Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Sistematika Penulisan

baru hasil merger empat bank pemerintah akan dipimpin oleh Managing Director baru. Manajemen baru ini akan mulai bertugas pada akhir Februari 1998 dan akan merumuskan dan melaksanakan rencana operasional keempat bank yang demerger, termasuk jadwal merger akhir. Jadwal swastanisasi seluruh bank pemerintah akan ditentukan setelah berkonsultasi dengan IMF dan Bank Dunia.  Sebagai persiapan proses merger dan akuisisi, serta swastanisasi seluruh bank pemerintah termasuk bank-bank yang tidak demerger akan dilakukan pemeriksaan dokumen, sistem dan keuangan sehingga memenuhi standar internasional dengan menggunakan tim audit dari perusahaan internasional yang telah ditentukan. Adapun inti dari kebijakan yang tertuang dalam LoI tersebut adalah restrukturasi perbankan nasional, masalah inilah yang selanjutnya akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka dengan demikian permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini yakni : 1. Instrument apa yang digunakan IMF dalam mengatasi krisis ekonomi Indonesia khususnya dalam bidang restrukturisasi perbankan? 2. Apa dampak dari kebijakan Restrukturisasi Perbankan?

I.3. Pembatasan Masalah

Hal yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah peranan IMF dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dengan fokus kajian restrukturisasi perbankan.

