43
Tabel 12. Analis Usahatani Jagung di daerah penelitian
Luas lahan Per petani Per Ha
No .
Uraian Kegiatan Volume
Jumlah Satuan
Satuan Biaya Rp
Volume Jumlah
Rp Rp
I INPUT A.
Penggunaan Sarana Produksi
1. Benih Kg 45000 31.77
1429500 17.95 807711.86
2. Pupuk Anorganik a. Urea
Kg 2000 406 813333.3 229.38
458757.06 b. SP-36
Kg 3700 176.67
653666.7 99.81 369310.17
c. KCl Kg 5800 80
464000 45.20 262146.89
d. Za Kg 1600
153.33 245333.3 86.63
138603.39 e. NPK
Kg 7700 11.67
89833.33 6.59 50767.80
f. Amophos Kg 5000
41.67 208333.3 23.54
117711.86 g. Phonska
Kg 2000 95 190000 53.67
107344.63 3. Pupuk organik
Kg 2000 43.33
86666.67 24.48 48960.45
4. Dolomit Kg 1200
11.67 14000 6.59
7911.86 Jumlah
Pupuk 2765167
1562241.06 5..Insektisida
ml 250 313.13
78333.33 176.91
44227.40 6. Fungisida
ml 600 177.16
106300 100.09
60054.24 7. Herbisida
Sistemik
liter 50000 3.47 173333.3
1.96 98022.60
8. Herbisida kontak liter 50000 5.15
257500 2.91
145480.23 Jumlah Pestisida
615466.7 347721.28
B. Penggunaan Tenaga
Kerja
1. Pengolahan Lahan 700000Ha
Traktor 1178333
Traktor 700000.00
2. Penanaman HKO 49361.7
14.1 696000 7.97
393220.32 3. Pemeliharaan
a. Penyemprotan Herbisida I
HKO 60499.26 2.27
137333.3 1.28 77589.45
b. Penyemprotan Herbisioda II
HKO 84982.94 2.93 249000
1.66 140677.97
c. Penyemprotan fungisida
HKO 31218.80 2.27
70866.67 1.28 40037.67
d. Pembubunan HKO 46231.88
7.13 329633.3
4.03 186233.52
4. Pemupukan I HKO 89639.64
3.33 298500.00
1.88 168644.07
5. Pemupukan II HKO 89639.64
3.33 298500.00
1.88 168644.07
6. Panen HKO 61735.83
27.23 1681067 15.38
949755.18 7. Pemipilan
Kg 80 13990
1119235 7904.20
632335.82 Jumlah Tenaga
Kerja 4640733
2621883.24 C.
Penyusutan dan Transportasi
1. Penyusutan alat- alat
381194.4 215364.09
2. Transportasi 1780567
1005969.87 Jumlah
2161761 1221333.96
D. Bunga Pinjaman
736666.7 416195.859
Total Biaya 16327929
9224818.71 II OUT
PUT 1. Produksi
Kg 13990.43
7904.20 2. Harga Jual
Rpkg 2200
2200.00 3. Nilai Total
Produksi
Rpkg 30778953
17389235.03 III
PENDAPATAN BERSIH
14451024 13198296.55
IV. RC 1.88
1.88
Sumber: Pengolahan data Lampiran 4-13
Universitas Sumatera Utara
44 Analisis kelayakan usahatani jagung dilakukan untuk mengetahui apakah
usahatani jagung yang dijalankan oleh petani di daerah penelitian layak atau tidak.
Untuk mengetahui kelayakan digunakan kriteria Return Of Cost RC ratio.
Untuk RC ratio diketahui sebesar 1,88 artinya setiap biaya Rp.1 yang dikeluarkan petani jagung akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1.88. Beradasarkan
kriteria investasi yang menyatakan usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila memiliki nilai RC
≥ 1, maka usahatani jagung di daerah penelitian menggunakan kredit dari avails layak untuk diusahakan. Dengan demikian
hipotesis 2 yang menyatakan usahatani jagung dengan menggunakan skim kredit tradisional di daerah penelitian layak diusahakan dapat diterima.
