Analisis evaluasi program yayasan Raudlatul Makfufin dalam
No NAMA
TEMPAT TANGGAL
LAHIR STATUS
LEMBAGA PENDIDIKAN
01 Abdurahman
Jakarta, 18 Maret 1986
Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah 02
Diah Rahmawati
Jakarta, 2 April 1985 Mahasiswa UHAMKA
03 Wijaya
Jakarta, 8 Maret 1990
Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah 04
Nur Isnaini Palu, 22Juli 1993
Pelajar SLB A Pembina
Tingkat Nasional, Lebak
Bulus
05 Juanda
Lampung, 19 Januari 1992
Pelajar Darul Ma’arif
06 Angga Saputra
Jakarta, 16 Maret 1989
Pelajar SLB A Pembina
Tingkat Nasional, Lebak
Bulus
07 Arif Faisal
Pekalongan, 28 Juli 1993
Pelajar SLB A Pembina
Tingkat Nasional, Lebak
Bulus
08 Indar Yono
Bengkulau, 04 Maret 1986
Pelajar SLB A Pembina
Tingkat Nasional, Lebak
Bulus
09 Nurul Hakim
Tasikmalaya, 26 Maret 1997
Pelajar SLB A Pembina
Tingkat Nasional, Lebak
Bulus
10 M. Noval Anif
Jakarta, 25 Januari 1997
Pelajar SLB A Pembina
Tingkat Nasional, Lebak
Bulus
11 A. Mustahim
Jakarta, 06 Februari 1988
Mahasiswa UNINDAR
Sumber : Hasil Wawancara Alasan mereka mengikuti program pesantren tunanetra pada
kegiatan pesantren mingguan adalah untuk membekali mereka mengenai ke agamaan, yaitu membaca Al Qu’ran Braille karena
yayasan Raudlatul Makfufin adalah pesantren tunanetra yang
memfokuskan mengenai keagamaan untuk tunanetra. Bagi mereka dengan adanya komunitas ini mereka dapat bersosialisasi dengan
teman-teman lain yang mengalami ketunanetraan juga. Pada program pesantren tunanetra bagi mereka sudah mewakili sebagian dari potensi
diri mereka. Yaitu sebagian potensi pada bidang keagamaan, seperti memperdalam membaca Al Qur’an dan memperlancar membaca Al
Qur’an agar dapat menjadi Qori’ dan tidak hanya mendalami Al Qur’an saja tetapi potensi lain pun dapat di salurkan seperti potensi
bernyanyi. Yayasan merupakan wadah bagi mereka dalam meyalurkan potensi-potensi yang mereka miliki. Yayasan Raudlatul Makfufin
merupakan wadah satu-satunya di Jakarta yang memiliki program untuk tunanetra khususnya pada segi keagamaan.
1
Mereka sangat antusias dan sangat menyambut baik program pesantren tunanetra dalam kegiatan pesantren mingguan, mereka dapat
bersosialisasi dan mempererat tali silahturahmi. Disamping mendalami dan mem
pelancar membaca Al Qur’an dan tidak hanya tergelumit pada mendalami Al Q
ur’an saja tetapi potensi mereka pada seni bermusik dapat pula tersalurkan tentunya tetap pada koridor keagamaan.
2. Latar belakang klien Program Training Leadership Klien pada program ini adalah klien yang memiliki dasar
pengetahuan tentang arab Braille, dan wakil tunanetra dari setiap wilayah kabupatenkotamadya di Indonesia. Klien yang diharapkan
1
Hasil wawancara kepada seluruh peserta pesantren mingguan, 24 mei 2011
berasal dari wilayah Tangerang Selatan Provinsi Banten, Jabodetabek, dan daerah lain seperti Kalimantan timur dan Sulawesi
Selatan. Kedua daerah ini dianggap sebagai daerah dengan pergerakan tunanetra yang cukup dinamis.
3. Latar belakang klien perpustakaan Braille Klien perpustakaan Braille adalah para tunanetra yang mencari
referensi buku-buku keagamaan, mereka dapat mencarinya di yayasan Raudlatul Makfufin.
b. Karakteristik staf yayasan Raudlatul Makfufin Kualifikasi staf yang dianalisis dalam evalusi input terdiri dari yaitu
1. Latar belakang staf program pesantren Tunanetra pada kegiatan pesantren mingguan. Dapat dilihat pada 2 dua aspek yaitu, jabatan,
dan pendidikan terakhir. Jabatan merupakan hal yang menyatakan kesesuain antara kemampuan yang dimiliki dengan program yang
dijalankan. Begitupula dengan pendidikan yang menyatakan bahwa jabatan diberikan karena kemampuan yang dimiliki sesuai dengan
pendidikan yang disandangnya. TABEL. 2
NAMA STAF PESANTREN MINGGUAN NO
NAMA JABATAN
PENDIDIKAN TERAKHIR
1 Ade Ismail
Seksi pengembangan Alqur’an dan buku
braille Sarjana pendidikan UNJ
S.Pd
2 Sapto Wibowo
Seksi Da’wah Sarjana Pendididkan
Islam UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta S.Pd.I
Sumber : Hasil Wawancara dan Dokumentasi Menjadi staf pada kegiatan pesantren mingguan memang
diperlukan alasan yang konkrit, karena berbagai cara seseorang dapat mengekspresikan pengalaman yang didapat untuk mengelolah kegiatan
yang diadakan tersebut seperti staf pesantren mingguan ini yang sebelumnya adalah peserta yang akhirnya sekarang adalah staf atau
pengajar. Alasan menjadi staf karena sebagian dari tujuan pesantren tunanetra yaitu untuk meningkatkan kemampuan tunanetra muda
dalam mengendalikan
diri, meningkatkan
pengetahuan dan
pemahaman keagamaan di kalangan tunanetra sebagai modal mengarungi kehidupan dan membantu mengajar merupakan hal yang
mulia sehingga ini merupakan alasan menjadi staf karena kemampuan dalam membaca Al Qur’an dapat dikatakan mahir.
2
Menjadi staf pesantren mingguan karena rasa saling membantu, karena membagi ilmu adalah sifat yang mulia dan karena bagian dari
tujuan pesantren tunanera. 2. Latar belakang staf kegiatan pengadaan Al Quran Braille dan entry data
buku-buku sumber ke Islaman, berdasarkan usia, jabatan dan pendidikan terakhir. Usia merupakan faktor produktifitasnya seseorang
dalam menjalani suatu program. Sedangkan jabatan adalah suatu
2
Ade Ismail, hasil wawancara staf pesantren mingguan, 25 April 2011
kedudukan yang disandang atau didapat karena sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Staf program pengadaan Al Quran Braille dan entry data sumber ke Islaman terdiri dari 2 dua orang, yaitu dapat dilihat pada tabel.
TABEL. 3 DAFTAR STAF PENGADAAN AL QUR’AN BRAILLE DAN
ENTRY DATA BUKU KE ISLAMAN NO
NAMA USIA
JABATAN PENDIDIKAN
TERAKHIR
1 Ade Ismail
28 Tahun
Seksi Pengembangan Al
Qur’an Braille Sarjana Pendidikan
S.Pd
2 A.
Wahyudi 25 Tahun
Pengurus Amd. Manajemen
Informatika Sumber : Hasil Wawancara
Staf pada pengadaan Al Quran Braille dan data buku-buku sumber ke Islaman, mereka staf yang memilik kualitas dan pendidikan yang sesuai
dengan bidangnya. Pada kualifikasi staf pengadaan Al Qur’an Braille serta entry bukuk-buku sumber ke Islaman. Memiliki pendidikan terakhir yang
tertera diatas merupakan aspek yang sesuai dengan program yang dijalankan, dapat dilihat bahwa staf pada program kegiatan pengadaan Al
Qur’an Braille merupakan staf yang berkualitas dan memiliki potensi sesuai dengan bidangnya.
Staf pada pengadaan Al Qur’an Braille serta entry buku-buku
sumber ke Islaman. Karena Al Qur’an Braille dengan system
komputerisasi hanya yayasan Raudlatul Makfufin yang memiliki hak
paten, sesungguhnya pengerjaan Braille ini tidaklah sulit karena yayasan menggunakan system komputerisasi modern memang sesuai bidang yang
mereka miliki sedangkan kesulitan terletak pada teman-teman tunanetra yang baru belajar, kesulitan terletak pada perabaan.
