Alumina pada penggunaan sebagai penyangga adalah alumina transisi γ- Al
2
O
3
adalah material yang paling banyak digunakan karena memiliki luas area yang besar dan stabil pada interval temperatur pada sebagian besar reaksi
katalitik. Dahulu, α- Al
2
O
3
juga diminati karena memiliki kesamaan yang lebih tinggi daripada γ-Al
2
O
3
sehingga dapat menjadi support yang sangat berguna untuk reaksi catalytic reforming Ayuko, 2011. Penggunaan alumina sebagai
penyangga dapat meningkatkan kinerja kitalis yang dimaksudkan untuk meningkatkan luas permukaan inti aktif dan untuk menambah fungsi katalis itu
sendiri Dora, 2010.
2.5. Nikel Oksida NiO
Nikel merupakan logam yang mempunyai sifat asam lewis sehingga logam inicocok digunakan sebagai katalis asam seperti alkilasi friedel-craft. Selain
itupadatan NiO juga dapat diaplikasikan sebagai penyimpan energy danelectrochromic windows. Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Akda,
Irmina, 2012 sintesis padatan NiOCaF
2
denganmetode impregnasi. Variasi loading
Ni juga dilakukan untukmengetahui pengaruh loading terhadap struktur padatan.Puncak dominan yang terlihat pada difraktogram NiOCaF
2
adalah puncak-puncak yang dimiliki CaF
2
. Intensitas puncak NiOsangat kecil dibandingkan dengan puncak CaF
2
. Berdasarkan difraktogram tersebut terlihat jelas bahwa semakin besar jumlah loading Ni maka semakin tinggi intensitas
puncak-puncak khas NiO, seperti yang ditunju kkan puncak pada 2θ : 43,38°. Hal
tersebut menunjukkan bahwa intensitas pada difraktogram dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi NiO yang ditambahkan
.
Tiga puncak khas NiO dengan intensitas tertinggi munculpada difraktogram NiOCaF
2
antara lain daerah 2θ 37,34;43,38 dan 63,02°.
Gambar. 2.2.
Difraktogram: a CaF
2
, b 2,5 NiOCaF
2
, c 5 NiOCaF
2
, d 7,5 NiOCaF
2
, e 10 NiOCaF
2
dan f 15 NiOCaF
2
akda, 2012.
Kombinasi Fe
2
O
3
dan NiO akan memiliki fase yang jenisnya tergantung pada konsentrasi NiO sebagai aditif. Fase-fase yang terjadi pada keramik kombinasi
Fe
2
O
3
dan NiO hasil pembakaran dapat berbeda-beda sesuai konsentrasi NiO yang ditambahkan. Tiga fase yang mungkin terbentuk adalah, pertama, Fe
2
O
3
sebagai matriks dan NiFe
2
O
4
sebagai fase kedua. Kedua, NiO sebagai matriks dan NiFe
2
O
4
sebagai fase kedua dan ketiga, NiFe
2
O
4
sebagai matriks utama tanpa fase kedua atau dengan sedikit fase kedua Fe
2
O
3
atau NiO Suhendi,dkk, 2015.
2.6. Sifat-sifat Magnet
Sifat-sifat yang terdapat dalam benda magnetic antara lain adalah : • Induksi remanen Br
Induksi magnetik yang tertinggal dalam sirkuit magnetik besi lunak menghilangkan pengaruh bidang magnetik. Ketika arus dialirkan
pada sebuah kumparan yang melilit besi lunak maka terjadi orientasi pada partikel- partikel yang ada dalam besi. Orientasi ini mengubah
mengarahkan pada kutub utara dan selatan. • Permeabilitas magnet μ
Daya hantar atau permeabilitas magnet diberi lambang μ
merupakan parameter bahan yang menentukan besarnya fluks magnetik. Bahan feromagnetik memiliki permeabilitas yang tinggi.
