Latar Belakang Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2014

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya Danupranata, 2013:31. Perkembangan perbankan syariah saat ini sangat pesat bukan hanya di negara yang mayoritas penduduknya muslim tetapi juga di negara yang mayoritas penduduknya non muslim seperti Inggris, Jerman, Belanda,Swiss, Cina, dan Luxembourg. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia di mulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama pada tahun 1991. Kemudian perkembangannya diikuti dengan munculnya sederet Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS. Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan data statistik dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014 Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 Bank Umum Syariah 11 11 11 11 12 Unit Usaha Syariah 23 24 24 23 22 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 150 155 158 163 163 Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah 2015 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah Bank Umum Syariah pada tahun 2010 sampai dengan 2013 mengalami stagnasi yang masih berjumlah 11 bank. Namun, pada tahun 2014 jumlah Bank Umum Syariah bertambah menjadi 12 bank. Pertumbuhan jumlah bank juga dialami oleh Bank Pembiayaan Rakyat 2 Syariah BPRS pada tahun 2014 yaitu 163 bank dimana pada tahun 2010 hanya berjumlah 150 bank. Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar Fahmi, 2011:2.Sedangkan menurut World Bisnis Council for Sustainable Development WBCSD dalam Wibisono 2007:7, mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat lokal dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Secara umum bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara intermediary antara pihak-pihak yang mengalami kelebihan dana surplus unit dan pihak yang mengalami kekurangan dana deficit unit. Melalui bank, kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Dalam hal ini hubungan antara bank dan nasabahnya adalah hubungan kemitraan antara penyandang dana shahibul-maal dan pengelola dana mudharib Danupranata, 2013:35. Peran inilah yang dilakukan oleh bank dalam memperlancar lalu lintas pembayaran dan pelayanan kepada masyarakat. Adapun tujuan dari peranan ini adalah untuk menghasilkan laba bagi perbankan itu sendiri. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya dalam merepresentasikan kinerja perusahaan 3 secara keseluruhan. Dengan tingkat laba yang memadai, menjamin pendapatan untuk para kreditor dan pemegang saham. Semakin besar tingkat laba, maka akan menambah kepercayaan pihak deposan dan investor. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada penggunaan rasio Return on Asset ROA, karena penulis ingin melihat sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang diperoleh dari aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana masyarakat, selain itu Bank Indonesia juga lebih mengutamakan profitabilitas suatu bank diukur dari aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana masyarakat, sehingga ROA lebih mewakili. ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset perusahaan. Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi keuangan bank tersebut dari segi penggunaan asetnya Dendawijaya, 2005:118. Capital Adequacy Ratio CAR yang merupakan indikator permodalan dijadikan variabel yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank. Kecukupan modal berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar dana berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat Sinungan, 2000:162. Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat, dan akhirnya meningkatkan 4 ROA. Nilai CAR sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu minimal delapan persen karena dengan modal yang cukup, bank dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih aman dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya. Semakin besar CAR maka keuntungan bank juga semakin besar Kuncoro dan Suhardjono, 2011:529. Industri perbankan dalam kegiatan usahanya untuk memperoleh profitabilitas sangat mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatannya perlu dipelihara. Oleh karena itu, dalam memperoleh profitabilitas bank juga dapat di lihat dari tingkat likuiditas dan Non Performing Financing NPF. Likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk memenuhi penarikan simpanan dan liabilitas lain serta untuk memenuhi permintaan dana bagi portofolio pinjaman dan investasi. Sebuah bank dikatakan memiliki potensi likuiditas yang memadai ketika dia dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan meningkatkan liabilitas, menambah modal, atau menjual aset secara cepat dan pada biaya yang wajar Van Greuning dan Iqbal, 2011:143. Tingkat likuiditas dapat dilihat melalui Financing to Deposit Ratio FDR. Financing to Deposit Ratio FDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank Dendawijaya, 2005:116. Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas Rivai et al, 2007:394. Sebagian praktisi perbankan 5 menyepakati batas aman FDR suatu bank adalah 80, namun batas toleransi antara 85-100 Dendawijaya, 2005:117. Dalam rangka mengoptimalkan profitabilitasnya, bank akan berusaha untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Salah satu bentuk penyaluran dana perbankan syariah adalah melalui pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat. Namun, pembiayaan merupakan salah satu faktor rapuhnya usaha perbankan apabila pembiayaan tersebut dinyatakan bermasalah. Pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing NPF merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan yang diberikan. Misalnya, berapa persen jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tidak dapat ditagih. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank Dendawijaya, 2005:88. Menurut Hidayat 2014:122, apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah Non Performing Financing memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasionaladalah rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. BOPO menunjukkan kemampuan bank dalam menjalankan operasionalnya secara efisien. Hubungan antara BOPO dan ROA adalah berbanding terbalik, semakin rendah 6 BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, denganadanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar Dendawijaya, 2005:118. Namun, penilaian kinerja keuangan saja tidak cukup karena perusahaan saat ini dituntut untuk tidak hanya berfokus pada peningkatan kondisi kinerja keuangan saja, akan tetapi perusahaan dituntut untuk fokus juga terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan hubungan sosial pada kondisi eksternal perusahaan yang merupakan tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder juga seberapa baik perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosial masyarakat dan lingkungannya. Dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat Satyo, 2005:8. Tabel 1.2 Rata-rata Pertumbuhan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing,Finance to Deposit Ratio, Biaya Operasional Pendapatan Operasional,Corporate Social Responsibility, dan Return on Assets Bank Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014 Tahun CAR NPF FDR BOPO CSR ROA 2010 35.91 1.68 89.54 99.52 2.93 0.95 2011 31.52 1.53 105.53 87.27 2.51 1.45 2012 23.65 1.93 100.66 84.49 2.20 1.49 2013 20.51 1.89 99.27 89.39 2.16 1.12 2014 21.28 3.19 96.35 95.42 2.56 0.56 Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah 2015 Data Diolah Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rataCAR 2010-2013 pada bank syariah di Indonesia mengalami penurunan namun pada tahun 2014 7 mengalami pertumbuhan tetapi tidak signifikan karena kenaikannya hanya sebesar 0,77.Walaupun CAR setiap tahunnya mengalami penurunan namun CAR tergolong sangat baik karena berada pada peringkat 1 satu di mana CAR ≥ 12. Berdasarkan Tabel 1.2 rata-rata NPF bank syariah di Indonesia 2010-2014 mengalami fluktuasi dan kenaikan NPF tertinggi terjadi pada tahun 2014, namun hal tersebut masih berada pada pada batas aman karena berada di bawah 5 atau peringkat 1 satu yaitu NPF 2 dan tergolong sangat baik. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa posisi pembiayaan financing yang diberikan kepada pihak ketiga yang dilihat dari rata-rata FDR tahun 2010-2011 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2012-2014 mengalami penurunan di mana penurunan terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,87 dan jika dilihat dari rata-rata FDR 2010-2014 tergolong cukup baik karena berada pada peringkat 3 tiga yaitu 85 FDR ≤100. Berdasarkan Tabel 1.2 rata-rata rasio perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO pada bank syariah di Indonesia tahun 2010-2012 mengalami penurunan, di mana penurunan terbesar terjadi di tahun 2011 dengan persentase sebesar 12,25. Sedangkan pada tahun 2013-2014 rata- rata rasio BOPO mengalami kenaikan dan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,09. rasio BOPO berada pada peringkat 5 lima yaitu BOPO 89 mencerminkan bank sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian, industry keuangan, dan mengalami kesulitas yang dapat membahayakan kelangsungan usaha dari bank tersebut. 8 Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa rata-rata CSR bank syariah di Indonesia tahun 2010-2013 mengalami penurunan, namun pada tahun 2014 rata- rata CSR bank syariah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,4. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan CSR bank syariah di Indonesia periode 2010-2014 berada pada peringkat 4 empat yaitu 2CSR ≤3 dan tergolong kurang baik. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa rata-rata ROA bank syariah di Indonesia tahun 2010-2012 mengalami peningkatan yang tidak signifikan karena peningkatan tertinggi hanya 0,5 di tahun 2011, namun pada tahun 2013 dan 2014 rata-rata ROA mengalami penurunan walaupun penurunan tersebut tidak juga tidak signifikan yakni hanya sebesar 0,56. Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, rata-rata pertumbuhan ROA bank syariah di Indonesia periode 2010-2014 berada pada peringkat 3 tiga yaitu 0,5 ROA ≤1,25 dan dikatakan cukup baik. Berdasarkan perkembangan kinerja keuangan, tanggung jawab sosial, dan profitabilitas dalam Tabel 1.2, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tanggung Jawab Sosial terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah