3. Mutu pekerjaan meningkat dari hari ke hari.
4. Mematuhi jam kerja.
5. Tugas yang diberikan dapat diselesaikan sesuai dengan kemampuan.
6. Inisiatif kerja yang tinggi dapat mendorong prestasi kerja.
7. Kesetiaan dan kejujuran.
8. Terjalin hubungan kerja antara karyawan dengan pimpinan.
9. Tercapai tujuan perorangan dan tujuan organisasi.
10. Menghasilkan informasi yang akurat dan tepat.
II.4. Teori tentang Penilaian Kinerja
II.4.1. Pengertian Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Penilaian kinerja sangat bermakna untuk menciptakan dan memelihara suatu iklim kerja yang baik. Penilaian prestasi kerja adalah proses evaluasi prestasi atau
unjuk kerja pegawai yang dilakukan oleh organisasi. Penilaian prestasi kerja merupakan suatu prosedur yang mencakup a menetapkan standar kerja, b menilai
prestasi kerja pegawai secara nyata dibandingkan dengan standar kerja yang telah ditetapkan, c memberikan umpan balik kepada pegawai dengan tujuan untuk
memotivasi pegawai agar meninggalkan prestasi yang buruk dan mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi yang sudah baik Sirait, 2006.
Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat agar dihasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan kinerja. Hasil dari
pengukuran kinerja memberitahukan atas apa yang telah terjadi atau apa yang harus
Universitas Sumatera Utara
dilakukan. Suatu organisasi harus menggunakan pengukuran kinerja secara efektif agar dapat mengidentifikasi strategi dan perubahan operasional apa yang dibutuhkan
serta proses yang diperlukan dalam perubahan tersebut. Pengukuran kinerja pada organisasi bisnis organisasi yang berorientasi laba lebih mudah dilakukan
dibandingkan dengan organisasi sektor publik organisasi yang tidak berorientasi laba. Pada organisasi bisnis, kinerja penyelenggaraannya dapat dilakukan dengan
cara misalnya melihat tingkat laba yang berhasil diperolehnya. Apabila pengukurannya ingin ditingkatkan lagi, hal lainnya dapat dilihat dengan menilai
berbagai hal lainnya seperti solvabilitas, rentability, return on investment dan sebagainya.
Khusus untuk organisasi pemerintah, pengukuran keberhasilannya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara objektif. Selama ini
pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah lebih ditekankan pada kemampuan instansi pemerintah tersebut dalam menyerap anggaran. Dengan kata lain, suatu
instansi akan dinyatakan berhasil jika dapat menyerap 100 anggaran pemerintah, meskipun hasil serta dampak yang dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih
berada jauh di bawah standard ukuran mutu. Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik menjadi sulit dan kompleks. Suatu sistem pengukuran kerja yang dapat
memberikan informasi atas efektivitas dan efisiensi pencapaian kinerja suatu organisasi sektor publik sudah sangat mendesak untuk disusun Mahsun, 2006.
Menurut Sulistijani dan Rosida 2003 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Pengetahuan, yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih
berorientasi pada intelejensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang lebih luas yang dimiliki karyawan.
b. Ketrampilan, kemampuan dan penguasaan tehnis operasional di bidang
tertentu yang dimiliki karyawan. c.
Abilities yakni kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang karyawan.
d. Attitude, yaitu suatu kebiasaan yang terpola.
e. Behavior, yaitu perilaku kerja seorang karyawan dalam melaksanakan
berbagai kegiatan dan aktivitas kerja. Penilaian prestasi karyawan berguna untuk perusahaan serta harus
bermanfaat bagi karyawan. Menurut Hasibuan 2002 tujuan dan kegunaan penilaian prestasi karyawan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,
demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa. b.
Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauhmana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.
c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan peralatan kerja.
e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan
yang berada di dalam organisasi. f.
Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang lebih baik.
g. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan supervisor,
managers, administrators
untuk mengobservasi
perilaku bawahan
subordinate dalam rangka mengetahui kebutuhan bawahannya. h.
Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan di masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
i. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
j. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan
dengan demikian dapat dibuat sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
k. Sebagai alat untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan karyawan.
l. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan job
description. Secara umum digunakan dua kriteria utama dalam menentukan faktor
penilaian karya pegawai kinerja yakni bahwa faktor tersebut haruslah relevan dengan pelaksanaan tugas-tugas jabatan job relatednessi serta dapat diukur
Universitas Sumatera Utara
measurable. Tolak ukur kinerja atau performance standard disusun berdasarkan tiga kriteria umum, yakni QQC atau singkatan dari Quantity, Quality, Cost. Dalam
penerapannya, ketiga kriteria umum QQC tersebut dapat digunakan seutuhnya secara bersama-sama atau cukup dipakai dua kriteria umum, atau bahkan untuk alasan
kemudahan pemakaiannya, maka dapat digunakan satu kriteria umum saja. Perincian penjelasan dari QCC tersebut adalah sebagai berikut:
1. Quantity kuantitas yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan
jumlah hasil kerja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau dapat dipadankan dengan angka.
