550 ˚C selama1 jam dalam furnancetidak vakum, sehingga terdapat cukup oksigen
yang mendukung terjadinya oksidasi secara cepat. Pada saat suhu pemanasan 250 ˚C dan terus meningkat hingga suhu 350
˚C dimana pada keadaan tersebut,
maghemitmerupakan fasa yang mendominasisampel. Sedangkan pada suhu 550 ˚C, telah muncul hematityaitu fasa Fe
2
O
3
Mashuri dkk, 2007.
2.2. Absorpsi Gelombang Elektromagnetik
Teknologi penyerapan gelombang elektromagnetik merupakan salah satu teknologi yang perlu dikembangkan untuk mengontrol masalah yang ditimbulkan
oleh elctromagnetic interference EM. Teknologi ini telah melahirkan sebuah material baru yaitu radar absorpsing material RAM. Material ini bersifat
meredam pantulan atau penyerap gelombang mikro, sehingga benda yang dilapisi dengan RAM tidak terdeteksi oleh radio detection and ranging RADAR.
Material nanokomposit merupakan material yang terdiri dari dua komponen yaitu matriks dan material pengisi filler yang berukuran kurang dari 100 nm. Batuan
besi yang disintesis digunakan sebagai material filler pada material komposit penyerap gelombang mikro. Batuan besi tersebut disintesis menjadi nanopartikel
magnetik, seperti Fe
3
O
4
. Besi yang teroksidasi tersebut mempunyai permeabilitas yang sangat tinggi Erika, Astuti, 2012.
Menurut Alvin lie, seorang pemerhati penerbangan, dampak gangguan pesawat terbang sebenarnya sangat kecil. Dengan catatan hanya satu ponsel saja
yang aktif. Dikarenakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari satu ponsel masuk dalam skala mikro. Alvin menyimpulkan bahwa cukup berpengaruh
bagi keselamatan penerbangan berpotensi mengganggu komunikasi dan navigasi Dessy, dkk, 2013. Pada dasarnya analisis jaringan pemancar frekuensi yang
dipancarkan pada material akan direfleksikan dan ditransmisikan sepanjang jalur transmisinya. Ketika panjang gelombang dan sinyal gelombang mikro berbeda,
maka dengan prinsip yang sama jaringan akan membaca secara akurat frekuensi yang datang kemudian direfleksikan dan ditransmisikan. Energi atau sinyal yang
ditransmisikan akan dipantulkan kembali ke bawah jalur transmisi menuju sumber
impedansi yang tidak cocok dan ditransmisikan ke perangkat akhir. Pengukuran sifat absorpsi material dikarakterisasi menggunakan alat VNA vector Network
Analyzer yang membutuhkan kemampuan koreksi vector daan kesalahan akurasi pengukuran. Karakteristik suatu material absorber yang baik yaitu memiliki
magnetic dan listrik yang baik pula. Material tersebut harus memiliki nilai impedansi tertentu yang nilai permeabilitas relatif µr dan permitivitas relatifnya
εr sesuai dengan nilai µ dan ε udara atau vakum agar terjadi resonansi impedansi, sehingga nilai dari reflection loss yang yang dihasilkan bahan cukup
besar. Selain permeabilitas, permetivitas dan magnetisasi spontan, material absorber harus memiliki nilai resistivitas listrik yang tinggi atau isolator yang baik
Elwindari, 2012.
Mekanisme serapan gelombang elektromagnetik pada material secara umum dipengaruhi oleh dua factor yaitu ketebalan dan jenis material. Faktor
ketebalan terjadi pada semua material dan semakin tebal material absorbsinya juga semakin besar. Sedangkan serapan radiasi elektromagnetik pada material
magnetic disamping karena faktor ketebalan juga terjadi interaksi lain yaitu gelombang elektromagnetik dari luar akan memutar dipol magnetik sehingga
terjadi impedansi material. Interaksi juga dapat terjadi bila frekuensi gelombang elektromagnetik tersebut sesuai dengan frekuensi yang dihasilkan sehingga
material magnetik akan menyerap gelombang elektromagnetik hanya pada frekuensi yang spesifik Priyono, Musni, 2010.
Keefektifan terhadap kamuflase radar bergantung pada seberapa besar energi gelombang elektromagnetik yang diserap oleh material absorber yang
digunakan. Faktor dominan yang mempengaruhi performa material absorber adalah sifat magnetik dan dielektriknya.Barium hexaferrite yang memiliki sifat
lossy material, mempunyai faktor loss dieletrik dan loss magnetik yang tinggi
sehingga membuat material tersebut mempunyai sifat yang baik untuk absorpsi gelombang elektromagnetikSulistyo, 2012.
2.3 Barium Heksaferit