BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Auditing
Menurut Arens dan Beasley 2003 : 11 “ Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the
degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person “. Auditing
merupakan pengumpulan serta pengevaluasian bukti – bukti atas suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi
tersebut dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan.
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti keuangan, sumber daya manusia, teknologi, dan lain – lain.
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh
keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Teknologi adalah pengetahuan,
peralatan, dan teknik yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Keuangan sebagai faktor internal perusahaan memberikan analisis
terhadap kinerja perusahaan baik untuk saat sekarang dan di masa depan.
Penulis memakai dua variabel yang termasuk dalam faktor internal perusahaan yaitu :
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka akan melaporkan
semakin cepat karena perusahaan memiliki lebih banyak sumber informasi. Menurut Courtis di New Zealand 1976, penelitian Gilling 1977, penelitian
Davies dan Whitterd di Australia 1980, dan lain sebagainya dalam Deart, 2007 menunjukkan bahwa audit delay memiliki hubungan negatif dengan
ukuran perusahaan yang menggunakan proksi total aktiva. Artinya bahwa semakin besar aset perusahaan maka semakin pendek audit delay.
Penyebabnya adalah pertama, perusahaan - perusahaan go public atau perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik sehingga
dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan
laporan keuangan. Lemahnya pengendalian internal klien memberikan dampak audit delay yang semakin panjang karena auditor membutuhkan sejumlah
waktu untuk mencari evidential matter yang lebih lengkap dan kompleks untuk mendukung opininya. Kedua, perusahaan-perusahaan besar mempunyai
sumber daya keuangan untuk membayar audit fee yang lebih besar guna mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat. Ketiga, perusahaan-perusahaan
besar cenderung mendapat tekanan dari pihak eksternal yang tinggi terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha untuk
mempublikasikan laporan audit dan laporan keuangan auditan lebih tepat waktu Ahmad dan Kamarudin, 2002 dalam Yuliana dan Ardiati, 2004.
Wirakusuma 2004 mengutip pernyataan Dyer dan Hugh 1975 yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar, memiliki dorongan untuk
mengurangi masalah audit delay dan penundaan laporan keuangan. Ini disebabkan karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para
investor, asosiasi perdagangan, dan oleh agen regulator. Disamping itu perusahaan besar menghadapi tekanan yang kuat untuk menyampaikan laporan
keuangan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil Deart, 2007 . Ukuran perusahaan akan diproksikan dengan total assets turnover
ratio, dimana total assets turnover ratio menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu. Semakin tinggi total assets turnover ratio berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan.
Total assets turnover ratio ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena
hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva di dalam perusahaan. Perputaran penjualan yang tinggi akan mencerminkan kinerja
perusahaan secara finansial. b.
Debt to Equity Ratio Hasil penelitian Carslaw dan Kaplan 1991, Naim 1999, Hossain
dan Taylor 1998 dalam Wiwik Utami 2006 menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian
Ahmad dan Kamarudin 2001 di Malaysia menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Debt to equity ratio menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Semakin besarnya hutang jangka panjang
suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan cenderung mendapat tekanan untuk menyediakan laporan keuangan auditannya secepatnya bagi pihak
kreditur. Dilain pihak ada juga kemungkinan perusahaan dengan debt to equity ratio yang tinggi ingin mengurangi tingkat resiko dengan memundurkan
publikasi laporan keuangan dan mengulur pekerjaan audit selama mungkin. Porsi debt to equity ratio yang tinggi merupakan sinyal perusahaan
berada dalam kesulitan keuangan. Debt to equity ratio yang buruk merupakan bad news bagi perusahaan sehingga perusahaan cenderung memoles terlebih
dahulu sebelum laporan keuangan disajikan. Perusahaan dengan debt to equity ratio yang tinggi akan cenderung memiliki rentang waktu yang lebih lama
Made Gede Wirakusuma, 2004. Debt to equity ratio mempunyai hubungan yang positif dengan audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin
kecil debt to equity ratio maka semakin baik bagi perusahaan karena dengan debt to equity ratio yang kecil maka audit atas laporan keuangan menjadi lebih
cepat sehingga tidak mengalami audit delay dan lebih cepat menyediakan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada kreditor Supriyati dan
Yuliasri, 2005
Rasio hutang terhadap ekuitas dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesulitan keuangan perusahaan. Rasio hutang terhadap ekuitas yang
tinggi mencerminkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan tersebut merupakan berita buruk yang
akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen juga cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi
berita buruk. Perusahaan dengan kondisi rasio hutang terhadap modal yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian pelaporan keuangannya, karena
waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah- rendahnya.
3. Faktor Eksternal