2. Quality kualitas yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan
mutu atau kualitas hasil kerja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan angka.
3. Cost biaya, yakni segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah
biaya, peralatan, bahan, waktu atau sumber daya perusahaan yang terpakai untuk menghasilkan satu satuan hasil kerja.
Seperti telah diuraikan oleh Suyadi 1999 dijelaskan bahwa kinerja adalah hasil yang diperolehdapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral. Menurut Simanjuntak 2005 mengistilahkan kinerja dengan prestasi kerja
yaitu melalui nama organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja antara lain; kejelasan tugas, kapasitas fisikmental, kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan, motivasi,
sumber daya manusia yang memadai, standar kerja dan kesejahteraan karyawan. Sedangkan menurut Foster 2001 beberapa faktor yang berhubungan dengan
kinerja yaitu; kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja, lingkungan kerja serta pengaruh eksternal yang meliputi peraturan ketenagakerjaan, tekanan konsumen, nilai
sosial, kekuatan ekonomi, perubahan lokasi dan serikat buruh. Kinerja menurut Armstrong 2002, Manajemen kinerja performance
management adalah satu upaya untuk memperoleh hasil terbaik dari organisasi, kelompok dan individu-individu melalui pemahaman dan penjelasan kinerja dalam
suatu kerangka kerja atas tujuan-tujuan terencana, standar dan persyaratan- persyaratan atribut atau kompetensi yang disetujui bersama. Manajemen kinerja
bersifat menyeluruh dan menjamah semua elemen, unsur atau input yang harus didayagunakan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja organisasi. Menurut
Mathis dan Jackson 2003, Sistem manajemen kinerja berusaha mengidentifikasikan, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan dan memberi penghargaan
terhadap kinerja karyawan. Manajemen kinerja meliputi upaya membangun harapan yang jelas serta
pemahaman tentang: a.
Fungsi kinerja esensial yang diharapkan dari para karyawan. b. Seberapa besar kontribusi pekerjaan karyawan bagi pencapaian tujuan
organisasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Apa arti kongkritnya “melakukan pekerjaan yang baik”.
d. Bagaimana karyawan
dan penyelianya
bekerja sama
untuk mempertahankan
memperbaiki, maupun
mengembangkan kinerja
karyawan yang sudah ada sekarang. e.
Bagaimana prestasi kerja akan diukur. f.
Mengenali berbagai hambatan kinerja dan menyingkirkannya Bacal, 2001.
Menurut Armstrong 2002 berpendapat, bahwa manajemen kinerja dapat dioperasionalkan dengan berbagai kunci sebagai berikut:
a. Sebuah kerangka kerja atas tujuan-tujuan yang terencana, standar dan
persyaratan-persyaratan atribut atau kompetensi tertentu yang disetujui bersama: dasar manajemen kinerja adalah persetujuan antara manajer dan
individual tentang sebuah harapan dalam kaitannya dengan pencapaian target tertentu.
b. Sebuah proses: manajemen kinerja bukan hanya merupakan sistem dan
prosedur belaka, namun juga sebuah kegiatan atau proses di mana setiap orang tersebut untuk mencapai hasil-hasil kerja maksimal dari hari ke hari
dan sedemikian rupa peningkatan kinerja masing-masing dikelola secara obyektif.
c. Saling pengertian: untuk meningkatkan kinerja setiap individu
memerlukan saling pengertian tentang level tinggi dari kinerja dan kompetensi yang dibutuhkan dan apa saja yang harus dikerjakan.
Universitas Sumatera Utara
d. Sebuah pendekatan untuk mengelola dan mengembangkan manusia.
e. Manajemen kinerja mempunyai tiga fokus: pertama, bagaimana manajer
dan pimpinan kelompok dapat bekerja efektif dengan siapa saja yang ada di sekitarnya. Kedua, bagaimana setiap individu dapat bekerja dengan para
manajer dan tim kerjanya. Dan ketiga, bagaimana setiap individu dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
keahlian serta tingkat kompetensi dan kinerjanya. f.
Pencapaian: Manajemen kinerja adalah pencapaian keberhasilan kerja individual dikaitkan dengan kemampuan pekerja memanfaatkan
kemampuannya, kesadaran akan potensi yang dimilikinya dan memaksimalkan kontribusi mereka terhadap keberhasilan organisasi.
Menurut Ruky 2001: 5, manfaat manajemen kinerja ditinjau dari aspek pengembangan sumber daya manusia sebagai berikut:
a. Penyesuaian program pelatihan dan pengembangan karyawan.
Dengan melaksanakan manajemen kinerja, dapat diketahui atau diidentifikasi pelatihan tambahan apa saja yang masih harus diberikan
pada karyawan untuk membantu agar mampu mencapai standar prestasi yang ditetapkan.
b. Penyusunan program seleksi dan kaderisasi.
