1. Laporan Keuangan Financial Reporting
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah
memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai
undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan
yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3.
Pengawasan Perusahaan Corporate Control Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan
termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung resiko dan system pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan oleh auditor internal.
H. Definisi Manajemen Laba
Sugiri 1998 dalam Ubadah et al. 2008 membagi definisi earnings management atau manajemen laba menjadi dua, yaitu :
1. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi, manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan
29
sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya earnings.
2. Definisi luas
Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit
dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Scott 2000 membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer
untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs opportunistic Earnings
Management. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting Efficient Earnings Management, dimana
manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Perspektif efesiensi menyatakan bahwa manajer melakukan pilihan
atas kebijakan akuntansi untuk memberikan informasi yang lebih baik tentang cash flow yang akan datang dan untuk meminimalkan agency cost
yang terjadi karena konflik kepentingan antara stakeholder dan manajer, Jiambalvo 1996 dalam Ubadah et al 2008. Tindakan manajemen laba
dilakukan oleh manajer ketika manajer memiliki akses terhadap informasi yang tidak dimiliki oleh pihak luar. Manajemen laba adalah campur tangan
30
dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor
yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai
laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa, Setiawati dan Na’im 2000 dalam
Rahmawati et al. 2006. Menurut Healy dan Wahlen 1999 dalam Ujiyantho 2007,
manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan judgement dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk
merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran magnitude laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Healy dan Wahlen 1999 dalam Ujiyantho 2007 juga menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek.
Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgement yang
dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur
ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset.
Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti 31
metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa manajemen laba berbeda dengan fraud. Untuk itu tabel 2.1 menggambarkan perbedaan antara
fraudulent accounting dengan manajemen laba. Keduanya memang dilakukan secara sengaja dan melalui proses manipulasi. Perbedaan pokok
bahwa manajemen laba tidak berhubungan dengan penciptaan bukti-bukti palsu atau pun transaksi fiktif yang sifatnya melanggar hukum, sedangkan
fraud berhubungan dengan hal-hal tersebut, Mayangsari, 2001.
Tabel 2.1 Perbedaan Manajemen Laba dengan
Fraud Pilihan Metode
Transaksi Arus Kas
Akuntansi Konservatif Sesuai PSAK
1. Terlalu agresif
mengakui provisi atau cadangan.
2. Pembebanan yang
besar pada biaya RD
1. Menunda penjualan
2. Adanya pengeluaran
iklan
Earnings “Netral” Sesuai PSAK
Earnings yang diperoleh dari proses operasi
normal
Akuntansi “Agresif” 1.
Terlalu rendah mencatat kas piutang
tak tertagih 2.
Menurunkan cadangan
1. Menunda
pengeluaran RD atau iklan
2. Meningkatkan
penjualan
32
Tabel 2.1 Lanjutan Perbedaan Manajemen Laba dengan
Fraud Pilihan Metode
Transaksi Arus Kas
Fraudulent Accounting Pelanggaran PSAK
1. Mancatat penjualan
fiktif 2.
Mencatat persediaan fiktif
3. Membuat ulang
tagihan yang sudah lunas
Sumber : Dechow dan Skinner 2000 dalam Mayangsari 2001
I. Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba
Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, Watt dan Zimmerman 1986
dalam Rahmawati et al. 2006
, yaitu: 1.
Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode
akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
33