Budaya Pendidikan Keadaan Demografi .1 Penduduk

1.Idano Gawo 2.Bawolatu 3.Sirombu 4.Mandrehe 5.Gido 6.Lolotifu Moi 7.Gunungsitoli 8.Hiliduho 9.Alasa 10.Nahomalu Esiwa 11. Lahewa 12. Afulu 13. Tuhemberua 14. Lotu 4 - 8 - 6 1 15 - - - 21 3 20 1 113 130 65 125 210 126 113 64 75 60 60 26 65 51 16 8 10 43 29 30 10 45 30 120 20 10 33 7 - - - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - - - 1 - - - - - - - 133 138 87 169 248 157 161 109 105 180 103 39 121 59 Sumber : BPS Kabupaten Nias

2.2.3 Budaya

Daerah Nias memiliki sejarah kemegahan masa lampau yang tak ternilai harganya. Hal ini bisa dibuktikan dari penemuan kebudayaan megalitik dari masa 3000-5000 tahun sebelum Masehi atau sekitar 2500-5000 tahun silam, ditemukannya peninggalan-peninggalan kebudayaan purbakala yang ditinggalkan oleh nenek Universitas Sumatera Utara moyang suku Nias. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti asal-usul nenek moyang suku Nias atau “Suku Ono Niha”. Namun banyak anggapan yang menyatakan bahwa nenek moyang suku Nias dahulunya adalah pelaut dan memasuki daerah pedalaman kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. diyakini dari seluruh pelosok tanah Nias. Nias sangat sangat kaya akan berbagai unsur budaya yang memiliki ciri khas tersendiri seperti unsur bahasa, hukum adat, kesenian, arsitektur rumah, olahraga, dan pesta-pesta adat seperti masa panen, perkawinan, pengangkatan gelar, dan lain sebagainya. Pertalian daerah dan darah yang masih kuat menyebabkan semangat tolong-menolong masih tetap hidup diantara rakyat, sehingga umumnya tidak terdapat orang-orang yang terlantar.

2.2.4 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu daerah. Semakin tinggi dan semakin merata tingkat pendidikan suatu daerah, semakin maju daerah tersebut. Pada tahapan tertentu tingkat pendidikan dapat meningkatkan status sosial dalam kehidupan penduduk. Pemerataan kesempatan pendidikan senantiasa diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari tingkat pendidikan terendah sampai jenjang tertinggi. Ketersediaan fasilitas pendidikan di kabupaten Nias masih jauh dari yang diharapkan baik dari jumlah gedung sekolah, jumlah tenaga pendidik guru, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Universitas Sumatera Utara Tingkat partisipasi sekolah erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Semakin sejahtera penduduk suatu daerah, maka tingkat partisipasi sekolah juga akan semakin tinggi. Penyebab utama rendahnya angka partisipasi sekolah putus sekolah adalah tingkat perekonomian keluarga yang kurang mendukung karena sebagian besar penghasilan masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan makanan di samping faktor- faktor lainnya. TABEL 2.2.4 JUMLAH SEKOLAH DI KABUPATEN NIAS TAHUN 1980-1990 No Kecamatan TK SD SLTP SLTA Jumlah 1 Idano Gawo 1 27 1 1 30 2 Bawolatu 1 16 2 - 19 3 Sirombu 2 22 4 1 27 4 Mandrehe 1 44 9 3 57 5 Gido 6 38 3 2 49 6 Lolofitu Moi - 27 4 2 33 7 Gunungsitoli 9 62 14 9 94 8 Hiliduho - 36 4 5 45 9 Alasa - 33 4 1 38 10 Namohalu Esiwa 1 13 1 - 15 11 Lahewa 3 33 5 1 42 12 Afulu - 14 2 - 16 Universitas Sumatera Utara 13 Tuhemberua - 42 4 1 47 14 Lotu 1 12 4 1 18 JUMLAH 25 419 61 27 532 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Tingginya tingkat pendidikan dalam suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sumber daya manusia daerah tersebut. Salah satu indikator meningkatnya kualitas sumber daya manusia suatu daerah dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan penduduknya. Pada tahun 1920 berdirilah sebuah sekolah Belanda “Melsjesvervolgschool” dan pada tahun 1932 didirikan sebuah HIS atas inisiatif partikulir yang kemudian menjadi Chr. HIS Dr. Nomensen Schoolvereniging. Menurut catatan dalam tahun 1950 jumlah murid-murid sekolah, 15.605 dan Guru-guru 342 orang. Terdapat 35 sekolah rendah, 109 sekolah rendah permulaan, 1 sekolah keputrian,dan satu sekolah menengah pertama murid 65 orang dan 3 orang guru. Menurut data yang diperoleh pada bulan juli 1952, di Kabupaten Nias terdapat 160 buah Sekolah Rakyat, diantaranya Sekolah Rakyat III berjumlah 114 buah dan Sekolah Rakyat IV berjumlah 46 buah. Jumlah murid seluruhnya 18.233 orang, dimana laki-laki berjumlah 14.137 orang dan perempuan berjumlah 4096 orang, guru-gurunya berjumlah 428 orang. Hasrat penduduk untuk kemajuan pendidikan dapat terlihat dari kegiatan rakyat mendirikan sekolah-sekolah baru. Dalam tiap-tiap Negeri ori dibentuk Badan Penyantun Sekolah. Berkat kegiatan Badan ini dengan bekerjasama dengan guru- Universitas Sumatera Utara guru, usaha pendidikan dapat berjalan terus walaupun hubungan dengan departemen pendidikan nasional pada waktu itu masih terbatas. Untuk perbandingan dapat dipaparkan bahwa di jaman Hindia Belanda terdapat sekolah Rakyat 3 tahun dan beberapa saja sekolah Rakyat yang masa pendidikannya selama 5 tahun. Dari sekolah Rakyat ini siswanya dapat melanjutkan ke sekolah Seminari yang masa pendidikannya selama 3-4 tahun dan setelah tamat dari pendidikan dapat menjadi guru di sekolah Rakyat yang masa pendidikannya 3 tahun.

2.2.5 Kesehatan