Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu Tabel

8 Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa rata-rata CSR bank syariah di Indonesia tahun 2010-2013 mengalami penurunan, namun pada tahun 2014 rata- rata CSR bank syariah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,4. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan CSR bank syariah di Indonesia periode 2010-2014 berada pada peringkat 4 empat yaitu 2CSR ≤3 dan tergolong kurang baik. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa rata-rata ROA bank syariah di Indonesia tahun 2010-2012 mengalami peningkatan yang tidak signifikan karena peningkatan tertinggi hanya 0,5 di tahun 2011, namun pada tahun 2013 dan 2014 rata-rata ROA mengalami penurunan walaupun penurunan tersebut tidak juga tidak signifikan yakni hanya sebesar 0,56. Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, rata-rata pertumbuhan ROA bank syariah di Indonesia periode 2010-2014 berada pada peringkat 3 tiga yaitu 0,5 ROA ≤1,25 dan dikatakan cukup baik. Berdasarkan perkembangan kinerja keuangan, tanggung jawab sosial, dan profitabilitas dalam Tabel 1.2, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tanggung Jawab Sosial terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Financing NPF, Financing to Deposit Ratio FDR, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO, dan Corporate Social Responsibility CSR 9 berpengaruh terhadap Profitabilitas ROA bank syariah di Indonesia periode 2010-2014?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dariCapital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Financing NPF, Financing to Deposit Ratio FDR, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO, dan Corporate Social Responsibility CSR berpengaruh terhadap Profitabilitas ROA bank syariah di Indonesia periode 2010-2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap: 1. Bagi Bank Syariah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen perbankan syariah dalam kebijakan yang akan diambil dalam rangka meningkatkan kinerja bank syariah. 2.Bagi Peneliti, hasil penelitian ini menambah pengetahuan mengenai kinerja keuangan dan kinerja sosial dari perbankan syariah. 3. Bagi Peneliti Lain, hasil ini dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya dalam mengkaji permasalahan yang terjadi di bank syariah. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah A. Pengertian Bank Syariah Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam Ali, 2008:1. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah dimana imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank Ismail, 2011:32. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah Booklet Perbankan Indonesia, 2011. Prinsip-prinsip tersebut dalam Pasal 2 UU No.21 tahun 2008 menyatakan bahwa: 11 1. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas , kuantitas, dan waktu penyerahan fadhl, atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu nasi’ah; 2. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan; 3. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah; 4. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; 5. Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. Triandaru dan Totok 2006:153 berpendapat bahwa bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sumber dana bank syariah terdiri dari tiga jenis Irmayanto et al, 2002:130, yaitu: 1. Modal Sumber dana awal bank syariah adalah bersumber dari pihak pertama yang diserahkan para pemilik bank. Setiap akhir tahun, pemilik modal akan memperoleh bagian laba dividen dari hasil usaha bank. 12 2. Titipan Secara umum ada dua macam Wadi’ah yakni Wadi’ah Yad Al Amanah dan Wadi’ah Yad Adh Dhamanah. 3. Investasi Investasi bank syariah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola dana, dengan prinsip mudharabah yaitu akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola Kasmir, 2008:194. B. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah Booklet Perbankan Indonesia, 2011. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional No Bank Syariah Bank Konvensional 1 Hanya membiayai investasi yang halal saja. Tidak membedakan investasi haram dan halal. 2 Pendapatan bank berdasarkan prinsip bagi hasil, sewa, dan jual beli. Pendapatan dari selisih bunga pinjaman dan bunga tabungan. 3 Berorientasi kepentingan bersama dan tidak mengejar keuntungan. Kepentingan sepihak dan semata-mata mengejar keuntungan. 4 Hubungan kekeluargaan dan kemitraan antara pemilik bank dan pengguna dana. Semata-mata hanya hubungan komersial bisnis. 5 Selalu diawasi Dewan Pengawas Syariah. Diawasi Bank Indonesia. 13

