Evaluasi Skim Kredit Tradisional Dalam Pembiayaan Usahatani Jagung.
EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL
DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG
Kasus : Skim Kredit Tradisional di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten KaroSKRIPSI
OLEH :
SUHERI SITEPU 040309031
SEP/PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL
DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG
Kasus : Skim Kredit Tradisional di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten KaroSKRIPSI
OLEH :
SUHERI SITEPU 040309031
SEP/PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetejui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir.A.T.Hutajulu,MS) (Ir.Yusak Maryunianta,MSi)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
RINGKASAN
SUHERI SITEPU (040309031), dengan judul penelitian “ EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG”, Kasus: Skim Kredit Tradisional di Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. A.T. Hutajulu,MS dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kinerja skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani
jagung di daerah penelitian.
2. Mengetahui kelayakan usahatani jagung yang menggunakan jasa Skim
Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung.
3. Mengetahui ciri khas skim kredit tradisional sehingga banyak digunakan
petani sebagai sumber modal usahatani jagung di daerah penelitian.
4. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam skim kredit tradisional
dalam pembiayaan usaha tani jagung dan upaya untuk mengatasi masalah di daerah penelitian.
Daerah Penelitian ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Tigabinanga terdapat Skim Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung. Teknik Pengambilan sampel Avalis di tetapkan secara sengaja dengan pertimbangan tiga sampel yang dipilih berada di tiga desa/kelurahan yang memiliki jumlah petani jagung paling banyak di daerah penelitian dan ditetapkan sebagai wakil avalis yang ada di Kecamatan Tigabinanga dan alasan yang lain adalah jumlah petani pelanggan, jumlah bunga yang di bebankan, jumlah Kredit yang dikucurkan kepada petani jagung, dan prosedur peinjaman adalah penggunaan rata-rata avalis di daerah penelitian. Petani peminjam pada Skim Kredit Tradisional Merupakan Populasi Petani, dan teknik pengambilan sampel petani ditetapkan 10 orang dengan asumsi setiap petani yang meminjam pada avalis punya peluang sama untuk dipilih. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, Kinerja skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung diukur menggunakan metode CIPP (Context, Input, Procces, Product), Kelayakan usahatani jagung menggunakan pembiayaan melalui skim kredit tradisional menggunakan kriteria investasi R/C ratio. Ciri khas Skim kredit Tradisional diketahui melalui wawancara langsung dengan avalis responden dan petani responden kemudian membandingkannya dengan prosedur peminjaman pada Bank Umum. Kuesioner digunkan sebagai alat pengumpul data. Hasil Penelitian diperoleh:
1. Kinerja Skim Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung di
daerah penelitian termasuk dalam kategori baik, karena ketercapaian 92,76% 1745 dari skor harapan 1881
2. Pembiayaan uahatani jagung menggunakan pembiayaan dari avalis layak
di kembangkan karena:
a. Skim kredit tradisional sesuai dengan kebutuhan petani jagung di
daerah penelitian, baik dari kebutuhan jenis pinjaman , jumlah pinjaman, syarat peminjaman, waktu peminjaman, prosedur
(4)
peminjaman dan pengembalian sesuai dengan sifat informal masyarakat di daerah penelitian.
b. Nilai R/C pada usahatani jagung di daerah penelitan dengan
menggunakan kredit dari avalis sebesar 1,88. Dimana R/C ≥ 1.
3. Petani jagung berminat menggunakan pembiayaan melalui skim ktredit
tradisional Karena pinjaman tanpa agunan, pinjaman yang ditawarkan dalam bentuk uang tunai dan sarana produksi, prosedur informal, dan pengembalian pinjaman sesudah hasil panen terjual.
4. Masalah yang dihadapi dalam pembiayaan usahatani menggunakan skim
kredit tradisional adalah: Bunga yang harus dibayar petani cukup tinggi antara 12%-20% setiap musim maka upaya yang perlu dilakukan petani adalah dengan mengurangi jumlah pinjaman pada musim tanam berikutnya.
(5)
RIWAYAT HIDUP
SUHERI SITEPU lahir di Kutabuara, 26 September 1985 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Ganding Sitepu dan Ibu Sainah br Pinem.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah:
1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No.044862 Tigabinanga
dan tamat tahun1997.
2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP SWASTA
RK ASISI Tigabinanga dan tamat tahun 2000.
3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1
Tigabinanga dan tamat tahun 2003.
4. Tahun 2004 melalui jalur SPMB diterima di Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
5. Bulan Juni-Juli 2008 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun.
6. Bulan Mei-Juli 2010 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Adapun
judul skripsi ini adalah “EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL
DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG (Kasus: Skim Kredit Tradisional di Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)”.
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis Mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ir.A.T. Hutajulu, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberi motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir.Yusak Maryunianta, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak memberi arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Petanian Universitas Sumatera
Utara.
5. Seluruh Instansi dan Responden yang terkait dalam penelitian ini atas
(7)
Segala hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada ayahanda Ganding Sitepu dan ibunda Sainah br Pinem serta abang dan adik untuk doa dan dukungan yang diberikan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman atas semua dukungan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca. Medan, Desember 2010
(8)
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori... `10
2.3 Kerangka Pemikiran... 18
2.4 Hipotesis Penelitian ... 19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 20
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 20
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21
3.4 Metode Analisis Data ... 21
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 23
3.5.1 Defenisi ... 23
3.5.2 Batasan Opersional... 24
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1Deskripsi Daerah Penelitian ... 25
4.1.1 Keadaan Umum Kecamatan ... 25
4.1.2 Keadaan Penduduk... 26
4.1.3 Perekonomian Kecamatan... 26
(9)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sekilas Mengenai Petani Jagung dan Skim Kredit Tradisional ... 32
5.2 Kinerja Skim Kredit Tradisional dalam Pembiayaan
Usahatani Jagung... 33 5.3 Kelayakan Usahatani Jagung... 39 5.4 Skim Kredit Tradisional dan Bank Umum ... 44 5.5 Masalah-Masalah dalam Pembiayaan Usahatani Jagung menggunakan
Skim Kredit Tradisional ... 47
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 49 6.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Hal.
1. Luas Lahan Dan Jumlah Petani Jagung Di Kecamatan TigabinangaTahun 2009 ...
3 2. Metode Penentuan Sampel... 20
3. Parameter dan Skor Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan
Petani Jagung ... 21
4. Penilaian Kinerja Skim Kredit Tradisional Dalam Pembiayaan
Usahatani Jagung ... 22 5. Luas Wilayah (Ha) Menurut Jenis Penggunaan Tanah di
Kecamatan Tigabinanga Tahun 2009 ... 25
6. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok
Umur Tahun 2009... 26 7. Distribusi Pennduk Menurut Sumber Mata Pencaharian Di
Kecamatan Tigabinanga Tahun 2009 ... 27
8. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Tigabinanga
Tahun 2009 ... 28
9. Karakteristik Responden petani Jagung Metode Penentuan Sampel... 29
10. Karakteristik Responden Avalis ... 30 11. Penilaian Kinerja Skim Kredit Tradisional Dalam Pembiayaan
Usahatani Jagung ... 34 12. Analis Usahatani Jagung di daerah penelitian ... 41 13. Perkembangan Jumlah Petani Mitra Avalis Sampel 5 tahun
Terakhir (2006-2010)... 44 14. Penerimaan Avalis Per musim Tanam... 44
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Hal.
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran
1. Karateristik Petani Sampel Usahatani Jagung
2. Karateristik Avalis
3.a. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.b. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.c. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.d. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.e. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.f. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.g. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.h. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung 3.i. Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung
4. Biaya Penggunaan Benih per Petani Selama Satu Musim Tanam
Didaerah Penelitian
5. Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Sampel di Daerah Penelitian
Selama 1 Musim Tanam
6. Biaya Pestisida Produksi Usahatani Jagung
7. Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Jagung per Petani di
daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
8. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Tani Jagung per Petani Selama 1
Musim Tanam di Daerah Penelitian
9. Produksi, Biaya Panen, Biaya Pipil
10. Biaya Tranportasi
11. Total Biaya Usahatani Jagung 12. Penerimaan Usaha Tani
13. Total Pendapatan Usahatani Jagung
14. Prosedur peminjaman Bank Umum dan Skim Kredit Tradisional 15. Penerimaan avalis per musim tanam
(13)
RINGKASAN
SUHERI SITEPU (040309031), dengan judul penelitian “ EVALUASI SKIM KREDIT TRADISIONAL DALAM PEMBIAYAAN USAHATANI JAGUNG”, Kasus: Skim Kredit Tradisional di Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. A.T. Hutajulu,MS dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kinerja skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani
jagung di daerah penelitian.
2. Mengetahui kelayakan usahatani jagung yang menggunakan jasa Skim
Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung.
3. Mengetahui ciri khas skim kredit tradisional sehingga banyak digunakan
petani sebagai sumber modal usahatani jagung di daerah penelitian.
4. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam skim kredit tradisional
dalam pembiayaan usaha tani jagung dan upaya untuk mengatasi masalah di daerah penelitian.
Daerah Penelitian ditetapkan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Tigabinanga terdapat Skim Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung. Teknik Pengambilan sampel Avalis di tetapkan secara sengaja dengan pertimbangan tiga sampel yang dipilih berada di tiga desa/kelurahan yang memiliki jumlah petani jagung paling banyak di daerah penelitian dan ditetapkan sebagai wakil avalis yang ada di Kecamatan Tigabinanga dan alasan yang lain adalah jumlah petani pelanggan, jumlah bunga yang di bebankan, jumlah Kredit yang dikucurkan kepada petani jagung, dan prosedur peinjaman adalah penggunaan rata-rata avalis di daerah penelitian. Petani peminjam pada Skim Kredit Tradisional Merupakan Populasi Petani, dan teknik pengambilan sampel petani ditetapkan 10 orang dengan asumsi setiap petani yang meminjam pada avalis punya peluang sama untuk dipilih. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, Kinerja skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung diukur menggunakan metode CIPP (Context, Input, Procces, Product), Kelayakan usahatani jagung menggunakan pembiayaan melalui skim kredit tradisional menggunakan kriteria investasi R/C ratio. Ciri khas Skim kredit Tradisional diketahui melalui wawancara langsung dengan avalis responden dan petani responden kemudian membandingkannya dengan prosedur peminjaman pada Bank Umum. Kuesioner digunkan sebagai alat pengumpul data. Hasil Penelitian diperoleh:
1. Kinerja Skim Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung di
daerah penelitian termasuk dalam kategori baik, karena ketercapaian 92,76% 1745 dari skor harapan 1881
2. Pembiayaan uahatani jagung menggunakan pembiayaan dari avalis layak
di kembangkan karena:
a. Skim kredit tradisional sesuai dengan kebutuhan petani jagung di
daerah penelitian, baik dari kebutuhan jenis pinjaman , jumlah pinjaman, syarat peminjaman, waktu peminjaman, prosedur
(14)
peminjaman dan pengembalian sesuai dengan sifat informal masyarakat di daerah penelitian.
b. Nilai R/C pada usahatani jagung di daerah penelitan dengan
menggunakan kredit dari avalis sebesar 1,88. Dimana R/C ≥ 1.
3. Petani jagung berminat menggunakan pembiayaan melalui skim ktredit
tradisional Karena pinjaman tanpa agunan, pinjaman yang ditawarkan dalam bentuk uang tunai dan sarana produksi, prosedur informal, dan pengembalian pinjaman sesudah hasil panen terjual.
4. Masalah yang dihadapi dalam pembiayaan usahatani menggunakan skim
kredit tradisional adalah: Bunga yang harus dibayar petani cukup tinggi antara 12%-20% setiap musim maka upaya yang perlu dilakukan petani adalah dengan mengurangi jumlah pinjaman pada musim tanam berikutnya.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditi tanaman pangan yang mengambil peran dalam
pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia jagung
merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan
pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan
terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup
ekonomi masyarakat dan kemajuan industri pakan ternak sehingga perlu upaya
peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam,
ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi. Jagung menjadi salah satu
komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar.
Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi
aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan,
baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan
benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat,
lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak
(Adisarmanto T. dan Widyastuti E.Y., 2000).
Untuk meningkatkan produksi usaha tani, petani dapat melakukan dengan
perluasan areal usahatani dan atau meningkatkan intensitas usahatani.
Lembaga-lembaga yang memberikan kredit produksi kepada petani dapat merupakan faktor
(16)
petani harus lebih banyak mengeluarkan uang untuk bibit unggul, pestisida, pupuk
dan alat-alat. Pengeluaran pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan
atau dengan meminjam selama jangka waktu antar saat pembelian sarana produksi
itu dan saat penjualan hasil panen (Mosher A.T., 1994).
Sebagian petani telah sering meminjam untuk memenuhi keperluan
keluarga yang mendesak, keperluan usahataninya dan sebagian di antara mereka
tidak memahami beda antara meminjam untuk konsumsi, dimana peminjaman itu
tidak menaikkan produksi di kemudian hari, dan meminjam untuk produksi,
dengan tujuan menaikkan pendapatan yang nantinya dapat digunakan untuk
melunasi pinjaman itu. Adalah langkah besar bagi petani untuk beralih dari
keengganan meminjam untuk keperluan konsumsi ke kesadaran bahwa meminjam
untuk membeli input tambahan dapat menguntungkan dan patut dianjurkan
(Mosher A.T.,1994).
Sifat masyarakat serta kelembagaan di daerah pedesaan adalah informal.
Demikian pula sifat lembaga-lembaga perkreditan, meskipun ada lembaga kredit
formal. Sesuai dengan sifat kebutuhannya, masyarakat pedesaan memerlukan
sumber pembiayaan yang mudah, dan cepat serta murah. Mudah dan cepat berarti
tanpa persyaratan dan surat-surat, dan cepat dapat diambil bila diperlukan tanpa
harus menunggu, jumlah serta pelaksanaannya cukup fleksibel.
Persyaratan-persyaratan inilah yang membedakannya dari lembaga-lembaga kredit formal
yang terkait dengan birokrasi yang seringkali tidak sesuai dengan masyarakat
pedesaan (Wijaya F.,1996).
Kredit untuk produksi perlu di bedakan dengan kredit untuk kosumsi,
(17)
dalam penggunaan kredit produksi, seperti halnya kredit sedapat mungkin perlu
dihindarkan, karena petani yang biasa menggunakan kredit adalah orang-orang
yang kurang mampu dan dikenakan suku bunga yang tinggi. Kredit produksi yang
efektif memerlukan dihapuskannya hambatan-hambatan tersebut. Ini bergantung
pada pandangan dalam penggunaan kredit. Juga bergantung kepada suku bunga
yang diselaraskan dengan biaya-biaya yang selayaknya untuk menyediakan kredit
produksi itu. Pelunasan kredit produksi itu terjamin oleh kenaikan pendapatan
petani yang dimungkinkan oleh penggunaan kredit itu (Mosher A.T.,1994).
Kecamatan Tigabinanga merupakan daerah penghasil jagung terbesar di
Kabupaten Karo. Keadaan Luas Lahan dan jumlah petani Jagung menurut desa
Di Kecamatan Tigabinanga dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Luas Lahan Dan Jumlah Petani Jagung Di Kecamatan Tigabinanga.Tahun 2009
No Desa Luas Lahan
(Ha)
Jumlah Petani (Orang)
1 Perbesi 1.758 1004
2 Petumbuken 262 198
3 Kem-Kem 414 208
4 Lau Kapor 432 220
5 Gunung 681 537
6 Tigbinanga 2.325 1262
7 Pergendangen 698 479
8 Simpang Pergendangen 268 148
9 Kuta Raja 394 185
10 Kuta Galoh 195 155
11 Limang 530 317
12 Kuta Gerat 309 157
13 Kuta Bangun 785 471
14 Simolap 181 116
15 Bunga Baru 589 363
16 Sukajulu 398 199
17 Kuta Mbaru Punti 490 245
18 Kuala 653 653
19 Kutabuara 195 110
Total 12121 7027
(18)
Masyarakat di pedesaan memerlukan pinjaman berupa uang untuk
berbagai keperluan misalnya untuk persediaan makanan selama masa sebelum
panen atau paceklik, untuk pembelian sarana produksi pertanian, untuk biaya
pemeliharaan tanaman, untuk biaya penyimpanan barang, pemasaran dan
pengangkutan, untuk biaya sekolah, atau kebutuhan rumah tangga yang bersifat
mendadak, seperti untuk biaya perkawinan, untuk biaya upacara tradisional.
Seringkali mereka yang berpenghasilan rendah dan pada tingkat batas hidup,
pinjaman yang bersifat konsumtif untuk mempertahankan hidupnya.
Lembaga-lembaga yang beroperasi di daerah pedesaan menurut luas daerah operasinya
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Lembaga-lembaga kredit yang biasanya beroperasi terbatas pada satu desa
tertentu saja, seperti: lumbung desa, koperasi simpan pinjam
2. Lembaga-lembaga kredit yang daerah kerjanya meliputi beberapa desa
mungkin meliputi satu kecamatan, seperti BRI (kantaor cabang
perwakilan) Badan Kredit Kecamatan, atau lembaga kredit tradisional.
Kredit perorangan dalam operasinya tak hanya di satu desa saja, tetapi
mungkin meliputi beberapa desa (Wijaya F., 1996).
