4. Merupakan Persekutuan Modal yang Terbagi dalam Bentuk Saham;
61
5. Memenuhi Persyaratan Undang-Undang.
B. Struktur Organ Perseroan Terbatas
Di dalam Undang-undang Perseroan Terbatas UUPT ditentukan bahwa organ perseroan terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Komisaris dan Direksi
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 2 UUPT. Dengan adanya 3 tiga organ Perseroan tersebut, maka perlu dipahami bagaimana hubungan dan mekanisme kerja
masing-masing organ tersebut. Untuk memahaminya berikut ini akan diuraikan tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing organ perseroan tersebut
berdasarkan UUPT, anggaran dasar dan ketentuan serta best practice yang berlaku dalam korporasi.
Masing-masing organ Perseroan Terbatas mempunyai tugas dan kewenangan sendiri-sendiri, yaitu:
1 Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan dan memegang segala kewenangan
yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris. Dengan demikian RUPS merupakan organ yang tertinggi di dalam Perseroan. RUPS terdiri dari rapat tahunan dan
rapat-rapat lainnya. Di dalam RUPS ini setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali Anggaran Dasar menentukan lain.
61
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, Jakarta: FH UI Press, 2006, hal. 35.
Universitas Sumatera Utara
Menurut definisi Undang-Undang Perseroan Terbatas, RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang danatau anggaran dasar. Salah satu kewenangan absolut RUPS adalah mengangkat dan memberhentikan anggota
direksi karena kewenangan ini tidak dapat dilimpahkan kepada organ perseroan lainnya atau pihak lain.
62
Oleh karena prinsip pola hubungan RUPS dan direksi adalah fiduciary, maka RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau
dewan komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini danatau anggaran dasar.
63
Beberapa wewenang RUPS yang tidak diberikan kepada direksi berdasarkan UUPT adalah:
a mengalihkan kekayaan perseroan; atau
b menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan;
64
c mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri kepada pengadilan
niaga.
65
Pembatasan wewenang di samping menurut UUPT tersebut, RUPS dapat menambah pembatasan wewenang direksi yang mekanisme keputusannya harus melalui
RUPS. Mengenai substansi wewenang yang akan dibatasi tersebut sangat tergantung kepada jenis usaha Perseroan, pertimbangan pemilik terhadap besarnya bobot wewenang
tersebut terhadap kelangsungan usaha bila disalah gunakan dan tingkat kepercayaan
62
Pasal 94 ayat 1 dan Pasal 105 ayat 1 UUPT serta penjelasannya.
63
Pasal 75 ayat 1 dan ayat 2 UUPT
64
Pasal 102 ayat 1 UUPT, juga dijelaskan bahwa kekayaan perseroan tersebut merupakan lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 satu transaksi atau lebih, baik
yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
65
Pasal 104 ayat 1 UUPT
Universitas Sumatera Utara
pemilik kepada pengurus. Kemudian dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi danatau dewan
komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan.
2 Komisaris
Komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasehat kepada direksi dalam
menjalankan Perseroan. Wewenang dan kewajiban komisaris ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Seperti halnya pengurus, maka komisaris dalam menjalankan tugasnya
wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dengan demikian apabila komisaris dalam
menjalankan tugasnya dengan tidak itikad baik, dan menimbulkan kerugian maka komisaris dapat dipertangungjawabkan secara pribadi.
Sama halnya dengan direksi, dewan komisaris diangkat oleh RUPS.
66
Keberadaan dewan komisaris sebagai organ perseroan adalah untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada direksi.
67
Pengawasan dan pemberian nasehat dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
68
Oleh karena itu dewan komisaris harus mengembangkan suatu instrumen dan parameter untuk menjalankan fungsinya sebagai
66
Pasal 111 ayat 1 UUPT
67
Pasal 108 ayat 1 UUPT
68
Pasal 108 ayat 2 UUPT
Universitas Sumatera Utara
pengawas. Beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh dewan komisaris untuk menjalankan fungsinya antara lain adalah:
a Mengevaluasi, menyetujui dan mengawasi realisasi rencana kerja perseroan
secara periodik. b
Mengevaluasi laporan hasil temuan pengawas internal dan eksternal, memberikan saran-saran penyelesaiannya, serta mengawasi pelaksanaan
tindak lanjut penyelesaiannya. c
Mengevaluasi laporan penerapan manajemen risiko jika perseroan adalah Bank.
69
d Meminta laporan penerapan Good Corporate Governance GCG,
mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaannya.
70
e Membatasi wewenang direksi sampai batas tertentu dengan mengharuskan
direksi meminta persetujuan kepada dewan komisaris sepanjang tidak bertentangan dengan UUPT dan anggaran dasar.
f Memberhentikan sementara anggota direksi dengan menyebutkan
alasannya.
71
Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 satu orang anggota merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri,
melainkan berdasarkan keputusan dewan komisaris.
72
Dalam pasal 117 ayat 1
69
Pasal 2 a Peraturan Bank Indonesia No.58PBI2003, tanggal 19 Mei 2003
70
Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia No. 84PBI2006, tanggal 30 Januari 2006
71
Pasal 106 auat 1 UUPT
72
Pasal 108 ayat 4 UUPT
Universitas Sumatera Utara
disebutkan bahwa “Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada dewan komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.” Selanjutnya dalam penjelasan disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan “memberikan persetujuan” adalah memberikan
persetujuan secara tertulis dari dewan komisaris. Sedangkan yang dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan dewan komisaris mendampingi direksi dalam melakukan
perbuatan hukum tertentu.” Pemberian persetujuan atau bantuan oleh dewan komisaris kepada direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu bukan merupakan tindakan pengurusan. Undang- Undang ini membolehkan komisaris memiliki wewenang tertentu yang tidak diberikan
kepada direksi sepanjang hal itu diatur dalam anggaran dasarnya, tetapi wewenang eksekusinya tetap berada di tangan direksi. Tujuannya adalah sebagai proses
pengawasan pada hal-hal tertentu yang dianggap sangat krusial dan memiliki risiko tinggi. Ketentuan ini juga mewajibkan bentuk persetujuan harus tertulis, yang bisa
ditafsirkan bahwa sebelum mengambil keputusan menyetujui usulan direksi tentunya harus ada alasan dan analisa yang mendukung disetujuinya usulan tersebut. Alasan dan
usulan tersebut nantinya akan berguna sebagai dasar untuk menilai apakah seorang komisaris bersalah atau tidak jika kelak akibat keputusan tersebut perseroan menderita
kerugian. Peran dewan komisaris di samping memberikan persetujuan juga bisa
memberikan bantuan yang dapat ditafsirkan hanya bersifat sukarela, di mana wewenangnya ada pada direksi. Untuk pemberian bantuan ini, dewan komisaris tidak
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab secara hukum atas akibat dari perbuatan hukum tersebut. Pada ketentuan Pasal 109 ayat 1 mengharuskan Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai dewan komisaris juga wajib mempunyai dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan nasehat dan
saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah sebagaimana yang diatur pada pasal 109 ayat 3.
3 Direksi.
Direksi merupakan “ujung tombak” organ perseroan yang bertangggung jawab penuh atas kepengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dengan demikian kepengurusan Perseroan dilakukan oleh direksi yang
diangkat oleh RUPS sesuai dengan Anggaran Dasarnya. Sesuai dengan definisi yang diberikan oleh UUPT, direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
73
Tugas Direksi sebagai keabsahan suatu perbuatan hukum sangatlah bergantung pada kewenangan yang dimiliki oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum tersebut.
Kewenangan ini oleh kalangan ahli hukum digolongkan kedalam kewenangan yang berdasarkan pada:
73
Pasal 1 angka 5 UUPT.
Universitas Sumatera Utara
1. Kapasitas diri sendiri sebagai individu pribadi;
2. Kapasitas sebagai pemegang kuasa yang bertindak untuk dan atas nama
pemberi kuasa; 3.
Kapasitas untuk bertindak dalam jabatan yang dalam hal ini bertindak selaku yang berwenang berdasarkan jabatannya tersebut.
74
Konsep kewenangan bertindak tersebut menjadi penting terutama jika dihubungkan dengan konsekuensi hukum dan tidak terpenuhinya syarat subjektif sahnya
suatu perjanjian. Hukum perjanjian dan lazimnya peraturan perundang-undangan yang berlaku mengancam setiap perbuatan hukum yang tidak memenuhi syarat subjektif ini
dengan ancaman batal dan dapat dibatalkan setiap saat selama masa daluwarsa masih belum terlewati dan atau dalam hal perjanjian tidak diratifikasi lebih lanjut. Dalam KUH
Perdata, hak untuk membatalkan perjanjian yang demikian diberikan kepada mereka yang syarat subjektifnya tidak terpenuhi.
75
Mengenai kaitannya dengan Perseroan ditentukan bahwa yang menjalankan tugas pengurusan adalah direksi sehingga direksi mewakili perseroan melakukan
perbuatan hukum dalam kapasitas untuk bertindak dalam jabatan yang dalam hal ini bertindak selaku yang berwenang berdasarkan jabatannya tersebut. Untuk memenuhi
legalitas melakukan tindakan hukum mewakili perseroan, direksi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
74
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, op.cit., hal. 118
75
Lihat juga ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
1. Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum
dan dalam waktu 5 lima tahun sebelum pengangkatannya tidak pernah: a.
Dinyatakan pailit; b.
Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit;
c. Dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keungana
negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
76
2. Lulus fit and proper test oleh Bank Indonesia untuk direksi Bank.
77
3. Anggota direksi diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu.
78
Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Ketentuan ini menugaskan direksi untuk
mengurus Perseroan yang antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari Perseroan. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang
tepat dan dalam batas yang ditentukan dalam batas yang ditentukan dalam Undang- Undang danatau Anggaran Dasar. Sedangkan yang dimaksud dengan “kebijakan yang
dipandang tepat” adalah kebijakan yang antara lain didasarkan pada keahlian, peluang yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis.
79
Undang-Undang Perseroan Terbatas mewajibkan Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun danatau mengelola dana masyarakat,
76
Pasal 93 ayat 1 UUPT.
77
Peraturan Bank Indonesia Nomor 525PBI2003, tanggal 10 November 2003.
78
Pasal 94 ayat 1 ayat 3 UUPT.
79
Pasal 92 ayat 1 dan ayat 2 UUPT beserta penjelasannya.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang anggota direksi. Khusus untuk
Bank Umum, Bank Indonesia mewajibkan adanya seorang Direktur Kepatuhan Compliance Director. Dalam hal direksi terdiri atas 2 dua anggota direksi atau lebih,
pembagian tugas dan wewenang pengurusan diantara anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Jika RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan
wewenang anggota direksi maka direksi harus mengatur pembagian tugas dan wewenang berdasarkan keputusan direksi. direksi sebagai organ Perseroan yang
melakukan pengurusan Perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan. Oleh karena itu, apabila RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota
direksi, sudah sewajarnya penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri.
80
C. Doktrin Hukum dalam Perseroan Terbatas