2.1.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah

Menurut Latumaerissa 2011:334 kegiatan usaha bank syariah terdiri dari: 1. Giro berdasarkan prinsip wadi’ah. 2. Tabungan berdasarkan prinsip wadia’ah atau mudharabah. 3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. 4. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, ijarah,salam, dan jual beli lainnya. 5. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah, dan bagi hasil lainnya. 6. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip syariah. 7. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah. 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah. 9. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujr. 10. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah. 11. Memberikan fasilitas letter of credit LC berdasarkan prinsip wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip kafalah. 12. Melakukan kegiatan usaha kartu debit berdasarkan prinsip ujr. 14 13. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah. 14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf. 15. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah, dan atau mudharabah pada bank perusahaan lain. 2.1.3Profitabilitas Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Tingkat laba yang dihasilkan oleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston 2012:146 profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. Definisi profitabilitas menurut Dendawijaya 2005:118, profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan yang bersangkutan. Untuk itu maka dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio ROA. ROA menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap nilai aset dan mencerminkan kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber daya bank dalam menghasilkan laba. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: 15 100 x Aset Total Pajak Sebelum Laba ROA = Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.Kriteria penilaian peringkat ROA menurut BI 2007 adalah: Peringkat 1 = ROA 1,5; Peringkat 2 = 1,25 ROA ≤ 1,5; Peringkat 3 = 0,5 ROA ≤ 1,25; Peringkat 4 = 0 ROA ≤ 0,5; dan Peringkat 5 = ROA ≤ 0. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan maka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan 16 profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Mengingat begitu pentingnya bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki untuk memperoleh laba selama periode tertentu Munawir, 2010:33, maka perlu untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dalam sebuah perbankan.

2.1.4 Kinerja Keuangan

Secara umum, pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran– ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktivitas yang dilakukan secara berkala atas dasar laporan manajemen dan laporan keuangan yang merupakan pencerminan prestasi yang dicapai perusahaan Rosiliana, 2014. Fahmi 2011:2 berpendapat bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut Wibowo, 2011:7. Kinerja menurut Bastian 2006:274 merupakan 17 gambaran pencapaian pelaksanaan program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi suatu organisasi. Untuk mengukur kinerja dari suatu perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu Kasmir, 2008:7. Laporan keuangan adalah ikhtisar mengenai keadaan finansial perusahaan, dimana neraca menggambarkan nilai aktiva, hutang dan modal pada satu tanggal tertentu, dan laporan laba rugi menggambarkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu, laporan sumber penggunaan dana dan laporan arus kas Munawir, 2002:4. Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu Martono dan Harjito, 2008:50. Menurut Kasmir 2008:78 angka-angka yang ada dalam laporan keuangan akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lain. Setelah itu dapat disimpulkan posisi keuangan perusahaan untuk periode tertentu yang pada akhirnya dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan tersebut dikenal dengan rasio keuangan. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau diperhatikan sesuai dengan target perusahaan. Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya 18 Kasmir, 2008:104. Aspek rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan pada penelitian ini yaitu Capital Adequacy Ratio CAR,Non Performing Financing NPF, Financing to Deposit Ratio FDR, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO.

2.1.4.1 Capital Adequacy Ratio CAR

Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang memperhitungkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber–sumber diluar bank, seperti masyarakat, pinjaman utang, dan lain–lain. Dengan kata lain Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan. Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 713PBI2005 telah ditetapkan bahwa setiap bank syariah wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi penyediaan modal minimum. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut Rivai dan Andria, 2008:241: CAR = Modal Bank Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR x100 Semakin tinggi rasio CAR menindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko- risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko kredit atau pembiayaan. 19 Kriteria penilaian peringkat untuk rasio CAR ini menurut BI 2007 adalah: Peringkat 1 = CAR ≥12 ; Peringkat 2 = 9 ≤ CAR 12; Peringkat 3 = 8 ≤ CAR 9; Peringkat 4 = 6 CAR 8; dan Peringkat 5 = CAR ≤ 6.