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita tuju dan capai. Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Memahami peranan IMF dalam merestrukturisasi sistem perbankan di Indonesia dalam upaya mengatasi krisis perekonomian. 2. Mengetahui sampai sejauh mana dampak kebijakan Restrukturisasi Perbankan. I.5.Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini ada tiga jenis manfaat penelitian yaitu : 1. Manfaat bagi penulis, manfaat penelitian ini bagi penulis dapat menambah wawasan yang berarti dalam memahami kajian ekonomi politik. Serta mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis dan sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan suatu karya ilmiah.. 2. Manfaat akademis, yakni untuk memperkaya pengetahuan penelitian mahasiswa ilmu politik dalam kajian ekonomi politik. Serta menjadi tambahan referensi tentang ekonomi politik bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ilmu Politik. I.6. Kerangka Teori I.6.1. International Monetary Fund IMF Latar belakang lahirnya IMF tidak lepas hubungannya dengan depresi perekonomian global atau yang disebut dengan Great Depression pada tahun 1929- 1930-an. 8 Depresi ekonomi telah menyebabkan hancurnya ekonomi dunia pada saat itu. Depresi perekonomian yang cukup lama itu tampaknya menyadarkan banyak negara untuk kembali menata sistem perdagangan dunia. Berkembang pemikiran terutama dari Amerika Serikat dan Inggris bahwa sistem ekonomi dunia hanya dapat diperbaiki dengan memperkuat dan mengembangkan sistem perekonomian liberal. Berbagai usaha mulai dirintis untuk memformulasikan sistem perekonomian liberal tersebut ke dalam sebuah bentuk yang lebih permanen, seperti lembaga internasional dan sebagai realisasinya maka pada tanggal 1-22 Juli 1944 dilaksanakan Konferensi Moneter dan Keuangan Persatuan Bangsa-Bangsa di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat yang dihadiri 44 negara. Konferensi internasional terseb ut memiliki satu tujuan, yaitu bagaimana membangun kembali ekonomi dunia setelah perang dan bagaimana konferensi tersebut dapat menyepakati hal-hal yang dapat mengurangi kebijakan perdagangan, pembayaran dan nilai tukar yang memiliki dampak yang menghambat perdagangan. Konferensi tersebut disepakati untuk 8 Cyrillus Harinowo, Op.Cit.,hlm.74 mendirikan dua lembaga internasional, yaitu International Monetary Fund IMF, International Bank for Reconstruction and Development IBRD atau lebih dikenal sebagai World Bank. 9 IMF mulai beroperasi pada tanggal 1 Maret 1947. Secara formal, tujuan pendirian IMF secara jelas tertera dalam Anggaran Dasar pendirian lembaga tersebut. Pasal 1 Anggaran Dasar IMF menyebutkan tujuan pendirian IMF adalah sebagaimana berikut : a. Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui sebuah lembaga yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kerjasama dalam pemecahan permasalahan moneter internasional b. Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan pertumbuhan perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat pendapatan nasional yang tinggi serta untuk pengembangan sumber daya produktif dari semua negara anggota sebagai tujuan utama kebijakan ekonomi. c. Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai tukar yang teratur antar negara anggota serta untuk mencegah terjadinya persaingan untuk melakukan depresiasi mata uang d. Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran multilateral antar negara anggota dan penghapusan hambatan transaksi valuta asing, yang menghambat pertumbuhan perdagangan dunia. 9 Huala Adolf dan A. Chandrawulan, Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan Internasional, Jakarta, P.T. RajaGrafindo Persada,1994 e. Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap memperhatikan unsur keamanan dana tersebut, sehingga dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa harus menggunakan cara-cara yang merusak kemakmuran nasional atau internasional. 10 Dalam perkembangannya IMF sebagai organisasi internasional yang bertanggung jawab mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbagan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. IMF adalah lembaga pemberi pinjaman terbesar kepada Indonesia. Menyusul kemerosotan nilai rupiah yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, pemerintah Indonesia kemudian secara resmi mengundang IMF untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Sebagai syarat untuk mencairkan dana bantuan yang disediakan IMF, pemerintah Indonesia wajib melaksanakan paket kebijakan melalui penandatanganan Letter of Intent LoI. Nota kesepakatan atau Letter of Intent LoI adalah dokumen yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh sebuah negara agar bisa memperoleh pinjaman IMF. LoI memuat kebijakan-kebijakan berskala besar yang harus 10 Cyrillus Harinowo,Op. Cit, hlm. 80. diimplementasikan oleh pemerintah. Adapun inti dari kesepakatan IMF dengan Indonesia adalah : 1. Program Stabilitas, dalam rangka program stabilitas kondisi moneter yang ketat akan tetap dipertahankan dengan memancang suku bunga yang cukup tinggi sampai keadaan membaik, mengubah sasaran program moneter menjadi aktivitas domestik dan bukan lagi uang primer seperti sebelumnya, menyempurnakan Undang-Undang tentang Bank Sentral, serta merevisi target ekonomi dalam RAPBN 19981999, kurs dollar dinaikkan menjadi Rp 6000 per dollar AS, dan harga minyak bumi menjadi 14,5 dollar AS per barel 2. Restrukturisasi bank, dalam hal ini pemerintah merencanakan akan mengumumkan kondisi 40 bank yang masih dalam penanganan BPPN 3. Reformasi struktural, dalam hal ini akan disusun UU persaingan subsidi terhadap beras, sembako, dan obat-obatan akan tetap dipertahankan, disertai penghapusan monopoli kecuali untuk beras dan tepung terigu 4. Menyelesaikan utang swasta, dalam mengatasi utang swasta pemerintah tidak akan memberikan jaminan atau bantuan apapun. Namun akan menyusun prinsip-prinsip sebagai berikut akeikutsertaan dalam skema penyelesaian ini bersifat sukarela b resiko komersial tetap dipikul oleh kreditur 5. Bantuan untuk golongan ekonomi lemah, untuk membantu masyarakat golongan ekonomi lemah akan disalurkan kredit murah bagi usaha kecil dan koperasi bekerja sama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, serta pemberian subsidi sembako, khususnya beras dan kedelai. 11

1.6.2. Ekonomi Politik

Pemahaman mengenai ilmu ekonomi berarti pemahaman tentang variabel- variabel atau konsep-konsep ekonomi. munculnya paham kapitalis, munculnya revolusi industry, dampak dari perkembangan teknologi dan tidak terkecualinya keadaan politik suatu negara dimana sistem ekonomi itu berasal. Sistem ekonomi yang diwarnai oleh keselarasan yang berlangsung secara otomatis hanya mungkin berlangsung dan menguntungkan semua pihak kalau sistem ini bebas dari campur tangan wewenang politik. Sedangkan unsur-unsur pokok sistem politik adalah kekuasaan, pengaruh dan pembuatan keputusan politik. Politik menentukan kerangka aktivitas ekonomi dan mengarahkannya untuk melayani kepentingan kelompok- kelompok dominan; penggunaan kekuasaan dalam berbagai bentuk yang sangat menentukan hakikat suatu sistem ekonomi. kehidupan politik dan kehidupan ekonomi selalu bertemu dan saling mempengaruhi. Aktivitas politik sulit untuk dipisahkan dari aktivitas ekonomi walaupun kedua kegiatan tersebut terkadang saling bertentangan secara diametral. Dalam setiap tindakan politik ada aspek ekonominya. Demikian pula struktur perekonomian suatu masyarakat dapat mempengaruhi lembaga politik yang sudah dan aka nada dikemudian hari. Ekonomi politik dilingkupi oleh suatu paradigma berupa proses konsolidasi dan integrasi keilmuan, berbagai gagasan, aliran pemikiran dengan kesamaan asumsi 11 Bermand Hutagalung, “Implikasi Memorandum Tambahan dari Kesepakatan Reformasi Ekonomi”, dasar mengenai suatu bidang seperti kerangka konseptual, metodologi, pendekatan- pendekatan atau alat-alat analisis, dan demikian pula dengan teknik analisisnya. Ekonomi politik merupakan seperangkat pengetahuan mengenai ekonomi yang erat kaitannya dengan perubahan-perubahan sosial politik dengan berbagai implikasi masing-masing. Studi ekonomi politik menggambarkan dua bidang tema hubungan yang saling mempengaruhi, melengkapi atau saling berkaitan dan bahkan dikaitkan antara suatu keadaan, kejadian, peristiwa, gejala ataupun fenomena kehidupan dalam dunia ekonomi dan dunia politik, baik hubungan yang bersifat kausal, korelasional dan perkaitan yang erat dengan model deterministik. Pada dasarnya ekonomi politik merupakan serangkaian tali hubungan yang bersifat saling mempengaruhi atau saling berhubungan dan kait-mengait di antara subjek dan objek dari variabel-variabel dasarnya terutama yang berfaktor dari ekonomi, politik dan sosial masyarakat. Ekonomi politik juga mengacu pada seperangkat masalah yang timbul dari interaksi antara aktivitas ekonomi dan politik. Hal terpenting untuk mengenali ekonomi politik yakni dengan memperhatikan isi substansi dan konteksnya. Dalam situasi anarkis, ekonomi politik internasional berlangsung berdasarkan serangkaian aturan, kebijakan dan deregulasi yang sangat kompleks yang dihasilkan oleh pemerintah dan organisasi-organisasi antar pemerintah. Adapun kriteria dari pemahaman ekonomi politik dapat diidentifikasikan dari beberapa pokok perhatian yaitu : Pertama, Ekonomi Politik dapat dipahami sebagai suatu bidang pengetahuan danatau ilmu pengetahuan yang berhubungan antara disiplin ilmu ekonomi dan politik atau hanya merupakan perluasan konsepteori daripada masing- masing disiplin ilmu tersebut atau pula hanya sebagai perspektif belaka. Kedua, Ekonomi Politik dapat dipahami sebagai suatu metode dan pendekatan atau suatu cara dan jalan bagi suatu ilmu pengetahuan sebagai alat analisis penelitian atau penyelidikan masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya serta lingkungan hidup manusia. Ketiga, Ekonomi Politik dapat dipahami sebagai kajian dari berbagai peristiwa, fakta, fenomena, dan gejala yang ditimbulkan oleh efek kebijaksanaan public strategy pemerintah dalam berbagai aspek yang langsung berkaitan dengan proses hubungan dimensial antara negara, rakyat, dan lingkungan hidupnya. 12 Adanya argumentasi terhadap ekonomi pasar dunia terhadap ekonomi domestik, yakni : 1. Konsekuensi bagi pembangunan, kemunduran ekonomi serta kesejahteraan ekonomi bagi setiap masyarakat. 2. Adanya indikator ekonomi pasar dunia yang mempengaruhi pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang dan mundurnya pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. 3. Adanya efek terhadap kesejahteraan domestik 4. Hal ikhwal mengenai faktor tertentu yang mempengaruhi distribusi kekayaan dan power kekuasaankekuatan diantara masyarakat nasional. 5. Berkenaan dengan sejumlah indikator ekonomi dunia yang cenderung menuju pada konsentrasi pengejaran kekayaan dan hegemoni kekuasaankekuatan politik; salah satu atau mendifusikan keduanya. 13