μ = μo x μr 2.1
dimana μo = 1,256 G.cmA
Untuk bahan ferromagnetik, permeabilitas relatif μr jenis bahan tersebut lebih besar daripada 1.Permeabilitas dari beberapa media yang
hendak diukur pada prinsipnya adalah dengan menempatkannya dalam suatu kawat yang lurus dan panjang atau dalam gulungan yang melingkar
atau solenoida, kemudian diukur resultan induksi kemagnetannya, sehingga diperoleh sebuah tetapan
baru μ dan diturunkan menjadi suseptibilitas relatif.
Dengan nilai suseptibilitas inilah maka akan dapatdiketahui jenis bahan magnet .
χ
m
=
μ
2.2
μ
χ
µ
= 1 untuk vakum 1 untuk bahan paramagnetik
1 untuk bahan diamagnetik 1 untuk bahan ferromagnetik
• Gaya koersif Hc Medan daya yang diperlukan untuk menghilangkan induksi remanen
setelah melalui proses induksi elektromagnetik. Pada besi lunak atau soft magneticalloys
besarnya gaya koersif yang diperlukan lebih kecil daripada magnet permanen.
• Gaya gerak magnetis Θ Gaya gerak magnetis ialah jumlah dari semua arus dalam beberapa
penghantar yang dilingkupi oleh medan magnet atau oleh garis fluks magnet.
• Fluks magnetik Φ Fluks magnetik total ialahjumlah dari semua garis fluks magnetik, ini berartibahwa fluks sama besar disebelah dalam dalam
dandi sebelah luar kumparan.
• Reluktansi magnet Rm Relukstansi magnet tergantung dari panjang jejak fluks magnetik, bidang
penampang lintang A yang ditembus fluks magnetik dan sifat magnet bahan, tempat medan magnet.
• Suseptibilitas Magnetik Suatu solenoida panjang dengan n lilitan perpanjang satuan, mengalirkan
arus I. Medan magnetik akibat arus dalam solenoida tersebut disebut sebagai medan yang dikerahkan, Bo. Bahan berbentuk silinder kemudian
ditempatkan di dalam solenoida. Medan yang dikerahkan solenoida ini akan memagnetkan bahan tersebut sehingga bahan tersebut memiliki
magnetisasi M. Medan magnet resultan B di suatu titik di dalam solenoida dan di tempat yang jauh dari ujung-ujungnya akibat arus dalam solenoida
ditambah bahan yang dimagnetkan ini ialah : B = B
+ μ M
2.3 B = μ
H + μ M
2.4
Untuk bahan paramagnetik dan ferromagnetik menghasilkan penyearahan dipol magnetik dalam bahan tersebut. Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut :
M =
χ
m
�
�
�
�
�
�
2.5 dengan
χ
m
merupakan bilangan tanpa dimensiyang disebut suseptibilitas magnetik. Sehingga dapat dituliskan
B = B
o
+ µ
o
M = B1 + χ
m
2.6
Suseptibilitas magnetik adalah ukuran dasarbagaimana sifat kemagnetan suatu bahan yangmerupakan sifat magnet bahan yang ditunjukkandengan adanya
respon terhadap induksi medanmagnet yang merupakan rasio antara magnetisasidengan intensitas medan magnet. Denganmengetahui nilai
suseptibilitas magnetik suatubahan, maka dapat diketahui sifat-sifat magnetiklain dari bahan tersebut. Suseptibilitasmagnetiksebagian besar material tergantung
padatemperatur, tetapi beberapa material ferromagnetikdanferit tergantung pada H
.Secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
B = µ
o
H+M =µ
o
H + µ
o
χ
m
H = µ
o
1+ χ
m
H 2.7
dan µ
r
= 1 + χ
m
2.8 sehingga dari persamaan 2.1 ; 2.7 dan 2.8 didapatkan :
B = μ H
2.9 µ
adalah permeabilitas ruang hampa 1,256 gauss.cmAmpere. Logam feromagnetik memiliki permeabilitas magnetik sangat tinggi, mineral dan batuan
memiliki suseptibilitas kecil dan permeabilitas magnetik µ~ 1.
Untuk bahan paramagnetik, berupa χ
m
bilangan positif kecil yang bergantung pada temperatur. Untuk bahan diamagnetik
χ
m
berupa konstanta negatif kecil yang tidak bergantung pada temperatur.
2.7. Jenis Kemagnetan