Konsep Ketenagakerjaan Jumlah Penduduk dan Pembangunan

Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009 jumlah penduduk suatu negara harus seimbang dengan jumlah sumber-sumber ekonominya, baru dapat diperoleh kenaikan pendapatan nasional. Ini berarti jumlah penduduk tidak boleh terlampau sedikit tetapi juga tidak boleh terlalu banyak. Jumlah penduduk yang semakin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula. Ini berarti akan semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur. Agar dapat dicapai keadaan yang seimbang, maka seyogiyanya mereka semua dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka. Ini akan membawa konsekuensi bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru. Dengan demikian pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran. Dengan pembangunan ekonomi diharapkan laju pertumbuhan ekonomi selalu dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk, sehingga kegiatan perekonomian akan menjadi lebih luas dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang yang menganggur.

2.1.1. Konsep Ketenagakerjaan

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, yaitu: 1. Tenaga Kerja Menpower Adalah seluruh penduduk dalam usia kerja berusia 15 tahun atau lebih yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009 menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990. Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. 2. Angkatan kerja Adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produksi yaitu produksi barang dan jasa. 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut. Angkatan Kerja TPAK = x 100 Tenaga Kerja 4. Tingkat Pengangguran Unemployment Rate Adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur disini adalah aktif mencari pekerjaan. Jumlah Orang yang Mencari Pekerjaan TP = x 100 Jumlah Angkatan Kerja

2.1.2. Para Pihak Dalam Hukum Ketenagakerjaan

Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009

A. BuruhPekerja

Istilah buruh sangat populer dalam dunia perburuhanketenagakerjaan, selain istilah ini sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman penjajahan Belanda juga kerena peraturan perundang-undangan yang lama sebelum Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menggunakan istilah buruh. Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksudkan dengan buruh adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang-orang ini disebut dengan “Blue Collar”. Sedangkan yang melakukan pekerjaan di kantor pemerintahan maupun swasta disebut sebagai “KaryawanPegawai White Collar”. Pembedaan yang membawa konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh pemerintah Belanda tidak terlepas dari upaya untuk memecah belah orang-orang pribumi. Setelah merdeka kita tidak lagi mengenal perbedaan antara buruh halus dan buruh kasar tersebut, semua orang yang bekerja disektor swasta baik orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaiaan Perselisihan Perburuhan yakni Buruh adalah “barang siapa yang bekerja pada majikan yang menerima upah” pasal 1 ayat 1a. Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, sebagaimana yang diusulkan oleh pemerintah Depnaker pada waktu Kongres FBSI II tahun 1985. Alasan pemerintah karena istilah buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009 menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain yakni majikan. Berangkat dari sejarah penyebutan istilah buruh seperti disebut di atas, istilah buruh kurang sesuai dengan perkembangan sekarang, buruh sekarang ini tidak sama dengan buruh masa lalu yang hanya bekerja pada sektor nonformal seperti kuli, tukang dan sejenisnya, tetapi juga sektor formal seperti Bank, Hotel dan lain-lain Lalu Husni, 2005: 34. Karena itu lebih tepat jika menyebutkannnya dengan istilah pekerja. Istilah pekerja juga sesuai dengan penjelasan Pasal 2 UUD 1945 yang menyebutkan golongan-golongan adalah badan-badan seperti Koperasi, Serikat Pekerja dan lain-lain Badan Kolektif.