I.6.3. Restrukturisasi Perbankan

Restrukturisasi perbankan merupakan suatu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memulihkan kondisi perbankan yang terpuruk sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menyehatkan kembali sistem perbankan yang selama masa krisis mengalami tekanan akibat banyaknya sektor riil industry, perdagangan, pariwisata, pertambangan, perhotelan dan lain-lain tidak 12 Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional 2. Bandung: Refika Aditama,2007.hal.7 13 Ibid , hal. 9 mampu membayar bunga kredit dan angsuran pokok usaha mereka kepada bank yang bersangkutan sehingga menjadi kredit bermasalah. 14 Krisis ekonomi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan hancurnya sistem perbankan Indonesia. Hilangnya sistem perbankan berarti sistem pembayaran kembali ke sistem primitif yang tidak menunjang untuk melakukan transaksi perdagangan dan proses produksi. Hilangnya sistem perbankan juga akan menghentikan penyaluran modal dari penabung ke pemodal. Tingkat produksi ke sektor riil akan berhenti karena terhentinya penyaluran modal kerja yang berdampak langsung kepada peningkatan pengangguran. Secara ringkas, tidak adanya sistem perbankan dalam sistem perekonomian Indonesia akan menghancurkan sistem dan kinerja perekonomian secara keseluruhan. 15 Untuk menghindari hancurnya perekonomian Indonesia secara keseluruhan tersebut, maka pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan dalam menyelamatkan perekonomian Indonesia. Yaitu dengan cara merestrukturisasi sistem perbankan Indonesia dengan berdasarkan atas program yang ditetapkan bersama-sama dengan IMF.

