Pengertian keluarga Pengertian pendidikan agama islam dalam keluarga

“akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik,” 19 Sedangkan dalam kamus Shahih kata khuluq berarti tabiat atau perangai. Qurtubi dalam tafsi rnya menjelaskan. “khuluq dalam bahasa arab artinya adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap atau bertindak”. 20 Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila di biasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu di sebut akhlak. Dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada pada dirinya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuaatan baik, yang disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang disebut dengan akhlak tercela. Semua itu tergantung dari bagaimana cara pembinaannya.

a. Perbedaan akhlak, moral dan etika

1. Moral Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan akhlak. Moralisasi, berarti uraian pandangan, ajaran tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral. Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik. 21 Dalam Wikipedia di jelaskan bahwa Moral Bahasa Latin Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki 19 Asmaran. A.S, M.A, pengantar studi akhlak, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1994, Cet Ke-2, H.1 20 Muhhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung : Al-Bayan, 1997, Cet Ke- 1, H.178 21 http:imungblog.blogspot.com201210pengertian-etika-dan-moral.html nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatantingkah lakuucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. 22 Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah agama islami mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa. Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut : 1 Akhlak Terhadap Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang diproses menjadi benih. Dengan demikian sebagai yang 22 http:id.wikipedia.orgwikiMoral diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 : قلخ ّمم ـس ۡ رظ يلف ۬ قفا ۬ ء ّم م قلخ بٕٮآرّتل بلّصل يب م ر ي Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.” Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya. Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia. 2 Akhlak Terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al- Qur‟an berkaitan dengan perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu. ع تي ۬ ق ص ّم ٌ۬ريخ ٌ رفغم ٌ۬ف رعّم ٌ۬ل ق ۬ ۗ ٌ۬ميلَ َ ّّ