Panas Matahari, Keringat dan Naungan Allah

cix perkataan janji dan lain sebagainya, orang yang berhutang atau berjanji memiliki kewajiban melunasi dan orang yang memberikan pinjaman ataupun pihak yang dijanjikan berhak menagihnya. Seandainya di dunia hak dan kewajiban tersebut belum terlaksana maka akan diperhitungkan nanti di akhirat mahsyar. Diceritakan dalam HK sebagai berikut: “Di sana tiyap kawan utang piutang dalam dunia baik piutang dangan emas baik pihutang dengan kata suatu warah tidak hilang hilu mahilulah di sana pegang memeganglah disana tidak siapa mehukum hanya kembali pada Allah.” HK. Hal. 13 brs. 1-6 begitulah aturan yang diterapkan dalam Islam yang berkaitan dengan kehidupan di dunia selalu akan berkaitan dengan kehidupan di akhirat nanti, dan perhitungan di akhirat sesuai dengan kehendak Allah swt Zat yang Maha Adil.

4.2.3.4. Panas Matahari, Keringat dan Naungan Allah

Di dalam mahsyar, matahari didekatkan kepada seluruh makhluk yang ada di dalamnya, sehingga mereka merasakan panas yang tak terperikan kecuali bagi golongan orang-orang yang mendapat perlindungan dari Allah swt, seperti yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saw yang termaktub dalam sabda beliau: “Ada tujuh golongan manusia yang mendapat naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya dalam riwayat lain: selain naungan Ars-Nya yaitu: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam keadaan senantiasa taat kepada Allah, orang yang hatinya tertambat di masjid, orang yang diajak berkencan oleh seorang wanita berkedudukan dan cantik, namun dia berkata ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah,’ dua orang yang saling mencintai karena Allah; keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, dan orang yang bersedekah dan merahasiakannya, sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan tangan kanannya.” HR. Bukhari Universitas Sumatera Utara cx Karena panas yang sangat, manusia akan mengeluarkan keringat dan keluarnya keringat ini sesuai dengan kadar amal perbuatannya masing-masing sewaktu masih di dunia. Ada orang yang keringatnya keluar sehingga menggenangi tubuhnya sampai pada kedua mata kakinya, ada yang tergenang sampai pada lututnya, hingga ada yang tergenang keringatnya sendiri sampai setinggi mulutnya dan bahkan ada yang tenggelam oleh keringatnya. Kejadian ini diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Dari Miqdad bin Al-Aswad ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Pada hari kiamat matahari didekatkan kepada seluruh makhluk hingga berjarak satu mil diatas kepala mereka lalu seluruh manusia akan tergenang di dalam peluh mereka berdasarkan kadar amalan mereka di dunia. Di antara mereka ada yang tergenang setinggi dua mata kakinya, ada yang tergenang setinggi kedua lututnya, ada yang tergenang setinggi pinggangnya, dan ada yang tergenang setinggi mulutnya; dan Rasullah saw mengisyaratkan dengan mengarahkan tangannya kemulut.” HR. Muslim Keterangan serupa juga dipaparkan dalam HK sebagai berikut: “Tiang arsy pun lah terbuka tidak terhambat suatu terlalu hangat cahayanya lebih pula dari cahaya matahari bagai akan membakar ubun2 bagaikan kukur tulang daging tidaklah pula kenaungan adalah suatu payung bagi Fatimah tidak dapat akan dijelang melainkan dibawa2 untung diri lalu berupa peluh malah insan peluh nan genang bagai la- ut oleh digarang panas.” HK. Hal. 13 brs. 6-13 dan hal. 14 brs. 1 Dalam naskah tersebut diceritakan bahwa tiang Arsy telah terbuka, maka tiada hambatan sedikitpun bagi sesuatu untuk menembus sampai mahsyar, termasuk panas sinar matahari yang didekatkan bagai setinggi ubun-ubun manusia, bagai akan gugur dan rontok tulang dan daging manusia karena tidak ada naungan sama sekali, kecuali bagi Sayidah Fatimah ra puteri Rasulullah saw dan para pencintanya serta tujuh golongan Universitas Sumatera Utara cxi yang telah disebutkan pada hadis di atas yang telah dijanjikan oleh Rosulullah mendapat naungan dari Allah swt.

4.2.4. Waktu di Alam Akhirat

Waktu yang dilalui di alam akhirat tidak sama dengan waktu yang ada di dunia, terutama mengenai hitungan panjang atau lamanya waktu itu. Ada keterangan yang menjelaskan bahwa waktu di akhirat lebih panjang berlipat-lipat lamanya dibandingkan dengan waktu di dunia. Kalau di dunia waktu sehari selama 24 jam terdiri dari siang dan malam terasa sangat cepat, sedang waktu di akhirat terjadi sangat lama dan sangat panjang. Sesaat sehari di akhirat, beribu-ribu kali lipat lamanya waktu di dunia. Disebutkan dalam Al-Quran: “Malaikat-malaikat dan jibril naik menghadap kepada Tuhannya dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.” Al-Ma’arij: 4 Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sehari di akhirat sama dengan 50.000 tahun lamanya waktu dunia. Hal serupa juga disebutkan dalam HK sebagai berikut: “Jibrail menjelang khadhirat Tuhan kita lamanya sehari di akhirat seribu tahun pada pailah pula lama diyam dalam seribu tahun dunia.” HK. Hal. 16 brs. 12-13 dan hal. 17 brs. 1 Dalam kutipan tersebut dijelaskan lamanya waktu sehari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. Bilangan seribu ini menunjukkan bahwa angka seribu untuk ukuran orang-orang melayu pada waktu itu mengisyaratkan pada hitungan yang sangat banyak, dan jika diterapkan dalam perhitungan waktu, maka bilangan “seribu tahun” ini menunjukkan waktu yang sangat lama. Universitas Sumatera Utara