I.6.4. Konsensus Washington

Washington Consensus Kesepakatan Wahington—sebutan bagi lembaga seperti Bank Dunia, IMF, Departemen Keuangan AS,yang bermarkas diWashington—sangat terkontaminsi berbagai kepentingan. Konsensus Washington 14 Ir. Drs. Lukman Dendawijaya, M.M, Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional 1998-203, Bogor, Ghalia Indonesia, 2004, hal. 16 15 Ibid, hal. 130. ini didasarkan pada upaya stabilisasi ekonomi lewat jalur kebijakan penyesuaian struktural yang direkomendasikan oleh organisasi Bretton Woods dan pengambil kebijakan ekonomi pemerintah AS. Konsensus Washington menekankan kepada pembuatan kebijakan finansial dan makro ekonomi yang hati-hati prudent, nilai tukar mata uang kompetitif, liberalisasi sektor keuangan dan perdagangan, privatisasi, dan deregulasi. Kebijakan- kebijakan ini secara implisit mengajak pemerintah atau negara “menahan diri” untuk tidak ikut campur langsung dalam kegiatan ekonomi, melainkan justru lebih memfokuskan kepada kebijakan moneter, menjamin hak kepemilikan property rights, dan menyiapkan infrasturktur pendidikan dasar. Dengan AS sebagai sponsor utama, dengan cepat paket kebijakan tersebut mendapatkan sambutan yang luas. Dari kebijakan Konsensus Washington tersebut terlihat warna dominan perekonomian diarahkan kepada minimalitas peran negara untuk digantikan pasar. Kebijakan deregulasi, misalnya, ditujukan untuk memberi ruang bagi kegiatan ekonomi secara lebih leluasa dengan menghilangkan banyak peraturan yang justru ditengahi disinsentif bagi pertumbuhan investasi. Kebijakan deregulasi ini diperkuat dengan kebijakan liberalisasi, baik di sektor keuangan maupun perdagangan, sehingga semakin memacu aktivitasnya. Sedangkan kebijakan privatisasi dan penanaman modal asing PMA memiliki peran ganda, disamping menggerus peran negara dalam perekonomian juga dimaksudkan untuk mengikis praktek sektor riil yang selama ini sangat tidak sehat, disortif, dan terkonsentrasi. Akhirnya, kepastian aturan tentang hak kepemilikan property right merupakan keniscayaan apabila tujuan yang diinginkan adalah terdapatnya kepastian berusaha bagi setiap pelaku ekonomi, baik domestik maupun asing. Dalam literatur ekonomi, paket kebijakan penyesuaian struktural biasa disebut dengan istilah Konsensus Washington Washington Consensus. Secara eksplisit, paket Konsensus Washington hendak menghilangkan intervensi negara dalam kegiatan ekonomi, misalnya lewat kebijakan deregulasi dan privatisasi. Dalam perjalanannya, kebijakan itu malah menimbulkan ekses yang cukup banyak, bukan saja dalam lapangan ekonomi tetapi juga di bidang sosial dan politik. Pada titik ini, minimalnya campur tangan negara ternyata tidak menjamin kinerja ekonomi menjadi lebih baik. Inilah kesalahan yang paling fatal yang diproduksi oleh kedua lembaga multilateral tersebut. Konsensus Washington terdiri atas 10 elemen, yang bisa dirangkum menjadi tiga pilar, yakni disiplin anggaran pemerintah, liberalisasi pasar, dan privatisasi BUMN. Secara singkat, isi Konsensus Washington yang sering juga disebut sebagai pendekatan Neoliberal adalah: 1. Disiplin fiskal. Pemerintah diminta untuk menjaga agar anggarannya mengalami surplus. Kalaupun terpaksa defisit, tidak boleh melampui dua persen terhadap produk domestic bruto PDB. 2. Memberikan prioritas kepada belanja sektor publik, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan, sebagai upaya memperbaiki distribusi pendapatan. 3. Memperluas basis pemungutan pajak agar dapat dibangun struktur penerimaan anggran yang sehat. 4. Liberalisasi finansial. Suku bunga harus dijaga positif secara riil lebih tinggi daripada laju inflasi dan hindari kebijakan suku bunga yang mengistimewakan debitur tertentu preferential interest rates for favored borrowers. 5. Kurs mata uang harus diusahakan kompetitif tidak terlalu kuat, tetapi kredibel tidak terlalu lemah. 6. Mendorong liberalisasi perdagangan melalui upaya menghapus restriksi kuantitatif hambatan perdagangan, seperti pengenaan tariff, kuota, dan larangan-larangan lainnya. 7. Menerapkan kesamaan perlakuan antara investasi asing dan investasi domestik sebagai insentif untuk menarik sebanyak mugkin investasi asing langsung. 8. Untuk mendorong kinerja badan usaha milik negara BUMN, seyogyanya dilakukan privatisasi penjualan saham ke sektor privat. 9. Pasar harus didorong agar lebih kompetitif melalui serangkaian kebijakan deregulasi dan menghilangkan hambatan atau restriksi bagi para pelaku ekonomi baru. 10. Harus ada perlindungan terhadap property rights, baik di sektor formal maupun informal. 16

I.6.4.1. Liberalisasi Ekonomi

Istilah liberalisasi menjadi model ekonomi Neoklasik yaitu suatu aliran pemikiran ekonomi yang sangat percaya terhadap kekuatan dan mekanisme pasar sebagai sarana dan wahana terbaik untuk mencapai efisiensi, pertumbuhan, ekonomi dan kemakmuran. Ideologi liberal mencari maksimalisasi kepentingan dan kebebasan individu, lebih menekankan perolehan timbale balik yang muncul dari kerjasama dan saling ketergantungan antar negara. Kaum liberal ekonomi klasik selalu berusaha menghindari imbalan-imbalan kebijakan yang menggunakan langkah-langkah eksternal, dengan berpendapat bahwa aliran modal-barang dan jasa yang bebas di antara negara-negara sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi didalam negeri maupun untuk kemakmuran ekonomi secara global. 17 Liberalisasi ekonomi mempengaruhi sistem perekonomian Indonesia khususnya industri keuangan dan perbankan, hal ini disebabkan karena antara satu 16 Dapat diakses di: http:64.203.71.11kompas-cetak060925opini2978827.htm 17 Robert A. Isaak, Ekonomi Politik Internasional, Pengantar : DR. Mochtar Mas’oed, Yogyakarta, P.T Tiara Wacana, 1995, hal.81 sistem keuangan suatu negara dengan sistem keuangan negara lain saling berinteraksi. Dengan bekerjanya liberalisasi pasar keuangan maka terciptanya kemudahan transaksi keuangan tanpa mengenal batas negara. Liberalisasi mendorong integrasi pasar keuangan yang menyebabkan pergerakan tingkat suku bunga, nilai tukar dan harga saham saling berhubungan antar negara dan antar kawasan satu dengan lainnya. Liberalisasi ekonomi Indonesia dapat dilihat dari tingginya keterbukaan perekonomian Indonesia dan ketergantungan pada sektor luar negri yang cukup besar, hal ini tercermin dari semakin meningkatnya aliran masuk modal asing.