B. PemerintahPenguasa

Campur tangan pemerintah penguasa dalam hukum perburuhanketenagakerjaan dimaksudkan untuk teciptanya hubungan ketenagakerjaan yang adil, karena jika hubungan antara pekerja dan pengusaha yang sangat berbeda secara sosial-ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak, maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit tercipta, karena pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai pihak yang lemah. Atas Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009 dasar itulah pemerintah turut campur tangan melalui peraturan perundang-undangan untuk memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban para pihak. Iman Soepomo 38: 1983 memisahkan antara penguasa dan pengawasan sebagai para pihak yang berdiri sendiri dalam hukum ketenagakerjaan, namun diantara keduanya merupakan satu kesatuan sebab pengawasan bukan merupakan institusi yang berdiri sendiri tetapi merupakan bagian bidang dari Depnaker. Sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap masalah ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja juga dilengkapi dengan berbagai lembaga yang secara teknis membidangi hal-hal khusus antara lain: 1. Balai Latihan Kerja; menyiapkanmemberikan bekal kepada tenaga kerja melalui latihan kerja. 2. Balai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia BP2TKI; sebagai lembaga yang menangani masalah penempatan tenaga kerja untuk bekerja baik disektor formal maupun informal didalam maupun di luar negeri. Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan hukum law enforcement di bidang ketenagakerjaan akan menjamin pelaksanaan hak-hak normatif pekerja yang pada gilirannya mempunyai dampak tehadap stabilitas usaha. Selain itu pengawasan perburuhan juga akan dapat mendidik pengusaha dan pekerja untuk selalu taat menjalankan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan sehingga akan tercipta suasana kerja yang harmonis. Sebab sering sekali perselisihan Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009 yang terjadi disebabkan karena pengusaha tidak memberikan perlindungan hukum kepada pekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelaksanaan hak-hak normatif pekerja di Indonesia saat ini yang masih jauh dari harapan atau dengan kata lain terjadi kesenjangan yang jauh antara ketentuan normatif law in book dengan kenyataan di lapangan law in societyaction. Salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya pengawasan ketenagakerjaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan baik secara kuantitas maupun kualitas dari aparat pengawasan perburuhanketenagakerjaan. Secara kuantitas aparat pengawasan perburuhan sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang harus diawasi, belum lagi pegawai pengawas tersebut harus melaksanakan tugas-tugas administratif yang dibebankan kepadanya. Demikian juga kualitas dalam melaksanakan tugas sebagai penyidik yang masih terbatas. Karena itu untuk kedepannya aparat pengawas selain harus di tingkatkan kualitasnya, hendaknya juga tidak diberikan tugas-tugas administratif, tetapi dijadikan jabatan fungsional sehingga dapat melaksanakan tugas secara profesional.

2.1.3. Jumlah Penduduk dan Pembangunan

Pengaruh pertumbuhan penduduk dalam pembangunan ekonomi sebenarnya sudah mendapat perhatian para ahli terutama sejak Adam Smith menulis bukunya yang berjudul: Wealth of Nations. Yang menulis bahwa: “Buruh tahunan di setiap bangsa merupakan kekayaan yang pada mulanya sebagai pemasok bangsa dengan Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009 aneka kenyamanan hidup yang dibutuhkan”. Tampaknya hanya Malthus dan Ricardo yang menyatakan adanya tanda bahaya mengenai pengaruh dari pertumbuhan penduduk terhadap perekonomian suatu bangsa. Pernyataan ini ternyata tidak terbukti karena seperti yang terjadi di Eropa Barat bahwa pertumbuhan penduduk justru mempercepat proses industrialisasi. Pertumbuhan penduduk ternyata banyak membantu ekonomi negara karena mereka sudah makmur dan modalnya melimpah, sedangkan jumlah buruh kurang. Pada kenyataannya bahwa kenaikan jumlah penduduk justru menghasilkan GNP yang naik lebih tinggi dibandingkan hanya sekedar proporsional. Tentu memang akan terjadi sebaliknya di negara-negara berkembang, akibat adanya pertumbuhan jumlah penduduk dalam pembangunan yang berbeda dengan di negara maju. Hal ini disebabkan ekonomi di negara berkembang miskin, modalnya kurang dan jumlah buruhnya melimpah. Ini menunjukkan adanya perbedaan yang sangat tajam bahkan bertolak belakang dengan kondisi di negara-negara kaya atau di negara maju. Oleh karena itu pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang dianggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang cepat berarti memperberat tekanan pada lahan pekerjaan dan menyebabkan terjadinya pengangguran. Juga masalah penyediaan pangan yang semakin banyak jumlahnya. Pertumbuhan penduduk terutama berpengaruh yang sangat besar baik dalam hal pendapatan per kapita, standar Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang Diterima Tenaga Kerja Sebagai Peserta PT. Jamsostek Persero Medan, 2009. USU Repository © 2009 kehidupan, pembangunan pertanian, lapangan kerja, tenaga buruh, maupun dalam hal pembentukan modal.

2.1.4. Campur Tangan Pemerintah dalam Pasar Tenaga Kerja