81.
c. Kurang sehat, jika nilai kredit 51 - 66.
d. Tidak sehat, jika nilai kredit 0 - 51.
Di samping dengan penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga dipengaruhi oleh hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap :
1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil KUK dan
Pelaksanaan Kredit Ekspor.
Universitas Sumatera Utara
2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum pemberian Kredit BMPK atau
sering disebut dengan Legal Lending Limit. 3.
Pelanggaran Posisi Devisa Neto.
2.1.7 Resiko Usaha Bank