1.6.5. Sturuktur Kekuasaan Susan Strange

Menurut Susan Strange ada beberapa struktur kekuasaan yang mempengaruhi sistem perekonomian internasional, salah satunya adalah ilmu pengetahuan dan struktur keuangan.

1.6.5.1. Struktur Pengetahuan

Menurut Susan Strange struktur pengetahuan ditentukan oleh what knowledge is discovered, how it is stored and who communicates it by what means to whom and what trems. Dan kemudian harus ada upaya pembentukan bahwa struktur pengetahuan tersebut merupakan suatu kebenaran. 18 Untuk mewujudkan bahwa struktur pengetahuan tersebut merupakan suatu kebenaran maka pihak yang berkepentingan harus mampu mengontrol pembentukan struktur pengetahuan yang sedang terjadi. Susan Strange juga menjelaskan bahwa struktur pengetahuan adalah 18 Susan Strange, State and Market, kutipan dari Indra Kesuma Nasution, Politea Militer dan Politik “Rezim Komodifikasi Air”, Departemen Ilmu Politik dan Laboratorium Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, 2006, hlm.3 kekuasaan bagi siapa yang bisa membangun struktur pengetahuan kepada orang lain dan mampu menciptakan control atasnya maka akan memperoleh sturktur kekuasaan yang sangat luar biasa. Kekuasaan dan wewenang akan lebih mudah dijaga dan dikontrol, lebih tajam dan sukar ditangkap. 19 Dalam hal ini dapat dilihat dari konsep yang dibangun oleh Washington Consenssus. Dimana untuk menciptakan stabilitas perekonomian perlu melakukan stabilisasi output dan mendorong pertumbuhan jangka panjang. Stabilisasi output dapat dilakukan dengan menyediakan sumber pendanaan yang cukup di sektor bisnis karena siklus bisnis juga bisa membawa dampak yang berarti bagi pertumbuhan jangka panjang. Terbatasnya sumber pendanaan bagi pembiayaan aktivitas riset dan pengembangan membuat perusahaan harus merampingkan anggaran riset mereka saat siklus bisnis tengah lesu. 20 Sehingga diperlukannya pembenahan sistem regulasi dan pengawasan, penerapan penjaminan simpanan. Struktur pengetahuan ini diimplementasikan IMF melalui Memorandum Tambahan Tentang Kebijaksanaan Ekonomi Keuangan, April 1998 : Kelanjutan, Pelengkap dan Modifikasi dari Kesepakatan Januari 1998, yang terdiri atas : Pertama, Fiskal. Kedua, Moneter dan Perbankan. Ketiga, restrukturisasi perbankan. Keempat, inventasi dan deregulasi. Kelima, perdagangan luar negeri. Berbagai kesepakatan IMF dan pemerintah Indonesia dituangkan dalam bentuk perjanjian yang dinamakan Letter of Intent LoI. Letter of Intent adalah 19 Ibid, hal.4. 20 Joseph E. Stiglitz, Washington Consenssus Arah Menuju Jurang kemiskinan, INFID, Jakarta Selatan, 2002, hlm. 14 dokumen yang ditandatangani sebuah negara agar memperoleh sejumlah dana pinjaman dari IMF dimana pinjaman tersebut terkait erat dengan kondisionalitas. LoI tersebut memuat kebijakan-kebijakan berskala besar yang ditetapkan oleh IMF dan harus diimplementasikan oleh pemerintah. Untuk mengontrol apakah kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan tersebut berjalan sesuai dengan apa yang mereka harapkan, IMF menggunakan kekuatan dana pinjaman yang mereka berikan, misalnya saja dengan menunda pencairan dana pinjaman yang telah dijanjikan apabila hasil dari penerapan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak sesuai target atau melewati jadwal yang telah ditentukan.