Di Tigabinanga terdapat Skim kredit tradisional yang memberikan kredit
ke sektor pertanian yang bergerak di bidang usahatani jagung. Nampak dua hal
yang berbeda antara skim kredit tradisional dengan Bank Umum, pertama agunan,
dan kedua pelayanan konsultasi masalah usahatani jagung. Skim kredit tradisonal
memberikan kredit kepada petani jagung berupa input produksi dan kredit berupa
uang yang akan dibayar kembali setelah panen. Skim kredit tradisional Sudah
(19)
1.2 Identifikasi Masalah
Secara sepintas telah dipaparkan masalah penelitian pada latar belakang.
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani
jagung di daerah penelitian?
2. Bagaimana kelayakan usahatani yang menggunakan jasa skim kredit
tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung?
3. Bagaimana skim kredit tradisional dapat bertahan disamping keberadaan
penyedia kredit lainnya seperti bank umum?
4. Apa saja masalah-masalah yang dijumpai dalam skim kredit tradisional
dan uapaya-upaya yang perlu dilakukan dalam mengatasi masalah di
daerah penelitian?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah menjawab atau memecahkan masalah penelitian
yang telah disebutkan dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani
jagung di daerah penelitian.
2. Mengetahui ciri khas skim kredit tradisional sehingga banyak digunakan
petani sebagai sumber modal usahatani jagung di daerah penelitian.
3. Mengetahui kelayakan usahatani jagung yang menggunakan jasa Skim
Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung.
4. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam skim kredit tradisional
(20)
upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
pembiayaan di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan penelitian
Adapun Kegunaan Penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan studi dan refrensi bagi peneliti lainnya yang ingin
mengadakan penelitian lanjutan.
2. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan, terutama
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim. Susunan tubuh tanaman
jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Buah jagung terdiri atas
tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna. Pada
umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Dimana biji jagung terdiri
dari tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Rukmana, 1997).
Sistem agribisnis melingkupi kegiatan kompleks yang dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk usahatani dan/atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam agribisnis terdapat beberapa subsistem:
(a) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya pertanian,
(b) subsistem produksi pertanian atau usahatani,
(c) subsistem pengolahan hasil hasil pertanian atau agroindustri
(22)
(e) subsistem penunjang.
Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi
untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan memanfaatkan
sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik
bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan
pestisida. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis,
khusus-nya yang menunjang terlaksanakhusus-nya usahatani yang baik dan menjamin pemasaran
hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian, diperlukan jasa dari pemerintah
seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta
jasa penyuluhan (W.David Downey and Steven P.Erickson, 1992).
Ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan,
pendapatan, dan pengeluarannya. Hasil produksi hanya diterima petani setiap
musim sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau
kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak seperti kematian, pesta
perkawinan dan selamatan lain. Petani kaya dapat menyimpan hasil panen untuk
kemudian dijual sedikit demi sedikit pada waktu diperlukan sedangkan petani
gurem (tidak berlahan dan penguasaan lahan sempit) masih kesulitan untuk
menyimpan hasil (Mubiyarto, 1973).
Pedesaan memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi dan
produksi, kegiatan ini berupa usaha pertanian dan sebagian kecil kegiatan
pengolahan hasil pertanian. Semua kegiatan ini umumnya melibatkan kegiatan
pembiayaan dan kredit untuk produksi disamping juga terdapat banyak kegiatan
(23)
daerah pedesaan rendah. Menghadapi situasi ini salah satu kebijakan yang selama
ini diambil adalah menyediakan kredit guna mendorong pembangunan masyarakat
pedesaan. Kebijakan tersebut menyangkut dua kelompok lembaga keuangan yang
ada di pedesaan yaitu lembaga formal dan in-formal (Wijaya F.,1996).
Bentuk skim kredit tradisional merupakan kredit peminjaman input
produksi usahatani jagung dan uang oleh petani kepada avalis yang dibayar
kembali setelah panen. Fleksibelitas merupakan kekuatan untuk mengenakan
tingkat suku bunga lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga kredit formal.
Kemudahan ini sangat terasa manfaatnya terutama bagi mereka yang
membutuhkan, namun tidak bisa memenuhi syarat permohonan kredit pada
lembaga formal. Karakteristik kredit informal adalah prosedurnya cukup luwes
dan tidak formal. Pelaksanan tidak terikat waktu dan tempat tertentu. Tak ada
formulir rumit yang harus diisi dan ditandatangani, hanya merupakan transakasi
pribadi saling mempercayai serta dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Dalam
kasus di mana peminjam berada dalam keadaan mendesak maka transaksi bersifat
hubungan pribadi dan dipandang sebagai pertolongan disertai rasa terima kasih
(Wijaya F., 1996).
Skim kredit tradisional merupakan mekanisme dan bentuk perkreditan
yang tidak berasal dari lembaga resmi tetapi dari usaha perorangan berupa
pelepasan uang dan input produksi kepada petani. Sumber modal berasal dari
modal sendiri, disamping juga ada pinjaman dari pihak lain. Mengenai prosedur
peminjaman dan pengembalian kredit sangat mudah dan sederhana, berbeda
dengan Bank Umum yang mengharuskan peminjam menyerahkan jaminan kredit
(24)
. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan
atau input (Soekartawi, 1989).
2.2 Landasan Teori
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan ( Hafsah, 2000).
Penerapan dasar-dasar etika bisnis dalam bermitra yang diwujudkan dalam
tindakan nyata identik dengan membangun suatu fondasi sebuah rumah atau
bangunan . jhon L. Marioty dalam bukunya The power of partnership (1993)
mengemukakan enam dasar etika berbisnis, dimana empat yang pertama
hubungan interaksi manusia dan selebihnya adalah perspektif bisnis.
Keenam dasar etika bisnis tersebut adalah :
1) Karakter, Integritas dan Kejujuran
2) Kepercayaan
3) Komunikasi yang terbuka
4) Adil
5) Keinginan pribadi pihak yang bermitra
(25)
Manfaat sari kemitraan adalah :
1) Produktifitas
2) Efisiensi
3) Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontiunitas
4) Risiko
5) Sosial
6) Ketahanan Ekonomi Nasional (Hafsah, 2000).
Kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere” atau “credo” yang berarti kepercayaan (trust atau faith). Oleh karena itu dasar dari kegiatan pemberian kredit dari yang memberikan kredit kepada yang menerima kredit
adalah kepercayaan. Transaksi kredit timbul karena suatu pihak meminjam
sejumlah uang atau sesuatu yang dipersamakan dengan itu, di mana pihak
peminjam wajib melunasi hutangnya atau rekeningnya tersebut pada waktu yang
telah ditentukan. Disamping itu kredit pun timbul sebagai akibat adanya transaksi
jual beli, dimana pembayarannya ditangguhkan, baik sebagian maupun
seluruhnya. Adapun pengertian kredit menurut UU Perbankan No.7 tahun 1992 :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara suatu
perusahaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan atau
Pembagian Hasil keuntungan.”
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi
(26)
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan
dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat
tingkat kinerja, baik dalam tahap perncanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap
setelah kegiatan selesai dan berfungsi (Mahsun,2006).
Terdapat banyak model evaluasi program yang digunakan para ahli. Salah
satunya adalah model CIPP ( context – input – procces -product). Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam, model CIPP oleh Stufflebeam 1971 (dari ward
Mitchel Cates, 1990). Model CIPP (1971) melihat kepada empat dimensi yaitu
dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dimensi Produk. Keunikan
model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil
keputusan(decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan program CIPP memberikan suatu format evaluasi yang
komperhensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu konteks, masukan, proses, dan
produk (Isaac and Michael,1981).
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan
lingkungan program atau kondisi objektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang
analisis kekuatan dan kelemahan objek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi
konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai
kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan kondisi yangdiharapkan(ideality). Dengqan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan
(27)
memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu
program yang akan on going. Selain itu konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan
keputusan, menetapakan kebutuhandan merumuskan suatu program secara lebih
terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiaknosis suatu kebutuhan
yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulakan kerugian jangka panjang
( Isaac and Michael, 1981).
Evaluasi input meliputi analis personal yang berhubungan dengan
bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi
yang harus diprtimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan
menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk
strategi implementasi, pembiayaan dan penjadualan. Evaluasi masukan
bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam
menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul
dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang
ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaaan
sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh program yang efektif dan efisien
( Isaac and Michael, 1981).
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan dirancang
diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi
permasalahan prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktifitas
dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan
(28)
menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna
untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika diakaitkan
dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses adalah:
a. Mengetahui kelemahan selama pelaksanan temasuk hal-hal yang baik
untuk dipertahankan
b. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan, dan
c. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat
implementasi dilaksanakan.
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dalam hubungannya
dengan konteks, input, dan proses, kemudian diinterprestasikan harga dan jasa
yang diberikan. Evaluasi produk merupakan catatan pencapaian hasil dan
keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktifitas evaluasi produk
adalah mengukur dan menfsirkan hasil yang akan dicapai. Pengukuran
dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis
akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan penganjuran saran sesuai standar
kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan
penetapan operasional program, pengukuran kriteria-kriteria pengukuran yang
telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan
tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional ( Isaac and Michael, 1981).
Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan
dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa
(29)
ditelusuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan
analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu ( Isaac and Michael, 1981).
Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian implementasi pada
setiap setiap evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah,
modera, dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada
pemegang keputusan. Model membagi evaluasi dalam empat keputusan, yaitu:
1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu
merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan
dicapai dan merumuskan tujuan program.
2. Evaluasi masukan untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong
mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia,
alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai
kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu
keputusan samapai sejauh mana program telah dilaksanakan.
4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan
( Isaac and Michael, 1981).
Evaluasi merupakan kegiatan yang saling terkait dan merupakan aspek
penting dalam menejemen penggelolaan produksi terutama untuk mengontrol
sasaran dari program yang direncanakan. Monitoring yang merupakan kegiatan
internal dan bagian internal dari fungsi manajemen adalah suatu proses
(30)
tingkat manajemen. Karena itu, kinerja program diharapkan lebih efisien dan
efektif. Melalui monitoring dapat segera diambil langkah-langkah
penanggulangan masalah yang terjadi. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai
relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan
pencapaian tujuan. Dengan demikian, kegiatan ini merupakan proses untuk
memperbaiki dan menyempurnakan aktivitas yang sedang berjalan. Evaluasi juga
dimaksud untuk membantu manajemen dalam merumuskan program dan
pengambilan keputusan (Suryana A., 2007).
Pada analisis usaha tani, maka data tentang penerimaan, biaya dan
pendapatan usaha tani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variable ini
sering disebut dengan analisis anggaran uang tunai (cash flow analysis). Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual :
TRi = Yi . Py
Yaitu : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani
Py = Harga Y
Biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu
usaha tani
TC = FC + VC
Yaitu : TC = total biaya
FC = biaya tetap
VC = biaya tidak tetap
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
(31)
Yaitu : Pd = pendapatan usaha tani
TR = total penerimaan
TC = total biaya
R/C adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan penerimaan dengan biaya (Soekartawi 1995).
Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
1.) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya
modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang
dipakai.
2.) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga
menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
3.) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani
(32)
2.3 Kerangka pemikiran
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektifitas dan
dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Peningkatkan
produksi usaha tani dapat dilakukan dengan perluasan areal usahatani dan atau
meningkatkan intensitas usahatani. Lembaga-lembaga yang memberikan kredit
produksi kepada petani dapat merupakan faktor pelancar penting bagi
pembangunan pertanian. Untuk memproduksi lebih banyak, petani harus lebih
banyak mengeluarkan uang untuk bibit unggul, pestisida, pupuk dan alat-alat.
Pengeluaran-pengeluaran seperti itu harus dibiayai dari tabungan atau dengan
meminjam selama jangka waktu antar saat pembelian sarana produksi itu dan saat
penjualan hasil panen. Oleh karena kekurangan modal untuk berusahatani banyak
petani menggunakan Skim Kredit Tradisional untuk memenuhi kebutuhan sarana
produksi, dengan demikian petani dapat meningkatkan intensitas usaha dan
perluasan usaha tani jika memukinkan.
Skim Kredit Tradisional menawarkan kebutuhan petani jagung seperti
bibit, pupuk, pestisida dan biaya produksi dalam bentuk barang atau uang tunai,
yang akan dibayar dengan hasil panen yang telah dijual dalam bentuk uang tunai.
Skim Kredit tradisonal ini tidak hanya menyediakan pinjaman untuk keperluan
produksi saja, akan tetapi menyediakan pinjaman berupa uang untuk berbagai
keperluan misalnya untuk persediaan makanan selama masa sebelum panen dan
kebutuhan-kebutuhan yang mendesak. Sebagai imbalan skim kredit memperoleh
sejumlah bunga dari pinjaman yang diterima bunga. Bunga Pinjaman termasuk
kedalam biaya produksi yang akan dibayar setelah panen, pendapatan
(33)
Tradisional dalam pengembangan agribisnis jagung diukur dari keterlibatannya
dalam pengadaan kebutuhan usahatani jagung.
Skema Kerangka Pemikiran
ket: Menyatakan hubungan
Menyatakan mitra
Menyatakan dievaluasi dari
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Kinerja skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung di daerah penelitian adalah baik.
2. Usahatani Jagung menggunakan pembiayaan melalui skim kredit tradisional di daerah penelitian layak diusahakan
Avalis
Kinerja Kemitraan Model
CIPP
Petani Jagung Kemitraan
Usahatani jagung
Kelayakan Usahatani
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo yang
ditentukan secara sengaja. Penentuan pemilihan lokasi ini mengingat Kecamatan
Tigabinanga merupakan penghasil jagung terbesar di Kabuaten Karo, dan terdapat
skim kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah skim kredit tradisional yang berada di
Kecamatan Tigabinanga, sampel adalah tiga avalis yang dipilih secara sengaja
dari desa yang memiliki jumlah petani paling banyak di Kecamatan Tigabinanaga,
yaitu Desa Tigabinanga, Desa Perbesi dan Desa Kuala. Populasi petani adalah
petani jagung yang menggunakan jasa skim kredit tradisional, dan jumlah sampel
ditetapkan 10 orang petani dari masing-masing avalis dengan asumsi setiap
petani yang meminjam dari avalis punya peluang yang sama untuk dipilih.
Tabel 2. Metode Penentuan Sampel
Populasi Avalis
Sampel Avalis
Populasi Petani Sampel
Petani
Tigabinanga
Petani yang menggunakan jasa skim kredit tradisional
10
Perbesi
Petani yang menggunakan jasa skim kredit tradisional
10 Avalis di
Kecamatan Tigabinanga
Kuala
Petani yang menggunakan jasa skim kredit tradisional
10
(35)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data skunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara langsung
kepada petani dengan alat bantu kuisioner, sedangkan data skunder diperoleh dari
instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisa Data
Identifikasi masalah 1 (Hipotesis 1), dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, product) dengan memberikan pertanyaan kepada petani dan avalis dengan cara menjelaskan kinerja skim kredit
tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung di daerah penelitian. Hasil
penjumlahan skor dari masing-masing kinerja kemitraan Skim Kredit Tradisional
dengan petani jagung, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 3. Parameter dan Skor Kinerja Skim Kredit Tradisional dengan Petani Jagung
No Model CIPP
Jumlah Parameter
Nilai Skor Jumlah
Penilaian
1. Context 3 1-3 3-9
2. Input 4 1-3 4-12
3. Process 7 1-3 7-21
4. Produk 5 1-3 5-15
Total 19 19-57
Hasil penilaian menghasilkan skor, dan dari skor yang dihasilkan akan
ditentukan bagaimana kinerja kemitraan skim kredit tradisional dengan petani
jagung. Penentuan kriteria kinerja tersebut adalah sebagai berikut :
19-25 : Kinerja tidak baik
26-41 : Kinerja kurang baik
(36)
Tabel 4. Penilaian Kinerja Skim Kredit Tradisional Dalam Pembiayaan Usahatani Jagung
No Model CIPP
Indikator Kinerja Penilaian skor 1. 2. 3. 4. Context Input Procces Product
1. Ada perencanaan meperoleh keuntungan dari kerjasama
2. Ada perencanaan adanya penyedia modal dalam bentuk input produksi pada usahatani jagung
3. Ada Perencanaan adanya penyedia pinjaman dalam bentuk uang tunai
1. Terjalin rasa saling percaya antara avalis dengan petani
2. Ada komunikasi yang terbuka antara avalis dengan petani
3. Ada jaminan kualitas, kuantitas dan kontiunitas input produksi yang diberikan avalis sesuai dengan kebutuhan petani jagung
4. Avalis dapat menjamin ketersediaan pinjaman petani dalam bentuk uang tunai
1. Petani menyerahkan agunan kepada avalis
2. Avalis dapat memenuhi permintaan jumlah dan jenis input produksi usaha tani jagung yang diminta petani
3. Avalis dapat memenuhi permintaan pinjaman petani dalam bentuk uang tunai
4. Lama realisasi Pinjaman kebutuhan usahatani dan uang tunai oleh avalis
5. Frekuensi petani mengambil
( meminjam ) kepada avalis dalam satu periode tanam
6. Jumlah bunga yang dibebankan kepada petani
7. Petani menggunakan pinjaman input produksi hanya untuk keperluan usahatani jagung
1. Kerjasama Menguntungkan
2. Avalis Dapat Memenuhi Kebutuhan Usaha Tani Jagung
3. Avalis Dapat Memenuhi Permintaan Pinjaman Dalam Bentuk Uang Tunai
4. Ketepatan Waktu Ketersediaan Pinjaman oleh avalis
5. Petani melunasi pinjamannya tepat waktu
a. Direncanakan b. Kadang-kadang c. Tidak direncanakan a. Direncanakan b. Kadang-kadang c. Tidak direncanakan a. Direncanakan b. Kadang-kadang c. Tidak direncanakan a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Cepat b. Sedang c. Lambat a. >2 b. 2 c. 1 a. Kecil b. Sedang c. Besar a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak a. Cepat b. Sedang c. Lambat a. Ya
b. Kadang-kadang c. Tidak
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
(37)
Identifikasi masalah 2 (Hipotesis 2) dijelaskan dengan cara analisis kriteria
investasi R/C ratio dengan:
Total Penerimaan R/C ratio =
Total Biaya Produksi
Dimana :
R/C ≥ 1, Layak R/C < 1, Tidak layak
Identifikasi masalah 3 dijelaskan dengan cara deskriptif menggunakan
kuesioner kepada petani sampel.