5.4 Skim Kredit Tradisional dan Bank Umum
Sifat masyarakat dan kelembagaan di pedesaan adalah informal, demikian pula sifat lembaga- lembaga perkreditan di situ, meskipun ada juga lembaga-
lembaga formal. Lembaga-lembaga kredit formal yang ada di Kecamatan Tigabinanga adalah BRI, Bank Sumut, Bank Danamon dan BPR yang umumnya
berkaitan dengan birokrasi. Sesuai dengan sifat kebutuhannya masyarakat di daerah penelitian memerlukan sumber pembiayaan yang mudah dan cepat. Mudah
dan cepat tanpa persyaratan surat-surat, dapat segera diambil tanpa menunggu lama. Untuk lembaga keuangan seperti Bank umum tentu saja tentu persyaratan
seperti yagn dikemukakan di atas tidak akan dijumpai. Sebagai contoh BRI, apabila ingin meminjam kredit harus terlebih dahulu melengkapi persyaratan
sebagai berikut: 1.
Surat bukti
pemilik agunan
1 lembar
Universitas Sumatera Utara
45 2. Photo copy KTP suamiistri
2 lembar 3. Photo copy kartu keluarga
1 lembar 4.
Pas photo
suamiistri 1 lembar
5. Surat keterangan berusaha 1 lembar
6. Surat keterangan berkelakuan baik ditandatangani Kepala Desa 1 lembar 7. Proses peminjaman kurang lebih 2 minggu.
Sementara pada Skim Kredit Tradisional persyaratan seperti pada Bank Umum di atas tidak ada sama sekali. Adanya agunan merupakan persyaratan yang paling
tidak disukai oleh masyarakat pedesaan petani sendiri. Selanjutnya hasil wawancara dari petani sampel mengatakan bahwa dasar pertimbangan system
pinjaman pada Skim Kredit Tradisional adalah hubungan kekerabatan dan integrasi sosial antara avalis dengan petani, prosesnya sebagai berikut:
1. Tidaka ada Agunan 2. Pinjaman berupa sarana produksi dan uang tunai besarnya sesuai dengan
permintaan petani 3. Prosesnya tidak lama, langsung diterima pada waktu mengajukan permintaan
pinjaman 4. Pinjaman sarana produksi tepat pada saat dibutuhkan
5. Pembayaran setelah hasil panen jagung terjual. Kemudahan inilah yang menyebabkan petani selalu menggunakan jasa Skim
Kredit Tradisional, Walaupun bunga pinjaman lebih tinggi dari pada bunga yagn berlaku di Bank Umum. Bunga pinjaman pada Skim Kredit Tradisional adalah 3-
5 per bulan atau 12-20 permusim tanam. Namun hal lain yang paling menyenangkan bagi petani saat petani butuh biaya untuk hal-hal mendadak biaya
Universitas Sumatera Utara
46 sekolah anak, sakit dan lain-lain petani dapat megajukan pinjaman lagi kepada
avails walau pinjaman sebelumnya belum lunas. Avalis mau memberi pinjaman selanjutnya dengan catatan jumlah pinjaman disesuaikan dengan jumlah produksi
jagung peinjam. Walaupun Bank Umum seperti BRI, Bank Sumut, Bank Danamaon, BPR telah ada di daerah penelitian dan bunga pinjaman rendah, petani
tetap cenderung meminjam melalui Skim Kredit Tradisional ini. Di samping Skim Kredit Tradisional sudah lama beroperasi di daerah penelitian dan kemudahan-
kemudahan lain. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pada umumnya avalis bertempat
tinggal di areal pemipilan jagung sehingga mudah ditemui oleh petani bila membutuhkan pinjaman dan punya lahan yang luas untuk menampung produksi
jagung tongkol petani dengan volume besar yang siap untuk dipipil. Avalis rata- rata mempunyai 2 mesin pipil dengan kapasitas 16.5 HP yang diopersikan oleh
tenaga kerja7-10 orang permesin dengan upah Rp 30kg. Keadaan inilah yang membuat petani tetap memilih meminjam melalui Skim
Krdit Tradisional dari pada Bank Umum walaupun bunga pinjaman lebih tinggi dari Bank umum. Hal ini juga terlihat dari jumlah petani mitra avalis terus
bertambah setiap tahunseperti tertera paada Tabel 13 berikut ini:
Tabel 13. Perkembangan Jumlah Petani Mitra Avalis Sampel 5tahun Terakhir 2006-2010
Tahun Avalis I
Avalis II Avalis III
Jumlah Pertambahan
2006 2007
2008 2009
2010 250
250 300
350 370
150 200
260 310
350 100
135 170
200 240
500 585
730 860
960 17.00
24.79 17.81
11.63
Sumber: Data diolah dari lapangan
Universitas Sumatera Utara
47 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemudahan inilah yang menjadi ciri
khas Skim Kredit Tradisional menyebabkan petani banyak mengunakan jasa lembaga informal ini dalam pembiayaan usahatani jagung.