3
Alasan mereka tentunya terletak pada potensi yang dimiliki karena, sesuai yang tertera pada tabel latar belakang staf yaitu pendidikan terakhir
merupakan kemudahan mereka untuk menjalani program pengadaan Al Qur’an Braille ini yang sesuai dengan bidang mereka sehingga mereka
tidak mengalami kesul itan dalam pengerjaan Al Qur’an Braille ini.
Sedangkan kesulitan terletaak pada tunanetra yang baru belajar untuk pencetakan Braille.
Berikut ini adalah tabel daftar buku-buku Braille siap cetak. Yang dihasilkan oleh kegiatan pengadaan Al Qur’an Braille serta entry sumber
buku-buku ke Islaman. TABEL . 4
DATA- DATA JUDUL BUKU DAN AL QUR’AN BRAILLE
SIAP CETAK
No Nama Buku
Halaman
1 Al Quran Braille
2996 2
Risalah Tuntunan Sholat 216
3 Fiqh Islam
1680 4
Kitab Nahwu Jurumiyah 178
5 Kamus Mahmud Yunus
1536 6
Hadist Arbain an Nawawiyah 82
7 Rawy lengkap
262
3
Hasil wawancara kepada seluruh peserta pesantren mingguan, 24 mei 2011
8 Doa-doa Pilihan
162 9
150 Hadist Pilihan 136
10 Tajwid
60 11
Iqra Braille 62
Sub total Halaman 7370
Sumber : Dokumentasi 3. Latar belakang staf program Training Leadership
Staf untuk program ini adalah orang-orang yang terkait pada program ini yaitu para donatur pemda masing masing daerah atau
donatur yang tidak tetap, lembaga ketunanetraan di wilayah masing- masing dan Pemda setempat dan sumber daya manusia yang berkualitas
yaitu pengurus yayasan Raudlatul Makfufin. 4. Latar belakang staf program Perpustakaan Braille
Pada program ini dibagi dalam 2 dua tahap, tahap pertama yaitu rekruitmen tenaga pembraillean staf pembraillean untuk buku-buku
agama Islam yang memuat tulisan arab Braille. Karena relative sulitnya bahan pembraillean, maka reikrutmen staf pembraillean harus memenuhi
kualifikasi, yaitu memiliki pengetahuan dasar tata bahasa Arab dan kaidah
penulisan Arab
Iml a’I, memiliki pengetahuan dasar
pengoperasian computer dan mengenal huruf Braille latin. Tahap ke 2dua yaitu entry data bahwa target untuk hasil dari
pembraille buku itu dapat dicapai 5 buku perbulan dengan jumlah halaman per buku kurang lebih 400 lembar dan dikerjakan oleh 5 orang
staf entry data. dan program ini lebih mempermudah lagi dengan adanya KEBIL Komunitas Elektronik Braille Indonesia ketika tunanetra
membutuhkan buku-buku bacaan tinggal klik saja, ada softwarenya ada
hardwarenya. Sehingga tunanetra diluar daerah Jakarta ketika membutuhkan buku-buku ke Islaman tidak perlu berkunjung ke yayasan
cukup hanya tinggal copy saja, dan print outnya tentu huruf Braille. c.
Tujuan Program Program pesantren tunanetra adalah program yang memiliki
kegiatan pesantren mingguan dan pengadaan Al Qur’an Braille serta entry data sumber buku-buku ke Agamaan. Kedua kegiatan ini memiliki tujuan
meningkatkan kemampuan tunanetra dalam menjalani kehidupannya, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keagamaan di kalangan
tunanetra sebagai modal mengarungi kehidupan, dan memberikan tempat yang kondusif bagi pelajar dan mahasiswa tunanetra. Disamping
memberikan tempat yang kondusif bagi pelajar dan mahasiswa tetapi diberikan juga keterampilan dalam mencetak Alqur’an dan buku-buku
sumber ke agamaan Braille, sehingga pengadaan Alqur’an Braille ditangani oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Dan tujuan dari
program yang dicanangkan adalah menciptakan kader-kader tunanetra yang berkualitas dengan potensi yang dimilikinya.