Identifikasi masalah 4, dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan
masalah-masalah yang dihadapi dalam pembiayaan usahatani jagung dan upaya
yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah di daerah penelitian.
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan atas pengertian, maka
diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Defenisi
1) Skim Kredit Tradisional adalah mekanisme perkreditan tradisional, seperti
bentuk lembaga, prosedur operasional yang masih menggunakan unsur
tradisi dan digunakan petani jagung dalam pembiayaan usahatani jagung.
2) Avalis adalah mitra bagi hasil dan pendukung dalam pembiayaan
(38)
3) Kemitraaan adalah kerja sama yang dilakukan petani jagung dan avalis,
kemitraan dalam hal ini dilihat dari kinerja kemitraan.
4) Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program/kebijakan (kemauan dan kemampuan avalis dan petani dalam
bekerjasama) yang dapat dilihat melalaui Model CIPP (Context, Input process, Product) yang telah ditentukan yaitu : tujuan kerja sama, hal yang diperlukan untuk bekerjasama, bagaimana cara mencapai tujuan dan
tingkat pencapaian tujuan kerja sama.
5) Usahatani jagung adalah Suatu usaha yang dilakukan di atas sebidang
lahan usaha dengan menanam tanaman jagung
6) Kelayakan usahatani adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan
keuntungan proporsional dengan membandingkan jumlah penerimaan
dengan seluruh jumlah biaya produksi dalam pengolahan usahatani.
3.5.2 Batasan Operasional
1) Lokasi penelitian adalah Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo
(39)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
4.1. Diskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Tigabinanga
Kecamatan Tigabinanga terletak di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera
Utara. Terdiri dari satu kelurahan dan 18 desa dengan jumlah penduduk 19138
jiwa atau 6.712 KK dengan luas wilayah 16.038 Ha berjarak 36 KM dari Ibukota
Kabupaten Karo.
Batas-batas Wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta Buluh
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Munte
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juhar
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi
Topografi Kecamatan Tigabinanga mulai dari datar, landai sampai berbukit,
dengan ketinggian 600-800 m dari permukaan laut, tekstur tanah lempung berpasir
dan liat lempung.
Temperatur 23-32 C, curah hujan 750-2000 mm/tahun, bulan basah
September- April dan bulan kering Februari-Agustus.
Tabel 5. Luas Wilayah (Ha) Menurut Jenis Penggunaan Tanah di Kecamatan Tigabinanga Tahun 2009
No. Penggunaan Lahan Luas
(Ha)
Persentase (%)
1. Sawah 580 3,61
2. Tanah kering 8796 54,80
3. Bangunan/ Pekarangan 99 0,61
4. Lainnya 6563 40,92
(40)
Berdasarkan data penggunaan lahan di Kecamatan Tigabinanga
penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk perladangan lahan kering, yaitu
8796 Ha (54,8%), memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usahatani
jagung, tanaman semusim dan tanaman keras.
4.1.2. Keadaan Penduduk
Penduduk Kecamatan Tigabinanga berjumlah 19.138 jiwa, terdiri dari
9.601 jiwa laki-laki dan 9.537 jiwa Perempuan. Distribusi penduduk di
Kecamatan Tigabinanga menurut jenis kelamin dapat dilihat di Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Tahun 2009
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
1 0-4 1122 1043 2165 11,31%
2 5-9 1072 976 2048 10,70%
3 10-14 1069 989 2058 10,75%
4 15-19 965 912 1877 9,80%
5 20-24 773 801 1574 8,21%
6 25-29 823 840 1663 8,68%
7 30-34 769 762 1531 7,99%
8 35-39 673 679 1352 7,06%
9 40-44 578 590 1168 6,10%
10 45-49 481 485 966 5,04%
11 50-54 372 368 740 3,86%
12 55-59 283 310 593 3,09%
13 60-64 248 267 515 2,69%
14 65+ 373 515 888 4,63%
Jumlah 9601 9537 19138 100
Sumber: Kecamatan Tigabinanga dalam angka, BPS Sumut Tahun 2010
Dari tabel 6. menunjukkan bahwa penduduk kecamtan Tigabinanga pada
kelompok usia kerja 15-64 tahun mempunyai proporsi cukup besar yaitu 9,80
dari jumlah penduduk dalam menggerakkan perekonomian masyarakat.
4.1.3. Perekonomian Kecamatan
Sumber mata pencaharian penduduk kecamatan Tigabinga pada umumnya
(41)
Tabel 7. Distribusi Pennduk Menurut Sumber Mata Pencaharian Di Kecamatan Tigabinanga Tahun 2009
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1. Pertanian 8047 84,24
2. Industri/Jasa 300 3,14
3. PNS/ABRI 507 5,3
4. Lainnya 698 7,3
Jumlah 9552 100
Sumber: Kecamatan Tigabinanga dalam angka, BPS Sumut Tahun 2010
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di daerah penelitian
sebanyak 8047 kepala keluarga (84,24%) mata pencahariannya dari sektor
pertanian. Selebihnya3,14 % bermatapencaharian dari sektor industri/jasa, 5,3%
PNS/ABRI dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas perekonomian
didominasi sektor pertanian.
4.1.4 Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana di Kecamatan Tigabinanga sudah cukup memadai.
Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik sarana
kesehatan, pendidikan, tempat ibadah, dan prasarana lainnya seperti pasar tempat
penjualan hasil-hasil pertanian, sarana transportasi, listrik, KUD, Kios Saprodi,
Bank Umum serta prasarana lainnya.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa petani tidak mengalami kesulitan
dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil karena sarana dan
prasarana sudah mendukung tataniaga pertanian di Kecamatan Tigabinanga.
Keadaan sarana dan prasarana di Kecamatan Tigabinanga dapat dilihat pada
(42)
Tabel 8. Sarana dan Prasarana di Kecamatan TigabinangaTahun 2009
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
(unit) 1 Kesehatan a. Puskesmas b. Polindes c. Pustu d. BPU e. BKIA 1 10 10 3 7 2 Pendidikan a. TK b. SD c. SLTP d. SLTA 4 22 4 2
3 Tempat ibadah
a. Gereja b. Mesjid C. Mushola 36 13 2 4 KUD
Kios Saprodi Pertanian Bank Umum BPR Penginapan 6 40 3 1 2
Sumber : Kecamatan Tigabinanga dalam angka, BPS Sumut Tahun 2010
Melalui Tabel 8 dapat dilihat bahwa di Kecamatan Tigabinanga telah
tersedia sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan sosial masyarakat
Tigabinanga. Prasarana lainnya yang yang tersedia di Kecamatan Tigabinanga
berupa jalan dan jembatan sebagai jalur transportasi bagi pengangkutan. Keadaan
prasarana jalan yang tersedia antar desa di kecamatan sudah mendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat, akan tetapi jalan provinsi yang menghubungkan
Kecamatan Tigabinanga dengan Ibukota Kabupaten Karo kondisinya sangat
memprihatinkan sehingga mengganggu kegiatan transportasi.
Jumlah rumah tangga pelanggan PLN di Kecamatan Tigabinanga adalah 4167 dari
5789 kepala keluarga. Di Kelurahan Tigabinanga terdapat pasar tradisional yang
(43)
tangga, hasil-hasil tanaman keras, tanaman hortikultura, tanaman semusim kecuali
jagung dan padi. Kondisi pasar ini sudah cukup baik dalam mendukung roda
perekonomian masyarakat Kecamatan Tigabinanga.
Penyelenggaraan Sistem perbankan yang menyediakan fasilitas untuk
pembayaran dan memperoleh kredit guna pembiayaan tataniaga juga sudah
dirasakan masyarakat yang dijalankan oleh bank umum, BPR atau
koperasi-koperasi, maupun melalui skim kredit tradisional dengan catatan pelaku skim
kredit tradisional cukup banyak.