Penerimaan Avalis Permusim Tanam
Penerimaan Avalis di daerah penelitian berasal dari jasa mesin pipil jagung, bunga dari pinjaman sarana produksi dan uang tunai. Jumlah Penerimaan
avalis sampel dalam musim tanam dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini: Tabel 14. Penerimaan Avalis Per musim Tanam
Uraian Avais I
Avalis II Avalis II
Jumlah Rataan
Persen tase
Jumlah Kredit
52985000 74241500 92718500 219945000 73315000
Penerimaan
16266920 20450540 31272100 67989560 22663187 30.91
Sumber: Pengolahan data lampiran 13 Dari Tabel 14 diketahui bahwa penerimaan avalis dari petani mitra rata-rata
sebesar Rp 22.663.187 atau sekitar 30,9 dari jumlah kredit yang dikucurkan kepada petani sampel.
5.5 Masalah-masalah yang Dihadapi dalam Pembiayaan Usahatani Jagung Menggunakan Skim Kredit Tradisional di Daerah Penelitian
Masalah-masalah yang dihadapi petani dari pembiayaan skim kredit tradisional ini mengatakan bunga pinjaman cukup tinggi dibanding dengan di
banding bunga yang berlaku di Bank Umum. Ada 10 KK 33,3 sampel petani yang mengatakan bahwa bunga pinjamannya 5 per bulan 20 per musim
tanam sementara 20 KK 66,7 mengatakan tidak menjadi masalah karena kemudahan-kemudahan yang diterima lebih banyak menguntungkan petani. Bagi
petani yang mengatakan bunga pinjaman cukup tinggi maka upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah adalah dengan mengurangi jumlah pinjaman
pada musim tanam berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
48 Bagi avalis hampir tidak ada masalah, karena pinjaman petani jagung
selalu disesuaikan dengan hasil produksi petani dan pembayaran pinjaman selalu berkaitan dengan saat penjualan produksi jagung milik petani, dimana uang hasil
penjualan produksi jagung milik petani mitra di serahkan pedagang kepada avalis, kemudian avalis menghitung pinjaman bersama-sama dengan petani dan
memotong utang-utang petani beserta bunganya sebelum menyerahkannya kepada petani. Keterlambatan pembayaran oleh petani peminjam bisa saja terjadi apabila
hasil penjualan lebih kecil dari pinjaman petani. Karena kemarau panjang, serangan penyakit hawar daun, atau karena harga jual yang rendah, hasil jual
produksi jagung bisa saja lebih rendah dari jumlah pinjaman petani, apabila hal ini terjadi petani tidak harus melunasi utang-utangnya dari hasil usaha yang lain, akan
tetapi menjadi beban petani pada musim tanam berikutnya tanpa dikenakan bunga lagi. Avalis tetap mendukung keberlanjutan usahatani jagung dengan tetap
memberi kredit kepada petani tetapi jumlahnya tidak melebihi jumlah hasil produksi keadaan normal usahatani jagung milik peminjam.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja Skim Kredit Tradisional dalam pembiayaan usahatani jagung di daerah
penelitian termasuk dalam kategori baik, karena skor kemitraan adalah 1745 92.76 dari skor harapan 1881
2. Petani jagung berminat menggunakan pembiayaan melalui skim ktredit tradisional karena mekanisme pinjaman tanpa agunan, pinjaman yang
ditawarkan dalam bentuk sarana produksi dan uang tunai, prosedur informal, dan pengembalian pinjaman setelah hasil panen terjual.
3. Usahatani jagung menggunakan pembiayaan dari avalis layak di kembangkan karena:
a. Skim kredit tradisional sesuai dengan kebutuhan petani jagung di daerah penelitian, baik dari kebutuhan jenis pinjaman , jumlah pinjaman , syarat
peminjaman, waktu peminjaman, prosedur peminjaman dan pengembalian sesuai dengan sifat informal masyarakat pedesaan
b. Nilai RC pada usahatani jagung di daerah penelitan dengan menggunakan kredit dari avalis sebesar 1,88. Dimana RC 1.
4. Masalah yang dihadapi dalam pembiayaan usahatani menggunakan skim kredit tradisional adalah: Bunga yang harus dibayar petani cukup tinggi antara
12-20 setiap musim maka upaya yang perlu dilakukan petani adalah dengan mengurangi jumlah pinjaman pada musim tanam berikutnya.
Universitas Sumatera Utara