1.6.5.2. Struktur Keuangan

Didalam struktur keuangan Susan Strange menyatakan kredit sangat diperlukan untuk pembangunan sebuah negara. Negara-negara berkembang pada umumnya membutuhkan dana eksternal baik penanaman modal asing dan utang luar negeri. Hal itu dikarenakan pendapatan yang rendah menyebabkan simpanan masyarakat rendah, tetapi dipihak lain rendahnya kehidupan justru mengharuskan terjadinya pembangunan besar-besaran. Oleh karena itu ada jurang antar kebutuhan tabungan sebagai sumber pendanaan dengan kebutuhan untuk investasi. Sebuah negara atau lembaga internasional akan bisa menciptakan dominasinya terhadap negara lain melalui penciptaan struktur keuangan. Strange menjelaskan struktur keuangan adalah as the sum of all the arrangement governing the avaibility of credits plus all the factors determining the terms on which currencies are exchanged for one other. Artinya bahwa negara ataupun lembaga internasional dapat menciptakan dominasinya terhadap negara lain melalui pemberian credit atau pinjaman beserta persyaratan-persyaratan yang menyertai pemberian pinjaman tersebut atau yang lebih dikenal sebagai pinjaman yang bersifat conditionalisme. 21 Dalam konteks ini baik utang luar negeri atau penanaman modal asing sangat diperlukan. Utang luar negeri muncul karena dana dari dalam negeri tidak mampu membiayai proyek yang bisa meningkatkan produk nasional. Oleh karena itu pemerintah mencari jalan keluar dengan meminta bantuan luar negeri, defisit eksternal yang bersifat sementara akan diatasi dengan pembiayaan jangka pendek yang bisa dilakukan dengan penarikan oleh bank sentral fasilitas modal yang disediakan oleh dana moneter internasional IMF.

1.6.6. Joseph E. Stiglitz

Joseph E. Stiglitz merupakan salah satu pemikir yang cukup kritis dalam menilai perilaku IMF. Dengan latar belakangnya sebagai akademisi dan pernah menduduki jabatan tinggi di Bank Dunia serta Dewan Ekonomi Amerika Serikat tentunya ia memiliki argumen yang kuat dalam kritikannya. Washington Consensus Kesepakatan Wahington—sebutan bagi lembaga seperti Bank Dunia, IMF, Departemen Keuangan AS, yang bermarkas di Washington—sangat terkontaminsi berbagai kepentingan. Washington Consensus menyatakan bahwa kinerja perekonomian yang baik membutuhkan perdagangan bebas, stabilitas makro serta penerapan kebijakan harga yang tepat. Tak dapat disangkal bahwa butir-butir Washington Consensus merupakan syarat bagi berfungsinya mekanisme pasar. Hanya saja, harus diingat bahwa kebijakan-kebijakan 21 Ibid, hlm. 5. yang direkomendasikannya tidaklah lengkap, bahkan kadangkala salah arah. Mekanisme pasar agar berfungsi dengan baik membutuhkan lebih sekadar tingkat inflasi yang rendah, pasar membutuhkan pula regulasi yang tepat di sektor finansial, kebijakan persaingan usaha, serta kebijakan yang memfasilitasi alih teknologi dan mendorong transparansi. Hal-hal fundamental inilah yang diabaikan dan tidak tercakup dalam Washington Consensus. Dogma liberalisasi, seperti diajukan oleh Washington Consensus acap kali berubah menjadi tujuan dan bukan lagi berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan sistem finansial yang lebih baik. Letter of Intent yang merupakan persyaratan pengucuran dana telah memaksa kita untuk menurut resep yang ditawarkan IMF. Menurut IMF, dengan menerapkan liberalisasi, deregulasi dan privatisasi maka kita akan lepas dari krisis ekonomi. Padahal, Stiglitz berpendapat butir-butir dogmatik dari Washington Consensus telah gagal memberikan kerangka yang tepat untuk memahami keberhasilan perekonomian Asia Timur ataupun kesulitan yang kini tengah mereka hadapi termasuk Indonesia. Dengan demikian, respon dunia terhadap krisis Asia yang didasarkan pada perspektif Washington Consensus adalah tidak tepat bahkan cenderung kontra produktif. Menurut Stiglitz, pentingnya penguatan sistem finansial seharusnya ditujukan untuk lebih dari sekadar upaya menghindari krisis ekonomi. Sistem finansial merupakan otak dari perekonomian dengan mengumpulkan dan mengagregatkan simpanan dari pihak-pihak yang tengah mengalami kelebihan sumber daya, serta mengalokasikannya pada aktivitas-aktivitas produktif oleh pihak lain. Sistem finansial yang bekerja baik akan memilih penerima dana yang bisa menggunakan dana tersebut untuk aktivitas yang paling produktif sedangkan sistem finansial yang buruk akan mengalokasikan dana-dana tersebut pada investai yang tidak produktif. Sistem fnansial juga harus terus menerus memonitor penggunaan dana untuk memastikan penggunaannya yang lain seperti pengurangan resiko, peningkatan likuiditas, serta penyampaian informasi. Semua fungsi ini penting bagi pertumbuhan modal dan peningkatan TFP. Sistem finansial tidak akan mampu memainkan keseluruhan fungsinya tersebut sendirian. Masalah-masalah seperti ketidaksempurnaan informasi pasar dan tidak lengkapnya perjanjian berpengaruh besar dalam sistem finansial serta acap kali menciptakan tingkat kesetimbangan yang bahkan tidak bisa mencapai constrained Pareto efficient sekalipun Greenwald dan Stiglitz, 1986 .