Bentuk program yayasan pesantren tunanetra dengan kegiatan pesantren mingguan dan program-program yang dicanangkan adalah
bentuk meningkatkan potensi diri kaum tunanetra. Karena untuk meningkatkan suatu potensi diri harus didukung oleh lingkungan
pergaulan dan sosial sehingga terbentuklah prilaku yang dapat meningkatnya potensi diri seseorang, sehingga dengan potensi yang di
salurkan itu dapat menjadikan kaum tunanetra tidak lagi dipandang sebelah mata karena kekurang fisiknya, tetapi dibalik kekurangan fisik
terdapat kelebihan yang sama dengan orang normal lainnya. Dan masyarakat memberikan apresiasi kepada kaum tunanetra karena potensi
yang dimiliki. Program ini sebuah wadah yang dibentuk oleh yayasan Raudlatul Makfufin dalam meningkatkan potensi yang ada pada kaum
tunanetra 2.
Evaluasi proses Pada evaluasi proses ini penulis memfokuskan diri pada aktifitas yang
melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf yang merupakan pusat dari penyampaian tujuan program.
Program yayasan Raudlatul Makfufin memiliki program pesantren tunanetra dengan kegiatan pesantren minggu
an dan pengadaan Al Qur’an Braille serta entry data sumber buku ke Islaman, dan program yang
dicanangkan yaitu Training Leadership dan Perpustakaan Braille. Program pesantren tunanetra dengan Kegiatan pesantren mingguan berjalan sesuai
dengan jadwalnya yaitu setiap hari minggu pada pukul 09.00 sd 12.00, dengan materi Pembelajaran Al-
Qur’an, aqidah, fiqih ibadah dan muamalah,
Akhlaq. Sesungguhnya
program pesantren
tunanetra diprioritaskan untuk mahasiswa atau pelajar tetapi untuk kegiatan pesantren
mingguan di buka untuk umum, tidak hanya pelajar atau mahasiswa. Kegaiatan pesantren mingguan dilaksanakan di masjid Al-Ikhlas Cireunde,
Pondok Cabe Karena tempat yang strategi untuk tunanetra berkegiatan disana.
Pada kegiatan pengadaan Al- Qur’an Braille serta entry data buku
sumber Ke Islaman di laksanakan jika adanya pesanan Al Qur’an Barille
dan jika adanya pembiayaan donatur untuk melakukan pembraillean buku- buku sumber ke Islaman. Sedangkan program yang dicanangkan adalah
perpustakaan Braille dan Training Leadership program ini merupakan pengembangan kegiatan yayasan yang sudah berjalan yaitu pesantren
mingguan dan pengadaan Al- Qur’an braille.
Perpustakaan Braille dilaksanakan di yayasan, karena saran prasana untuk menjalankan program ini sudah mendukung seperti mesin ketik manual
maupun modern, dengan komputerisasi tersedia,beserta print khusus huruf Braille dan gedung yang sangat layak untuk dijadikannya sebuah perpustakaan
yang nyaman. Sehingga, tentunya kegiatan ini dilakukan di yayasan. Program ini dibutuhkan rekruitmen tenaga staf dan entry data, pada
rekruitmen staf pembraille buku agama adalah untuk pembuatan buku-buku agama Islam yang memuat tulisan Arab Braille. Sehingga rekruitmen calon
staf harus memenuhi kualifikasi yaitu, memiliki pengetahuan dasar tata bahasa arab dan kaidah penulisan Arab imla’I, memiliki pengetahuan dasar
pengoperasian computer dan mengenal huruf Braille latin. Sedangkan untuk entry data targetnya adalah 5 lima buku perbulan dengan jumlah halaman per
buku kurang lebih 400 lembar yang dikerjakan oleh 5 orang staf entry data. Program perpustakaan Braille ini tentunya sangat diperlukan oleh kaum
tunanetra dalam mencari referensi buku-buku ke Islaman. Untuk pendanaan, yayasan mengundang berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi dalam
terselenggaranya program ini, mengingat rata-rata tunanetra hidup dalam tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Sedangkan pada program Training Leadership ini sasaran atau kliennya adalah tunanetra yang memliki dasar pengetahuan tentang Arab
Braille, wakil tunananetra dari setiap wilayah KabupatenKotamadya di Indonesia. Pada tahap awal jumlah peserta adalah 20 orang yang diharapkan
berasal dari wilayah Tangerang Selatan provinsi Banten, Jabodetabek, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Karena daerah ini dianggap
sebagai daerah dengan pergerakan tunanetra yang cukup dinamis. Program ini dilaksanakan dengan jangka waktu 1satu tahun, yang dibagi dalam 2dua
tahap, yaitu teori dan praktek. Dengan materi yaitu baca tulis Al Qur’an Braille tajwid dan fashohah, pendalam agama, kepemimpinan dan
manajerial, Bahasa Inggris dan komputer bicara. Tujuan program ini menjadikan motivator dan innovator di kalangan tunanetra khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya di daerah masing-masing, mengembangkan kemampuan dalam baca tulis Al Qur’an Braille pengetahuan agama di daerah
asalnya, sehingga pemerintah daerah setempat tidak perlu mencari SDM dari luar daerah karena sudah memiliki SDM berkualitas yang sudah terlatih di
yayasan. Untuk perekrutan peserta program Training Leadrship ini yaitu bekerja sama dengan lembaga ketunanetraan di wilayah masing-masing dan
Pemda setempat. Untuk pendanaan diharapkan berasal dari Pemda masing- masing daerah dan donatur lain yang bersifat tidak mengikat.
