Tabel 5.2. Urutan Proses Komponen Lanjutan Komponen
Urutan Proses Komponen
KB6 D2-D7-D8
KB7 D2-D7-D8
KB8 D2-D7-D8
KB9 D2-D7-D8
KB10 D2-D7-D8
KB11 D2-D7-D8
KB12 D2-D3-D7-D8
KB13 D2-D3-D7-D8
KB14 D7-D8
KB15 D7-D8
KR1 D2-D5-D6-D7-D8
KR2 D6-D7-D8
KR3 D6-D7-D8
5.1.2. Volume Produksi
Volume produksi lori pada dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Volume Produksi Lori Tahun 2008 dan Tahun 2009
Tahun Volume Produksi
Perusahaan Pemesan Hari Kerja Efektif
2008 30 unit
PT. Kebun Pantai Raja 300 hari
2009 30 unit
PT. Malindo 300 hari
Dari Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa pembuatan 1 unit lori membutuhkan waktu rata-rata selama 10 hari. Jumlah komponen-komponen yang dibutuhkan
untuk membuat lori sebanyak 30 unit dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Jumlah Kebutuhan Komponen Per Tahun No.
Nama Kode
Level Jumlah
Per Unit Jumlah
Per Tahun
1. Lori
L 1
30 2.
Body Lori B
1 1
30 3.
Roda Lori R
1 2
60 4.
Sisi Lengkung KB1
6 2
60 5.
Sisi Tegak KB2
7 2
60 6.
Lantai KB3
7 1
30 7.
Seksi Sisi I KB4
6 2
60 8.
Seksi Sisi II KB5
7 2
60 9.
Seksi Sisi III KB6
5 2
60 10. Seksi Sisi IV
KB7 5
2 60
11. Seksi Sisi V KB8
4 2
60 12. Seksi Sisi VI
KB9 4
2 60
13. Seksi Atas I KB10
4 2
60 14. Seksi Atas II
KB11 4
2 60
15. Seksi Bawah I KB12
3 2
60 16. Seksi Bawah II
KB13 3
2 60
17. Gandengan Depan KB14
2 1
30 18. Gandengan Belakang
KB15 2
1 30
19. Poros Roda KR1
3 2
60 20. Lingkaran Roda
KR2 3
4 120
21. Bantalan Poros KR3
2 4
120
5.1.3. Luas dan Jarak Antar Departemen di Lantai Produksi
Luas setiap departemen di lantai produksi dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Luas Setiap Departemen di Lantai Produksi No.
Departemen Panjang
m Lebar
m Luas
m
2
1. Pengukuran dan Pemotongan Besi MS Plate D1
8 8
64 2.
Pengukuran dan Pemotongan Besi Batangan D2 12
10 120
3. Pengeboran D3
8 8
64 4.
Pengerolan D4 15
4 60
5. Pekerjaan Mesin D5
6 10
60 6.
Pembuatan Roda D6 12
6 72
7. Perakitan dan Pengelasan D7
15 22
330 8.
Pengecatan D8 15
12 180
Universitas Sumatera Utara
Block layout lantai produksi awal dapat dilihat pada Gambar 5.1.
D1 8X8
D5 6X10
D7 15X22
D2 12X10
D3 8X8
D4 15X4
D8 15X12
D6 12X6
4 32
8 12
16 20
24 28
4 36
32
28
24
20
16
12
8 Y m
X m
Gambar 5.1. Block Layout Awal Lantai Produksi
Ukuran dan letak setiap block pada block layout menunjukkan ukuran dan letak setiap departemen di lantai produksi. Titik koordinat dari setiap departemen
ditentukan pada titik tengah departemen yang merupakan perpotongan dari kedua diagonalnya. Titik koordinat setiap departemen dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Titik Koordinat Setiap Departemen No. Departemen
Panjang m
Lebar m
Titik Koordinat X m
Y m
1. D1
8 8
19 4
2. D2
12 10
21 27
3. D3
8 8
19 12
4. D4
15 4
7.5 14
5. D5
6 10
30 33
6. D6
12 6
21 35
7. D7
15 22
7.5 27
8. D8
15 12
7.5 6
Sedangkan jarak antara dua departemen adalah jarak yang diukur sepanjang lintasan berbentuk garis tegak lurus. Jarak seperti ini disebut jarak
rectilinear. Rumus yang digunakan adalah: d
ij
= |x
i
-x
j
| + |y
i
-y
j
| Sebagai contoh, jarak Departemen Pengukuran dan Pemotongan Besi Plat D1
yang berkoordinat 19,4 ke Departemen Pengukuran dan Pemotongan Besi Batangan D2 yang berkoordinat 21,27 adalah:
d
ij
= |x
i
-x
j
| + |y
i
-y
j
| d
12
= |x
1
-x
2
| + |y
1
-y
2
| = |19-21| + |4-27|
= 2 + 23 = 25 meter
Maka jarak antara departemen 1 ke departemen 2 adalah 25 meter. Untuk mengukur jarak antara dua departemen lainnya di lantai produksi juga
menggunakan perhitungan seperti di atas. Adapun jarak antar departemen di lantai produksi dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.7. Jarak Antar Departemen di Lantai Produksi Ke
Dari D1
D2 D3
D4 D5
D6 D7
D8 D1
25 8
21.5 40
33 34.5
13.5
D2
25 17
26.5 15
8 13.5
34.5
D3
8 17
13.5 32
25 26.5
17.5
D4 21.5
26.5 13.5
41.5 34.5
13 8
D5 40
15 32
41.5 11
28.5 49.5
D6 33
8 25
34.5 11
21.5 42.5
D7 34.5
13.5 26.5
13 28.5
21.5 21
D8
13.5 34.5
17.5 8
49.5 42.5
21 Keterangan: jarak diukur dalam satuan meter
5.1.4. Frekuensi Perpindahan Bahan