4.1.5. Karakteristik Responden
Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama bermitra. Karakter petani responden
dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9. Karakteristik Responden petani Jagung
No Uraian Satuan Range Rataan
1 Luas Lahan Ha 0,50-4,40 1,77
2 Umur Tahun 30-62 45,10
3 Tingkat Pendidikan Tahun 6-17 10,16
4 Lama Bermitra Tahun 2-12 6,50
5 Jumlah Tanggungan Jiwa 0-4 2,27
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Dari Tabel 9 diketahui bahwa luas lahan rata-rata petani jagung adalah
1,77 Ha dengan range0,50-4,40 Ha. Umur rata-rata petani adalah 45,10 Tahun
dengan range 30-62 Tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia petani responden
masih tergolong pada usia produktif dimana secara fisik memiliki potensi dalam
(44)
dan range 6-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani
responden adalah setingkat SMP.
Petani responden sudah cukup lama bermitra dengan avalis, hal ini dapat
dilihat dari Tabel 9 bahwa lama bermitra rata-rata 6,50 Tahun, dengan range 2-12
tahun. Ini menunjukkan pembiayaan usahatani jagung melalui skim kredit
tradisional sudah berlangsung cukup lama di daerah penelitian.
Jumlah tanggungan keluarga petani rata-rata 2,27 jiwa denan range 0- 4
jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa tanggungan keluarga petani responden
relatif kecil. Dalam berusahatani jagung petani tesponden memerlukan tenaga
kerja luar keluarga dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja.
Selanjutnya karakter avalis dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Karakteristik Responden Avalis
No Uraian Satuan Range Rataan
1 Umur Tahun 41-48 40
2 Tingkat Pendidikan Tahun 15-17 16,33
3 Lama Berusaha Tahun 7-15 10
4 Jumlah pelanggan Jiwa 240-370 320
5 Jumlah kredit dikucurkan
setiap musim tanam
Rp 400 Juta-
1 Milyar
700 Juta
Sumber : Data diolah dari lampiran 2
Dari Tabel 10 dapat dikemukakan bahwa umur rata-rata sampel avalis
adalah 44 tahun dengan kisaran 41-48 tahun. Artinya responden masih tergolong
dalam usia produktif dan secara fisik masih punya potensi tinggi untuk melakukan
aktifitas.
Tingkat pendidikan rata-rata sampel avalis cukup tinggi mulai dari D3
sampai S1, artinya wawasannya cukup tinggi dalam mengelola Skim Kredit
Tradisional. Pengalaman adalah lamanya avalis bermitra dengan petani dan
(45)
10 tahun dengan range 7-15 tahun. Dua diantaranya sebagai avalis melanjutkan
usaha orang tua, dan dari segi pengalaman tentu sampel avalis dalam mekanisme
kredit tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung di daerah penelitian.
Jumlah pelanggan sampel avalis rata-rata 320 orang petani dengan range
240-370 orang. Data mengindikasikan bahwa petani jagung di daerah penelitian
bermitra dengan avalis usahatani jagung terutama dalam pemanfaatan mesin jasa
mesin pipil milik avalis dan membantu pembiayaan terutama dalam penyediaan
sarana produksi usahatani jagung.
Jumlah Kredit yang dikucurkan avalis ke petani sampel rata-rata
Rp 4.910.132 dengan range Rp 1.175.000- Rp 12.564.000. Avalis responden
mengucurkan kredit kepada petani jagung antara 400 juta sampai Rp 1 Milyar dan
rataan sebesar Rp 700 Juta. Hal ini menunjukkan bahwa petani jagung di
Kecamatan Tigabinanga sangat berminat menggunakan pembiayaan melalui Skim
(46)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sekilas Mengenai Petani Jagung dan Skim Kredit Tradisional
Kecamatan Tigabinanga terdiri dari 19 desa seluruhnya mengusahakan
tanaman jagung sehingga kecamatan ini termasuk sentra produksi jagung di
Kabupaten Karo. Pada umumnya petani tidak memiliki mesin pipil, petani jagung
memanfaatkan jasa mesin pipil milik avalis, karena hasil produksi jagung yang
dijual petani adalah jagung pipil. Pemilik mesin pipil punya areal yang luas untuk
menampung produksi jagung tongkol.
Di daerah penelitian jagung diusahakan dua kali setahun dimana kisaran
produksi per Ha berkisar 7-9 ton jagung pipil setiap musim tanam. Jagung
tongkolan yang sudah dipanen dibawa ke tempat pemipilan. Setelah ada
kesepakatan harga dengan pedagang, tongkolan jagung dipipil oleh karyawan
avalis. Jagung dipipil dengan ongkos Rp 80/kg. Setelah pemipilan selesai jagung
disimpan ke dalam gudang avalis sebelum diangkut oleh pedagang. Dari keadaan
dari keadaan inilah awal kemitraan antara petani dengan avalis dalam Skim Kredit
Tradisional.
Pada awalnya pemilik mesin pipil ini hanya menyewakan mesin pipil
jagung dengan ongkos Rp 80/kg, untuk mempertahankan jumlah pelanggan
pengguna jasa mesin pipil dan jumlah pipilan avalis sekaligus menyediakan
kebutuhan usahatani jagung sebagai kredit usahatani.
Kredit usahatani jagung diberikan dengan pembayaran setelah hasil panen
(47)
Pemberian kredit ini adalah kesepakatan petani dengan pemilik mesin pipil
(avalis) tanpa ada persyaratan yang mengikat (agunan) hanya dengan ikatan sosial
dan saling percaya. Kemudahan pemberian kredit hanya dengan hubungan
integrasi sosial yang kuat menyebabkan Skim Kredit Tradisional ini sebagai
lembaga informal yang diminati oleh petani jagung di Kecamatan Tigabinanga.
Pada umumnya avalis bertempat tinggal di areal pemipilan jagung
sehingga mudah ditemui oleh petani jagung. Karena alasan kekurangan modal
petani datang menemui avalis dan meminta kredit untuk kekurangan kebutuhan usahataninya, bahkan ada petani meminjam dalam bentuk uang tunai seperti untuk
keperluan sekolah anak, biaya perobatan dan kebutuhan mendadak lainnya juga
dipenuhi yang jumlahnya disesuaikan dengan hasil panen petani dan dikenakan
bunga 3% - 5% per bulan sampai pada pelunasan. Avalis mencatat jumlah dan tanggal transaksi peminjaman. Di lokasi ini juga avalis mendirikan bangunan gudang penyimpanan sarana produksi, penyimpanan alat dan mesin pipil,
penyimpanan sementara hasil panen sebelum diangkut oleh pedagang, dan tempat
tinggal karyawan. Avalis menggunakan 2 mesin pipil dengan kapasitas 16,5 HP yang dioperasikan oleh 7-10 orang per mesin, dengan upah Rp30/kg.
5.2 Kinerja Skim Kredit Tradisional Dengan Petani Jagung
Menurut pendapat Prawiro Suntaro (1999) kinerja adalah prosedur dan
hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Mengukur kinerja berarti mengukur sejauhmana tingkat keberhasilan suatu
(48)
digunakan para ahli, salah satunya adalah model CIPP ( Context – Input – Process – Product). Model CIPP melihat kepada keempat dimensi yaitu dimensi perencanaan tujuan , dimensi dasar hubungan, dimensi proses pencapaian tujuan
dan dimensi pencapaian tujuan. Keunggulan model ini adalah pada setiap tipe
evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan yang menyangkut
perencanaan dan operasional program, memberikan suatu format evaluasi yang
koperhensif.
Menurut hafsah (2000), sebelum dua pihak memulai untuk bekerja sama dalam
kemitraan, maka pasti ada suatu nilai tambah yang ingin diraih oleh
masing-masing pihak. Nilai tambah itu tidak selalu dalam bentuk nilai ekonomi seperti
peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga
non-ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen, penguasaan teknologi dan
kepuasan tertentu. Batasan dari pencapaian keinginan tersebut harus didasari
sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut untuk
memperkuat keungulan-keunggulan yang dimiliki, sehingga dengan bermitra
terjadi sinergi antara pelaku yang bermitra, sehingga nilai tambah yang diterima
akan lebih besar.
Begitu juga dengan pembiayaan usahatani jagung pada skim kredit
tradisional, avalis menyediakan input produksi kepada petani yang kekurangan
modal, atau pinjaman dalam bentuk uang tunai, sehingga terjamin
keberlangsungan produksi pada usahatani jagung, petani tidak perlu menyerahkan
jaminan akan tetapi hanya dengan saling mengenal dan saling percaya dalam
(49)
yang kuat, dan rasa percaya avalis karena telah mengetahui hasil produksi jagung
dari musim tanam sebelumnya.
Disamping karena kepercayaan hubungan kekeluargaan ada juga
kepercayaan pada kelancaran sistem tataniaga jagung di Kecamatan Tigabinanga.