2.1.4.2 Non Performing Financing NPF

Rasio Non Performing Financing NPF digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Meningkatnya kredit macet menurunkan aset bank dan dapat menyebabkan bank menjadi kurang sehat insolvent atau kewajiban lebih besar daripada aset Silvanita, 2009:33. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank Dendawijaya, 2005:88. Menurut Hidayat, 2014:122, apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah Non Performing Financing memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank. Adapun beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut Djamil, 2012:73 yaitu: 1. Faktor intern berasal dari pihak bank, terdiri dari: a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah. b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah. 20 c. Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah. d. Proyeksi penjualan terlalu optimis. e. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor. f. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable. g. Lemahnya supervisi dan monitoring. h. Terjadinya emosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat. 2. Faktor ekstern, terdiri dari: a. Karakter nasabah tidak amanah tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya b. Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha. c. Usaha yang dijalankan relatif baru. d. Bidang usaha nasabah telah jenuh. e. Tidak mampu menanggulangi masalah kurang menguasai bisnis. f. Meninggalnya key person. g. Perselisihan sesama direksi. h. Terjadi bencana alam. i. Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut. 21 Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas pembiayaan dipengaruhi oleh kualitas pembiayaan yang merupakan sumber utama bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi. Adapun tingkat dari Non Performing Financing dapat dihitung dengan sebuah rasio yaitu sebagai berikut : 100 x Pembiayaan Total Bermasalah Pembiayaan NPF = Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio NPF ini menurut BI 2007 adalah: Peringkat 1 = NPF 2; Peringkat 2 = 2 ≤ NPF 5 ; Peringkat 3 = 5 ≤ NPF 8; Peringkat 4 = 8 ≤ NPF 12; dan Peringkat 5 = NPF ≥ 12.

2.1.4.3 Financing to Deposit Ratio FDR

Financing to Deposit Ratio FDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank Dendawijaya, 2005:116. Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya 22 kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas Rivai et al, 2007:394. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman FDR suatu bank adalah 80. Namun batas toleransi berkisar antara 85-100 Dendawijaya, 2005:116. Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran financing to deposito ratio FDR, yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban pada bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada dibawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur idle money. Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing to Deposit Ratio FDR adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan masyarakat. FDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 100 x Masyarakat Simpanan Dana diberikan yang Pembiayaan Jumlah FDR = Semakin tinggi rasio FDR menunjukkan kurang efektifnya bank dalam menyalurkan pembiayaan. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio FDR ini 23 menurut BI 2007 adalah: Peringkat 1 = FDR ≤ 75; Peringkat 2 = 75 FDR ≤85; Peringkat 3 = 85 FDR ≤ 100; Peringkat 4 = 100 FDR ≤ 120; dan Peringkat 5 = FDR 120.

2.1.4.4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasionalyang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional Agus, 2010. BOPO digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi dan efektivitas bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya, dilihat dari kemampuannya menghasilkan pendapatan operasional. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan begitu maka keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. BOPO merupakan upaya bank untuk meminimumkan risiko operasional. Risiko operasional berasal dari kerugian operasional yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinannya kegagalan atas jasa-jasa dan produk- produk yang ditawarkan. Untuk menghitung BOPO dapat menggunakan rumus: BOPO = Biaya Operasional Pendapatan Operasional x100 Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank dan semakin tinggi rasio ini mencerminkan bahwa kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya. Adapun kriteria penilaian peringkat BOPO menurut BI 2007 adalah: Peringkat 1 24 = BOPO ≤ 83; Peringkat 2 = 83 BOPO ≤ 85; Peringkat 3 = 85 BOPO ≤ 87; Peringkat 4 = 87 BOPO ≤ 89; dan Peringkat 5 = BOPO 89.

2.1.5 Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility CSR merupakan konsep yang semakin mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Corporate Social Responsibility merupakan suatu korporasi berbadan hukum yang dalam perkembangannya didirikan demi kepentingan umum sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan sosial, dimana pengungkapan yang dilakukan tidak sebatas mengenai informasi keuangan perusahaan saja, namun diharapkan juga untuk memberikan informasi mengenai dampak yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan masalah sosial dalam masyarakat mengenai dunia bisnis Bertens, 2000:289. Menurut Cadbury dalam Hartman 2011:153 perusahaan harus bertanggung jawab kepada masyarakat atas keputusan yang diambilnya, namun masyarakat harus menerima tanggung jawabnya untuk menetapkan standar terhadap keputusan yang dibuat itu. Istilah tanggung jawab sosial merujuk pada perhatian yang tepat dan objektif bagi kesejahteraan masyarakat yang mengendalikan perilaku individu dan perusahaan dari aktivitas yang dapat merusak, dengan tidak mengharapkan keuntungan yang singkat, melainkan dapat menghasilkan kontribusi positif terhadap kemajuan manusia dengan cara yang bervariasi tergantung dari definisi kemajuan manusi itu Hartman, 2011:153. 25 Secara umum, CSR mencakup berbagai tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat dimana perusahaan itu beroperasi. European Commision mendefinisikan CSR sebagai “suatu konsep dimana perusahaan memutuskan dengan sukarela untuk berkontribusi demi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.” Untuk menilai tanggung jawab sosial pada penelitian ini di proksikan dengan menggunakan rasio CSR sebagai berikut SEBI, 2007: CSR = Biaya Promosi Biaya Operasional ×100 Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar peran bank syariah dalam proses pembelajaran masyarakat.Menurut BI 2007 kriteria penilaian peringkat untuk rasio CSR adalah: Peringkat 1 = CSR 7; Peringkat 2 = 5 CSR ≤ 7; Peringkat 3 = 3 CSR ≤ 5; Peringkat 4 = 2 CSR ≤ 3; dan Peringkat 5 = CSR ≤ 2. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 1 Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu 2006 Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia Dependen: ROA Independen: 1. CAR 2. LDR 3. NPL 4. DER 5. BOPO Regresi Linier Berganda 1. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 2. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 3. NPL berpengaruh positif dan tidak 26 Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu signifikan terhadap ROA. 4. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 5. BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 2 Bambang Agus Pramuka 2010 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Dependen: Return on Assets ROA Independen: 1. Financing to Deposit Ratio FDR 2. Non Performing Financing NPF Regresi Linier Berganda FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas ROA, sedangkan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas ROA. 3 Dhika Rahma Dewi 2010 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Dependen: ROA Independen: 1. CAR 2. FDR 3. NPF 4. REO Regresi Berganda 1. CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 2. FDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 3. NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4. REO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4 Muhammad Farhan Akhtar, Khizer Ali, dan Shama Sadaqat 2011 Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan. Dependen: 1. ROA 2. ROE Independen: 1. Ukuran bank 2. DER 3. manajemen aset Regresi Multivariat 1. DER dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kedua model ROA dan ROE. 2.Manajemen aset berpengaruh positif dan 27 Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 4. NPL 5. CAR 6. efisiensi operasi signifikan terhadap ROA, namun berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. 3. Ukuran bank berpengaruh negatif dan signifikan pada kedua model ROA dan ROE. 4. NPL memiliki pengaruh yang negatif dengan profitabilitas ROA dan ROE, dimana pengaruh NPL terhadap ROA signifikan dan tidak signifikan pada ROE. 5. Efisiensi operasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan ROE. 5 Nadeem Iqbal, Naveed Ahmad, Mehreen Kanwal 2013 Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Islamic and Conventional Financial Institution. Dependen: 1. EPS 2. ROA 3. ROE Independen: CSR Regresi Terdapat hubungan yang positif antara profitabilitas dan praktik CSR. 6 Odetayo, T.A, Adeyami, A.Z, dan Sujiyigbe, A.S 2014 Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Nigeria Banks. Dependen: ROA Independen: CSR Regresi Sederhana CSR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. 7 Kadek Rosiliana, Gede Ade Yuniarta, Nyoman Ari Surya Darmawan 2014 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Dependen: 1. ROE 2. ROA 3. ROS Independen: CSR Regresi Berganda 1. CSR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE. 2. CSR berpengaruh positif dan sigifikan terhadap 28 Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Indonesia Periode 2008-2012. ROA. 3. CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROS. 8 Akhmad Fauzi 2014 Pengaruh Zakat Perbankan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Bank Umum Syariah di indonesia Periode 2009-2013. Dependen: ROA Independen: 1. Zakat perbankan 2. CSR Regresi Berganda Hasil pengujian secara parsial dengan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel CSR tidak berpengaruhterha dap ROA perbankan dan variabel zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual