Tugas Bank Indonesia untuk mengawasi Bank sebagaimana diamanahkan menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 adalah bersifat sementara. Namun
demikian, mengingat amanat pembentukan lembaga pengawas sektor jasa keuangan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2002 telah terlamapui, maka dengan Undang-
Undang No. 3 Tahun 2004 ditegaskan kembali bahwa pengawasan terhadap bank akan dilaksanakan oleh lembaga pengawas sektor jasa keuangan Otoritas Jasa Keuangan
OJK yang independen yang akan dibentuk selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2010. Pengunduran batas waktu pembentukan lembaga tersebut, ditetapkan
dengan memperhatikan kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur lembaga pengawas tersebut dalam menerima pengalihan pengawasan bank dari Bank Indonesia.
3. Keberadaan Direktur Kepatuhan dalam Ketentuan Perbankan
Dalam UUPT tidak dikenal adanya Direktur Kepatuhan, UUPT hanya mengatur mengenai direksi, sedangkan tugas dari masing-masing direktur berdasarkan Pasal 92
ayat 5 UUPT dinyatakan bahwa peraturan tentang tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi ditetapkan oleh RUPS. Berarti masing-
masing tugas anggota direksi, yaitu masing-masing direktur diatur dalam keputusan RUPS. Namun demikian, berdasarkan Pasal 92 ayat 6 UUPT dinyatakan bahwa dalam
anggaran dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 dilakukan oleh komisaris atas nama RUPS.
Berkaitan dengan tugas dan wewenang anggota direksi, pada bank terdapat tugas dan wewenang anggota direksi yang wajib ada tanpa memperhatikan struktur organisasi
bank yang bersangkutan. Anggota direksi ini adalah Direktur Kepatuhan atau
Universitas Sumatera Utara
compliance director. Pengertian Direktur Kepatuhan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 ayat 3 No. 16PBI1999 yang menyatakan bahwa “Direktur
Kepatuhan adalah anggota direksi bank atau anggota pimpinan kantor cabang bank asing yang ditugaskan untuk menetapkan langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan
kepatuhan bank terhadap Peraturan Bank Indonesia, peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan perjanjian serta komitmen dengan Bank Indonesia”.
Persyaratan untuk menjadi Direktur Kepatuhan diatur dalam Pasal 4 Peraturan Bank Indonesia No. 16PBI1999 yang menyatakan bahwa anggota direksi bank atau
anggota pimpinan kantor cabang bank asing yang ditugaskan sebagai Direktur Kepatuhan wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:
1 Tidak merangkap jabatan sebagai direktur utama bank atau pimpinan kantor
cabang bank asing; 2
Tidak membawahi kegiatan operasional, akuntansi danatau Satuan Kerja Audit Intern SKAI;
3 Mampu bekerja secara independen.
Direktur Kepatuhan bertugas dan bertanggung jawab sekurang-kurangnya untuk: 1
Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Bank telah memenuhi seluruh peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan lain yang dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian; 2
Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha Bank tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku;
Universitas Sumatera Utara
3 Memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan
komitmen yang dibuat oleh Bank Indonesia.
151
Fungsi utama Direktur Kepatuhan adalah mencegah diambilnya kebijaksanaan dan keputusan yang didalamnya mengandung unsur penyimpanganpelanggaran
terhadap ketentuan kehati-hatian. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, Direktur Kepatuhan menguji terlebih dahulu rencanarancangan kebijaksanaan atau keputusan
tersebut untuk memastikan apakah ada unsur penyimpanganpelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian. Perlu dipahami bahwa pengujian terhadap ketentuan kehati-
hatian yang dilakukan oleh Direktur Kepatuhan juga meliputi ketaatan pada jiwa atau Direktur Kepatuhan meliputi apakah ada kemungkinan rekayasa atau accounting
engineering dalam transaksi-transaksi yang akan diputus tersebut.
152
Ketentuan kehati-hatian yang secara khusus perlu dipantau oleh Direktur Kepatuhan adalah ketentuan di bidang operasional yang mempengaruhi kelangsungan
usaha Bank, terutama yang menyangkut bidang perkreditan, penanaman dana, penyediaan fasilitas lainnya termasuk pemberian jaminan dan bidang treasury. Atas
dasar pengamatan Bank Indonesia selama ini terdapat 5 lima ketentuan kehati-hatian yang sering dilanggar oleh perbankan dan akibat pelanggaran tersebut telah
menyebabkan sejumlah Bank mengalami kesulitan cukup parah.
153
Oleh sebab itu,
151
Ibid, Pasal 5.
152
Materi Presentasi Siti Ch. Fadjrijah, “Direktur Pengawasan dan Pembinaan Bank: Bank Indonesia” dalam Lokakarya Direktur Kepatuhan Gelombang IV, Jakarta 9 – 10 Agustus 2000.
153
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kelima ketentuan kehati-hatian dimaksud menjadi cakupan dari tugas Direktur Kepatuhan. Adapun kelima ketentuan kehati-hatian di maksud adalah :
1 Ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK.
Direktur Kepatuhan harus menguji setiap rencana keputusanpemberian kredit maupun penyediaan fasilitas lainnya yang terkena batasan ketentuan BMPK,
baik fasilitas baru maupun tambahan fasilitas serta baik pada debitur terkait dengan Bank pemilik dan pengurus Bank maupun debitur lainnya. Perlu
diingatkan bahwa yang diuji oleh Direktur Kepatuhan bukan semata-mata perhitungan kuantitatif, tetapi kebenaran materi dalam proses pemberian
kredit tersebut termasuk pengujian kebenaran debiturnya.
2 Ketentuan Menenai Larangan Pemberian Kredit untuk Kegiatan Usaha
Tertentu. a.
Jual – beli saham atau modal kerja bagi perusahaan-perusahaan untuk jual beli saham. Perlu diingatkan bahwa larangan pemberian kredit untuk
jual beli saham tersebut bersifat menyeluruh, termasuk equity financing.
b. Pembelianpembebasan tanah untuk proyek properti, terkecuali untuk
proyek perumahan yang termasuk kategori RSS Rumah Susun Sederhana.
3 Ketentuan Larangan Pembelian danatau pemberian Jaminan Surat Berharga
Komersial. Pada saat ini berlaku ketentuan di atas yang mencakup 3 tiga aspek, yaitu ;
a.
Larangan pembelian atau memberikan jaminan atas surat-surat berharga kmomersial yang diterbitkan oleh grup pihak yang terkait dengan Bank,
baik penerbitan yang dilakukan oleh pribadi maupun perusahaan- perusahaan yang dimilikinya. Larangan ini bersifat mutlak tanpa
dikaitkan apakah masih terdapat kelonggaran BMPK untuk grup terkait danatau apakah surat-surat berharga komersial telah mendapatkan rating
dari rating company.
b Larangan pembelian atau memberikan jaminan atas surat-surat berharga
komersial yang diterbitkan oleh lembaga pembiayaan finance company c
Larangan pembelian danatau pemberian jaminan atas surat-surat berharga komersial yang diterbitkan oleh pihak-pihak lain yang
memperoleh rating tergolong dalam investment grade dari rating company yang diakui.
154
4 Ketentuan Pemberian Kredit Yang Sehat Berdasarkan PPKPB.
Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan agar Bank menyalurkan kreditnya secara sehat yang diatur dalam Pedoman Penyusunan
Kebijaksanaan Kredit Perbankan PPKPB. PPKPB sendiri merupakan pedoman yang mempunyai penyelesaian kredit. Hal yang perlu disoroti atau
154
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dipantau secara khusus oleh Direktur Kepatuhan dalam suatu pemberian kredit yang terkait dengan PPKPB meliputi 3 aspek, yaitu;
a. Kebenaran pihak-pihak yang meminjam uang Bank; yaitu misalnya pihak
yang akan menggunakan dana kredit Bank tersebut adalah grup usaha terkait, maka harus tercanum secara jelas baik dalam dokumentasi kredit
maupun administrasi dan pelaporannya.
b. Mark-up Kredit, yaitu jumlah kredit Bank tidak dilebihkan jumlahnya
dari yang sebenarnya dibutuhkan atau yang sewajarnya diperoleh oleh debitur.
c. Kebenaran penggunaan kredit atau kebenaran klasifikasi kredit.
5 Ketentuan Kehati-hatian dalam Transaksi Valuta Asing.
Yaitu transaksi valas yang dapat menimbulkan risiko yang besar bagi Bank, meliputi :
a
Ketentuan Posisi Devisa Netto PDN atau Net Open Position NOP b
Transaksi Forward c
Transaksi derivatif.
155
4. Pertanggungjawaban Direksi Bank Dalam Hal Ketentuan Khusus