Dalam setiap kegiatannya, yayasan Raudlatul Makfufin selalu mementingkan adanya partisipasi masyarakat agar mereka mempunyai rasa
memiliki terhadap program yang dijalankan. Namun, dalam rangka upaya meningkatkan potensi diri kaum tunanetra adalah merupakan agenda besar
yayasan yang tidak bisa ditunda dan merupakan visi dan tujuan yayasan. Maka kata kunci meningkatkan potensi kaum tunanetra adalah
menyelenggarakan pendidikan dan kursus-kursus keagamaan, menyediakan buku-buku sumber agama dalam huruf braille atau rekaman dan penyiapan
tenaga pelaksana yang professional, menyelenggarakan kursus keterampilan usaha, dan mengupayakan bantuan sosial bagi tunanetra yang
membutuhkan. Dimana dengan pola ini menjadi formula yayasan Raudlatul Makfufin dalam upaya menjadikan kemampuan kaum tunanetra dapat
diterima di msayarakat. 3.
Evaluasi output Evaluasi output merupakan suatu cara untuk mengukur tingkat keberhasilan
dari suatu program yang telah dilakukan, bahwa evaluasi hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak overall input dari suatu program
terhadap penerima layanan recipients, sehingga penulis menganalisis melalui :
a. Pencapaian hasil program Yayasan Raudlatul Makfufin dalam
meningkatkan potensi kaum tunanetra Program
pesantren tunanetra
merupakan program
yang pencapaiannya dapat dikatakan berhasil karena dari program itu terdapat
dua kegiatan yaitu pesantren mingguan yang selalu diadakan pada hari mingguan, kegiatan ini tidak diadakan di Yayasan Raudlatul Makfufin
tetapi diadakan dimasjid Al-Ikhlas Cireunde, Pondok Cabe. Sehingga memudahkan tunanetra untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan lokasi
yang strategis. Kegiatan kedua yang berhasil hingga sekarang yaitu kegiatan
kegiatan pengadaan Al Qur’an Braille serta entry data buku sumber Ke Islaman di laksanakan jika adanya
pesanan Al Qur’an Barille dan jika adanya pembiayaan donatur untuk melakukan pembraillean buku-buku
sumber ke Islaman. Pada pencapaian program yang dicananangkan oleh yayasan Raudlatul Makfufin yatiu program Training Leadership dan
perpustakan Braille, hinggga saat ini pencapaian hasil program tersebut belum dapat terealisasikan oleh para peserta pesantren yayasan Raudlatul
Makfufin. b.
Keberlanjutan program Yayasan Raudlatul Makfufin dalam meningkatkan potensi kaum tunanetra
Pada program pesantren tunanetra yaitu kegiatan pesantren mingguan dan pengadaan Al
Qur’an Braille akan tetap dilaksanakan oleh yayasan Karena kegiatan ini merupakan wadah tunanetra dalam
meningkatkan potensi mereka. Pesanttren mingguan akan tetap berjalan karena lokasi pemindahan kegiatan ini yang cukup strategi untuk para
tunantetra dalam melaksankan pengajian. Dan pada program Training Leadership dan perpustakaan Braille akan menjadi program yang
dicanangkan oleh yayasan karena program ini merupakan pengembangan dari program-program yayasan yang sudah berjalanan.