I.7. Metodologi Penelitian

I.7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitif. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang berlaku. Penelitian deskriptif ini juga digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan analisa mendalam terhadap objek yang diteliti.

I.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data dan fakta-fakta dalam rangka pembahasan masalah dalam skripsi ini adalah menggunkan penelitian kepustakaan library research yang berupa buku-buku, literature, kamus, artikel- artikel dalam majalah, jurnal ilmiah, bulletin, dan juga dokumentasi atas dokumen resmi IMF yang didapat dari akses internet.

I.7.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif analitif. Dengan bersumber pada sejarah yang berorientasi kepada problema yang akan berusaha menganalisa cerita-cerita yang sebenarnya menurut topik-topik atau masalah-masalah yang telah dipilih dalam penelitian ini.

I.8. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari beberapa bab, kemudian tiap bab terdiri dari beberapa subbab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dan pengantar dari keseluruhan skripsi, dalam bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, landasan teoritis, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan BAB II KRISIS EKONOMI DAN PERBANKAN DI INDONESIA Bab ini akan menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia pada saat terjadi krisis ekonomi, penyebab terjadinya krisis serta menggambarkan kondisi perbankan di Indonesia pada saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia dan juga penyebab dari krisis perbankan tersebut.

BAB III Peranan International Monetary Fund dalam Restrukturisasi

Perbankan Indonesia Bab ini akan menguraikan tentang berbagai kebijakan dalam upaya merestrukturisasi perbankan Indonesia serta dampak yang dihadapi dari kebijakan-kebijakan tersebut BAB IV KESIMPULAN Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan ringkasan hasil penelitian dan saran-saran yang merupakan rekomendasi atau solusi atas persoalan-persoalan yang ditemukan dalam penelitian.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Peranan Uni Eropa Dan International Monetary Fund Sebagai Organisasi Internasional Dalam Penanganan Krisis Uni Eropa

9 109 161

Implementasi Economic Adjustment Program International Monetary Fund Dalam Penyelesaian Krisis Finansial Di Cyprus

1 7 9

IMPLEMENTASI ECONOMIC ADJUSTMENT PROGRAM INTERNATIONAL MONETARY FUND DALAM PENYELESAIAN KRISIS FINANSIAL DI CYPRUS

1 10 17

Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

2 22 96

Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

0 0 12

Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

0 0 1

Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

0 0 15

Kerjasama Antara Indonesia Dengan International Monetary Fund (Imf) Dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2003

0 1 16

PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA INTERNATIONAL MONETARY FUND

0 0 4

WORLD TRADE ORGANIZATION, INTERNATIONAL MONETARY FUND DAN PERUBAHAN SISTEM PERBANKAN

0 0 15