Dengan melaksanakan manajemen kinerja selayaknya juga dapat diidentifikasi siapa saja karyawan yang mempunyai potensi untuk
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan karirnya dengan dicalonkan untuk menduduki jabatan- jabatan yang tanggung jawabnya lebih besar pada masa yang akan datang.
c. Pembinaan karyawan.
Pelaksanaan manajemen kinerja juga dapat menjadi sarana untuk meneliti hambatan karyawan untuk meningkatkan prestasinya.
Brache 2002: 55 menuliskan ada 7 tujuh asumsi yang dapat menghambat kinerja organisasi:
Asumsi I : Perbaikan-perbaikan produktivitas yang paling signifikan berasal dari tindakan-tindakan yang diarahkan ke orang-orang yang
melakukan pekerjaan tersebut. Asumsi ini mengabaikan kenyataan bahwa mengelola pekerja di tempat kerja hanyalah
satu aspek dari tanggung jawab pimpinan untuk mengelola kinerja, padahal masih banyak aspek lain yang mempengaruhi
kinerja seperti: sumber daya manusia yang tersedia, suasana fisik pekerjaan, aliran kerja, penghargaan dan hukuman serta
informasi yang diberikan kepada karyawan. Asumsi II : Pelatihan, reorganisasi, penetapan sasaran, dan dorongan positif
adalah intervensi perbaikan kinerja yang efektif. Asumsi III : Orang-orang memahami apa yang diharapkan dari mereka
di tempat kerja. Adanya uraian jabatan atau pedoman prosedur tentu saja tidak menjamin bahwa orang-orang mengetahui apa
yang diharapkan dari mereka. Para karyawan mempunyai dua
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan dasar dalam bidang ini: pernyataan-pernyataan yang jelas tentang hasil yang diharapkan untuk hasil kerja mereka dan
standar-standar spesifik yang menggambarkan kualitas kinerja yang diharapkan dari setiap bidang hasil.
Asumsi IV: Sistem penghargaan organisasi mendukung kinerja produktif berkualitas tinggi.
Asumsi V: Penilaian kinerja tahunan memberikan umpan balik yang dibutuhkan karyawan untuk memperbaiki atau mempertahankan
kinerja. Umpan balik tahunan betapapun bernilainya adalah tidak cukup. Para karyawan di semua tingkat membutuhkan informasi
yang jauh lebih sering yang diberikan secara formal dan informal, tentang apa pekerjaan mereka dan bagaimana hasilnya.
Asumsi VI: Tidak perlu memperhatikan bagian-bagian organisasi yang memenuhi atau melampaui sasaran-sasaran organisasi.
Asumsi VII: Unsur kunci dalam perbaikan kinerja adalah motivasi yang sukar dipahami dan sulit diraba.
Peformance mengacu pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan Simamora, 2004. Kinerja merefleksikan seberapa baik
karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Menurut Nawawi 2003 pengertian kinerja adalah pencacatan hasil yang dicapai dalam melaksanakan fungsi-
fungsi khusus suatu pekerjaan atau kegiatan bekerja selama periode tertentu yang ditunjukkan melalui proses atau cara bekerja dan hasil yang dicapai. Amin Budi
Universitas Sumatera Utara
Astuti 2006 dalam penelitiannya menyimpulkan kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi organisasi. Lebih lanjut Amin Budi Astuti menjelaskan kinerja merupakan gambaran keberhasilan seseorang yang bekerja pada organisasi dalam
mencapai tujuan secara menyeluruh sesuai standar yang ditentukan. Untuk mengetahui baik buruknya kinerja karyawan perlu dilakukan evaluasi, mengukur,
atau melakukan penilaian kinerja. Simamora 2004 menyatakan penilaian kinerja adalah proses di mana organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Tujuan
dari penilaian kinerja adalah memperbaiki kinerja karyawanan yang secara keseluruhan akan meningkatkan kinerja organisasi yang akhirnya akan bermanfaat
bagi karyawan maupun organisasi. Dari beberapa pengertian kinerja sebagaimana telah diuraikan di atas, maka
dapat dijelaskan bahwa kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi peserta diklat dalam mengartikan suatu hasil kerjaprestasi yang telah dicapai
berdasarkan kemampuan dan keterampilan serta motivasi yang dimiliki oleh setiap pegawai dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya.
II.4.2. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Karena adanya kebijakan atau program penilaian kinerja, berarti organisasi telah memanfaatkan secara baik
sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat
Universitas Sumatera Utara
bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana kondisi riil pegawai dilihat dari
kinerja. Dengan demikian data-data ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan suatu organisasi.
Menurut Sofyandi 2008 “Penilaian kinerja performance appraisal adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan”.
Mooody and Noe 2005 menyatakan bahwa “Performance appraisal is a formal system of review and evaluation of individual or task performance” Penilaian
Kinerja adalah satu sistem formal dari review dan evaluasi individu atau kinerja tugas tim.
Menurut Werther and Davis 1996 “Performance appraisal is the process by which organization evaluate individual job performance” Penilaian Kinerja adalah
proses di mana orhanisasi mengevaluasi kinerja pekerjaan individual.
II.4.3. Manfaat Penilaian Kinerja