Kemudahan lain yang dirasakan petani adalah jenis, jumlah dan waktu
peminjaman disesuikan dengan kebutuhan usahatani jagung. Fleksibelitas sangat
diutamakan dalam skim kredit tradisional, tanpa prosedur yang panjang dan
pinjaman akan dikembalikan setelah hasil produksi terjual, pembeli menyerahkan
hasil penjualan jagung kepada avalis kemudian memotong pinjaman serta bunga
dan menyerahkan kepada petani.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja Skim kredit Tradisional
dalam pembiayaan usahatani jagung di daerah penelitian adalah gambaran empat
dimensi Evaluasi sebuah kerja sama, antara lain:
1. Kebutuhan avalis dan petani jagung
2. Dasar Kepercayaan antara avalis terhadap petani dan kepercayaan petani
terhadap avalis dalam kerja sama
3. Cara avalis dan petani jagung mencapai tujuan dalam pembiayaan usahatani
jagung
4. Evaluasi hasil kerja sama yang diukur dari pencapaian kebutuhan-kebutuhan.
Dari empat dimensi ini akan diuraikan secara rinci atas beberapa indikator.
Berdasarkan hasil penelitian gambaran Penilaian atas kinerja Skim kredit
tradisional dalam pembiayaan usaha tani jagung di daerah penelitian dapat dilihat
(1)
Lampiran 9. Produksi, Biaya Panen, Biaya Pipil
No Luas Lahan Produksi Biaya Panen Biaya Pipil Total Panen Total Pipil
Sampel (Ha) (Kg) (goni) (Rp) (Rp) per Petani (Rp) per Ha (Rp)
1 0.50 4050 126 504000 324000 1008000.00 648000.00
2 0.55 4675 137 548000 374000 996363.64 680000.00
3 0.60 4620 136 544000 369600 906666.67 616000.00
4 0.65 5135 151 604000 410800 929230.77 632000.00
5 0.75 6075 184 736000 486000 981333.33 648000.00
6 0.80 6560 205 820000 524800 1025000.00 656000.00
7 0.85 7055 213 852000 564400 1002352.94 664000.00
8 1.00 7600 224 896000 608000 896000.00 608000.00
9 1.00 8288 259 1036000 663040 1036000.00 663040.00
10 1.00 8110 246 984000 648800 984000.00 648800.00
11 1.20 9240 264 1056000 739200 880000.00 616000.00
12 1.25 9545 280 1120000 763600 896000.00 610880.00
13 1.40 11340 343 1372000 907200 980000.00 648000.00
14 1.40 11480 348 1392000 918400 994285.71 656000.00
15 1.70 13970 356 1424000 1117600 837647.06 657411.76
16 1.70 13430 407 1628000 1074400 957647.06 632000.00
17 1.75 14350 448 1792000 1148000 1024000.00 656000.00
18 2.00 15815 494 1976000 1265200 988000.00 632600.00
19 2.00 15610 460 1840000 1248800 920000.00 624400.00
20 2.00 16830 543 2172000 1346400 1086000.00 673200.00
21 2.20 16720 486 1944000 1337600 883636.36 608000.00
22 2.25 17750 537 2148000 1420000 954666.67 631111.11
23 2.50 19250 601 2404000 1540000 961600.00 616000.00
24 2.50 19750 617 2468000 1580000 987200.00 632000.00
25 2.75 21725 639 2556000 1738000 929454.55 632000.00
26 2.75 21450 613 2452000 1716000 891636.36 624000.00
27 3.00 22530 663 2652000 1802400 884000.00 600800.00
28 3.20 24960 756 3024000 1996800 945000.00 624000.00
29 3.50 26600 806 3224000 2128000 921142.86 608000.00
30 4.40 35200 1066 4264000 2816000 969090.91 640000.00
Jumlah 53.15 419713 12608 50432000 33577040 28655954.88 19086242.88
Rataan 1.77 13990.43 420.27 1681066.67 1119234.67 955198.50 636208.10
Keterangan
Biaya panen 1 goni adalah Rp 4000
(2)
Lampiran 10.Biaya Tranportasi
No
Luas Lahan
Ongkos Pupuk
Ongkos Panen
Total Biaya
Sampel
(Ha)
Jumlah
Harga
Jumlah
Goni
Harga
Transpotasi
(zak)
(Rp)
(Kg)
(Rp)
(Rp)
1
0.50
5
25000
4050
126
504000
529000
2
0.55
6
30000
4675
137
548000
578000
3
0.60
5
25000
4620
136
544000
569000
4
0.65
5
25000
5135
151
604000
629000
5
0.75
10
50000
6075
184
736000
786000
6
0.80
9
45000
6560
205
820000
865000
7
0.85
9
45000
7055
213
852000
897000
8
1.00
23
115000
7600
224
896000
1011000
9
1.00
16
80000
8288
259
1036000
1116000
10
1.00
14
70000
8110
246
984000
1054000
11
1.20
9
45000
9240
264
1056000
1101000
12
1.25
16
80000
9545
280
1120000
1200000
13
1.40
20
100000
11340
343
1372000
1472000
14
1.40
20
100000
11480
348
1392000
1492000
15
1.70
21
105000
13970
356
1424000
1529000
16
1.70
22
110000
13430
407
1628000
1738000
17
1.75
24
120000
14350
448
1792000
1912000
18
2.00
22
110000
15815
494
1976000
2086000
19
2.00
25
125000
15610
460
1840000
1965000
20
2.00
20
100000
16830
543
2172000
2272000
21
2.20
26
130000
16720
486
1944000
2074000
22
2.25
21
105000
17750
537
2148000
2253000
23
2.50
25
125000
19250
601
2404000
2529000
24
2.50
25
125000
19750
617
2468000
2593000
25
2.75
27
135000
21725
639
2556000
2691000
26
2.75
25
125000
21450
613
2452000
2577000
27
3.00
28
140000
22530
663
2652000
2792000
28
3.20
30
150000
24960
756
3024000
3174000
29
3.50
40
200000
26600
806
3224000
3424000
30
4.40
49
245000
35200
1066
4264000
4509000
Jumlah
53.15
597.00 2985000.00
419713
12608
50432000
53417000
(3)
Lampiran 11. Total Biaya Usahatani Jagung
No Luas Biaya Pengolahan Biaya Biaya Biaya Jumlah Bunga Biaya Penyusutan Biaya Tenaga Biaya Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya
Sampel Lahan Lahan Benih Pupuk Pestisida Pinjaman Pinjaman Alat Kerja Transpotasi Panen Pipil per Petani per Ha
(Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Saprodi (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 0.50 350000 450000 545000 180000 1175000 141000 193750.00 1611000 529000 504000 324000 4827750.00 9655500.00
2 0.55 350000 450000 730000 183000 1363000 163560 193750.00 1672000 578000 548000 374000 5242310.00 9531472.73
3 0.60 350000 495000 925000 186000 1606000 192720 210833.33 1305000 569000 544000 369600 5147153.33 8578588.89
4 0.65 400000 540000 545000 189000 1274000 254800 193750.00 1885000 629000 604000 410800 5651350.00 8694384.62
5 0.75 500000 630000 1265000 257500 2152500 430500 235833.33 2272000 786000 736000 486000 7598833.33 10131777.78
6 0.80 500000 675000 1030000 260500 1965500 393100 235833.33 2483000 865000 820000 524800 7787233.33 9734041.67
7 0.85 600000 720000 1155000 263500 2138500 427700 222500.00 2697000 897000 852000 564400 8399100.00 9881294.12
8 1.00 600000 765000 2855000 347500 3967500 476100 260833.33 2505000 1011000 896000 608000 10324433.33 10324433.33
9 1.00 700000 810000 2240000 347500 3397500 407700 247500.00 3340000 1116000 1036000 663040 10907740.00 10907740.00
10 1.00 700000 810000 1465000 347500 2622500 314700 256666.67 3398000 1054000 984000 648800 9978666.67 9978666.67
11 1.20 700000 900000 1525000 372000 2797000 559400 285833.33 2611000 1101000 1056000 739200 9849433.33 8207861.11
12 1.25 700000 990000 2720000 375000 4085000 817000 299166.67 2782000 1200000 1120000 763600 11766766.67 9413413.33
13 1.40 700000 1125000 2650000 521500 4296500 859300 324166.67 4264000 1472000 1372000 907200 14195166.67 10139404.76
14 1.40 1000000 1125000 2470000 521500 4116500 823300 310833.33 4584000 1492000 1392000 918400 14637033.33 10455023.81
15 1.70 1000000 1350000 3605000 552000 5507000 660840 322500.00 4803000 1529000 1424000 1117600 16363940.00 9625847.06
16 1.70 1200000 1350000 2755000 552000 4657000 558840 440833.33 4266000 1738000 1628000 1074400 15563073.33 9154749.02
17 1.75 1200000 1350000 3060000 680000 5090000 610800 364583.33 4653000 1912000 1792000 1148000 16770383.33 9583076.19
18 2.00 1200000 1575000 3905000 707500 6187500 742500 360833.33 5019000 2086000 1976000 1265200 18837033.33 9418516.67
19 2.00 1400000 1575000 2990000 707500 5272500 632700 504166.67 4898000 1965000 1840000 1248800 17761166.67 8880583.33
20 2.00 1400000 1575000 3170000 707500 5452500 654300 399166.67 5340000 2272000 2172000 1346400 19036366.67 9518183.33
21 2.20 1400000 1800000 3090000 732000 5622000 674640 504166.67 5222000 2074000 1944000 1337600 18778406.67 8535639.39
22 2.25 1500000 1800000 3060000 860000 5720000 686400 440000.00 5423000 2253000 2148000 1420000 19590400.00 8706844.44
(4)
Lampiran 12. Penerimaan Usahatani Jagung
No Luas Lahan Produksi (Kg) Harga (Rp) Total Nilai (Rp) Sampel (Ha)
1 0.50 4050 2200 8910000
2 0.55 4675 2200 10285000
3 0.60 4620 2200 10164000
4 0.65 5135 2200 11297000
5 0.75 6075 2200 13365000
6 0.80 6560 2200 14432000
7 0.85 7055 2200 15521000
8 1.00 7600 2200 16720000
9 1.00 8288 2200 18233600
10 1.00 8110 2200 17842000
11 1.20 9240 2200 20328000
12 1.25 9545 2200 20999000
13 1.40 11340 2200 24948000
14 1.40 11480 2200 25256000
15 1.70 13970 2200 30734000
16 1.70 13430 2200 29546000
17 1.75 14350 2200 31570000
18 2.00 15815 2200 34793000
19 2.00 15610 2200 34342000
20 2.00 16830 2200 37026000
21 2.20 16720 2200 36784000
22 2.25 17750 2200 39050000
23 2.50 19250 2200 42350000
24 2.50 19750 2200 43450000
25 2.75 21725 2200 47795000
26 2.75 21450 2200 47190000
27 3.00 22530 2200 49566000
28 3.20 24960 2200 54912000
29 3.50 26600 2200 58520000
30 4.40 35200 2200 77440000
Jumlah 53.15 419713 66000 923368600
(5)
Lampiran 13.Total Pendapatan Usahatani Jagung
No Luas Lahan Total Penerimaan Total Biaya Total Pendapatan Bersih R/C
Sampel (Ha) (Rp) (Rp) (Rp)
1 0.50 8910000 4827750.00 4082250.00 1.85
2 0.55 10285000 5242310.00 5042690.00 1.96
3 0.60 10164000 5147153.33 5016846.67 1.97
4 0.65 11297000 5651350.00 5645650.00 2.00
5 0.75 13365000 7598833.33 5766166.67 1.76
6 0.80 14432000 7787233.33 6644766.67 1.85
7 0.85 15521000 8399100.00 7121900.00 1.85
8 1.00 16720000 10324433.33 6395566.67 1.62
9 1.00 18233600 10907740.00 7325860.00 1.67
10 1.00 17842000 9978666.67 7863333.33 1.79
11 1.20 20328000 9849433.33 10478566.67 2.06
12 1.25 20999000 11766766.67 9232233.33 1.78
13 1.40 24948000 14195166.67 10752833.33 1.76
14 1.40 25256000 14637033.33 10618966.67 1.73
15 1.70 30734000 16363940.00 14370060.00 1.88
16 1.70 29546000 15563073.33 13982926.67 1.90
17 1.75 31570000 16770383.33 14799616.67 1.88
18 2.00 34793000 18837033.33 15955966.67 1.85
19 2.00 34342000 17761166.67 16580833.33 1.93
20 2.00 37026000 19036366.67 17989633.33 1.95
21 2.20 36784000 18778406.67 18005593.33 1.96
22 2.25 39050000 19590400.00 19459600.00 1.99
23 2.50 42350000 21214033.33 21135966.67 2.00
24 2.50 43450000 23295533.33 20154466.67 1.87
25 2.75 47795000 23727766.67 24067233.33 2.01
26 2.75 47190000 23698400.00 23491600.00 1.99
27 3.00 49566000 26948233.33 22617766.67 1.84
28 3.20 54912000 28403700.00 26508300.00 1.93
29 3.50 58520000 31243166.67 27276833.33 1.87
30 4.40 77440000 42293300.00 35146700.00 1.83
Jumlah 53.15 923368600 489837873.33 433530726.67 56.33
(6)
Lampiran 14. Penerimaan Avalis Dalam Satu Periode Musim Tanam
No.Sampel Luas Pinjaman Penerimaan Pinjaman Penerimaan Jumlah Penerimaan Jumlah Jumlah Persentase lahan Sarana Uang Produksi Jasa pipil Kredt Penerimaan Penerimaan
Produksi tunai (kg) (Rp 80/kg) (Rp) (Rp) (%)
1 0.50 1175000 141000 0 0 4050 324000 1175000 465000 39.57
Lampiran 15.Prosedur peminjaman Bank Umum dan Skim Kredit Tradisional
2 0.55 1363000 163560 0 0 4675 374000 1363000 537560 39.44
No.
Uraian
Bank Umum
Kredit Tradisional
3 0.60 186000 192720 1000000 120000 4620 369600 1186000 682320 57.53
1
Syarat Pemi 1. Surat bukti agunan
Pinjaman tanpa agunan yang
4 0.65 1274000 254800 3000000 360000 5135 410800 4274000 1025600 24.00
2. Photo Photo copy Ktp suam didasari kepercayaan hubungan kekeluargaan
I 18 2.00 6187500 742500 1460000 175200 15815 1265200 7647500 2182900 28.54
3. Photo copy kartu keluarga
19 2.00 5272500 632700 500000 60000 15610 1248800 5772500 1941500 33.63
4. Pas photo suami istri 1 lemb(tanpa persyaratan surat-surat)
20 2.00 5452500 654300 0 0 16830 1346400 5452500 2000700 36.69
5. Surat keterangan berusaha
21 2.20 5622000 674640 700000 84000 16720 1337600 6322000 2096240 33.16
6. Surat keterangan berkelakuan baik
22 2.25 5720000 686400 7000000 840000 17750 1420000 12720000 2946400 23.16
2
Beban Bung± 1%
3%-5%
23 2.50 6072500 728700 1000000 120000 19250 1540000 7072500 2388700 33.77
3
Bentuk kred Uang tunai
Sarana produksi usahatani jagung
Jumlah 15.25 38325000 4871320 14660000 1759200 120455 9636400 52985000 16266920 30.70
Uang Tunai
Rataan 1.525 3832500 487132 1466000 175920 12045.5 963640 5298500 1626692 30.70
4
Waktu peng Lambat
Cepat
8 1.00 3967500 476100 1750000 210000 7600 608000 5717500 1294100 22.63
5
Pelaksanaan Formal
informal
9 1.00 3397500 407700 2236000 268320 8288 663040 5633500 1339060 23.77
6
Waktu peng Di tetapkan dari awal kerjasamsetelah hasil panen terjual
10 1.00 2622500 314700 400000 48000 8110 648800 3022500 1011500 33.47
7
Sanksi
Penyitaan agunan
keterlambatan menjadi beban
14 1.40 4116500 823300 1800000 216000 11480 918400 5916500 1957700 33.09
di musim tanam berikut ( fleksibel)
II 15 1.70 5507000 660840 2000000 240000 13970 1117600 7507000 2018440 26.89
16 1.70 4657000 558840 0 0 13430 1074400 4657000 1633240 35.07
17 1.75 5090000 610800 6700000 804000 14350 1148000 11790000 2562800 21.74
24 2.50 6547500 785700 1350000 162000 19750 1580000 7897500 2527700 32.01
25 2.75 7080000 849600 7000000 840000 21725 1738000 14080000 3427600 24.34
26 2.75 7170000 860400 850000 102000 21450 1716000 8020000 2678400 33.40
Jumlah 17.55 50155500 6347980 24086000 2890320 140153 11212240 74241500 20450540 27.55
Rataan 1.755 5015550 634798 2408600 289032 14015.3 1121224 7424150 2045054 27.55
5 0.75 2152500 430500 1300000 260000 6075 486000 3452500 1176500 34.08
6 0.80 1965500 393100 3000000 600000 6560 524800 4965500 1517900 30.57
7 0.85 2138500 427700 800000 160000 7055 564400 2938500 1152100 39.21
11 1.20 2797000 559400 1115000 223000 9240 739200 3912000 1521600 38.90
III 12 1.25 4085000 817000 3500000 700000 9545 763600 7585000 2280600 30.07
13 1.40 4296500 859300 1500000 300000 11340 907200 5796500 2066500 35.65
27 3.00 7522500 1504500 3200000 640000 22530 1802400 10722500 3946900 36.81
28 3.20 8177000 1635400 2000000 400000 24960 1996800 10177000 4032200 39.62
29 3.50 8905000 1781000 9400000 1880000 26600 2128000 18305000 5789000 31.63
30 4.40 12364000 2472800 12500000 2500000 35200 2816000 24864000 7788800 31.33
Jumlah 20.35 54403500 10880700 38315000 7663000 159105 12728400 92718500 31272100 33.73