BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji oleh para pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain
sebagainya. Pemahamaan praktik corporate govarnance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Masalah corporate governance timbul karena terjadi
pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan Kirana, 2007. Pemisahan tersebut berimbas pada timbulnya konflik kepentingan antara para
pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan. Dengan pemisahan ini, pemilik principal akan memberikan
kewenangan pada pengelola manajer untuk mengurus keberlangsungan perusahaan, seperti mengelola dana dan memberikan informasi mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dan
bertumpu pada agency theory Wolfhensohn, 1999. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principal mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen tersebut Kirana, 2007. Agency theory mencoba menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan
berperilaku, karena pada dasarnya antara pemilik dan pengelola manajer memiliki perbedaan kepentingan.
1
Manajer berkewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham, namun di sisi lain manajer juga menginginkan
kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut masalah keagenan agency conflict.
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengurangi masalah keagenan
agency conflict dikenal sebagai biaya keagenan agency cost.
Agency cost ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan
yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal; serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan
pemegang saham sebagai bentuk ‘bonding expenditures’ yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan
menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham Wolfhensohn, 1999. Meskipun demikian, potensi untuk munculnya agency
problems tetap ada karena adanya pemisahan antara kepengurusan dengan kepemilikan perusahaan, khususnya di perusahaan-perusahaan publik.
Perilaku manipulasi oleh manajer dengan melakukan manajemen laba berawal dari konflik keagenan, karena adanya perbedaan kepentingan.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan
pemilik pemegang saham. Oleh karena itu, sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan kepada pemilik terkadang 2
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimmetry information
Iskandar,2007. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi
angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Hal tersebut dapat saja terjadi karena manajer
memiliki informasi mengenai perusahaan yang tidak atau belum diketahui oleh pemilik perusahaan. Asimetri antara manajemen agent dengan pemilik
principal dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba earnings management .
Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer terhadap informasi laba dapat merubah kandungan informasi atas laba yang dihasilkan
perusahaan. Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh
terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, hal tersebut perlu diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi
yang telah mengalami penambahan atau pengurangan tersebut dapat menyesatkan keputusan yang akan diambil.
Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen dengan melakukan manajemen
laba adalah corporate governance. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi
serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para 3
pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari
suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja Khomsiyah et al.,2004.
Salah satu kasus yang berhubungan dengan praktek manipulasi laporan keuangan adalah kasus Bank Century. Bank Century melakukan rekayasa
akuntansi agar laporan keuangan bank menunjukkan kecukupan modal atau rasio CAR, nilai CAR Bank Century yang sebenarnya adalah sebesar -132,5
minus seratus tiga puluh dua koma lima persen, karena ada asset berupa SSB Surat-surat Berharga yang berkualitas rendah atau tergolong macet, nilai
tersebut telah melanggar ketentuan Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia menetapkan bahwa rasio CAR bank umum minimal 8. Bank Century tidak
melakukan penyisihan atau pengakuan kerugian terhadap hal tersebut, Bank Century memasukkan SSB yang dikategorikan macet ke kategori lancar. Hal
itu dilakukan agar Bank Century tidak perlu menyisihkan provisi pencadangan atas SSB yang macet, sehingga tidak menggerus modalnya dan
nilai CAR bank menunjukkan nilai yang positif Yohanes,2009. Bank Century telah melanggar beberapa peraturan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Pertama, Bank Century telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan BI tentang penyisihan terhadap SSB kategori macet, yakni
PBI No.72PBI2003 yang mengatur bahwa SSB yang tidak diperdagangkan di BEI, tidak terdapat informasi nilai pasar, dan tidak memiliki peringkat
investasi, maka SSB tersebut dinilai macet dan harus dibentuk Penyisihan 4
Penghapusan Aktiva Produktif PPAP sebesar 100. Kedua, Bank Century melakukan pelanggaran Bank Indonesia, yakni PBI No.321PBI2001 tentang
kewajiban penyediaan modal minimum bank umum yang mengatur bahwa bank yang tidak dapat memenuhi modal minimum atau CAR 8 akan
dikategorikan sebagai bank dalam perhatian khusus Yohanes,2009. Salah satu penyebab kondisi dimana perusahaan masih melakukan
manipulasi keuangan adalah kurangnya penerapan corporate governance. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan
perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik, maka diharapkan pertumbuhan
ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya akan menguntungkan banyak pihak.
Penelitian ini mengambil sampel pada industri perbankan, dikarenakan industri perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat, seperti criteria
minimum CAR untuk menentukan apakah bank termasuk bank sehat atau tidak. Oleh karena adanya peraturan tersebut, manajer memiliki insentif untuk
melakukan manajemen laba atau manipulasi laporan keuangan agar dapat memenuhi ketentuan Bank Indonesia. Selain itu, industri perbankan
merupakan industri “kepercayaan”, jika investor berkurang kepercayaannya Karena laporan keuangan yang bias karena adanya manajemen laba, maka
mereka akan melakukan penarikan dana bersama-sama yang akan mengakibatkan rush, Nasution dan Setiawan 2007.
5
Penelitian terkait dengan praktek mekanisme corporate governance juga banyak dilakukan. Veronica dan Utama 2005 meneliti tentang pengaruh
struktur kepemilikan, yang dibagi menjadi dua kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan praktek corporate
governance yang diukur dengan menggunakan tiga variabel kualitas audit yang diukur melalui ukuran KAP, proporsi dewan komisaris independen, dan
komite audit terhadap pengelolaan laba earnings management. Penelitian ini menggunakan data empiris dari Bursa Efek Jakarta dengan sampel
sebanyak 144 perusahaan untuk periode tahun 1995-1996, 1999-2002. Boediono 2005 melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanisme
corporate governance yang diukur melalui kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris dampaknya terhadap
manajemen laba. Penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan sampel penelitian sebanyak 96 perusahaan.
Cornett et al. 2006 melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap praktek manajemen laba.
Mekanisme corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kepemilikan saham oleh institusi kepemilikan institusional, dan proporsi
dewan komisaris independen. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 100 perusahaan besar di Amerika Serikat.
Wijayanti 2009 melakukan penelitian untuk menguji perbedaan manajemen laba sebelum dan setelah Peraturan Bank Indonesia
No.84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi 6
Bank Umum. Selain itu, penelitian ini juga menguji pengaruh negatif proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. Populasi penelitian ini
adalah 62 perusahaan di sektor perbankan pada Bursa Efek Indonesia, yang telah mempublikasikan laporan tahunan dari tahun 2005-2007. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian sensus dan data longitudinal. Nasution dan Setiawan 2007 melakukan penelitian mengenai
pengaruh pelaksanaan corporate governance terhadap tindak manajemen laba. Mekanisme corporate governance diukur melalui komposisi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, dan komite audit. Dalam penelitiannya, Nasution dan Setiawan 2007 memberikan bukti empiris tentang dampak mekanisme
corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan dengan populasi penelitian seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa
Efek Jakarta selama periode 2000-2004. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka 2007 serta penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan 2007. Dimana penelitian yang dilakukan oleh
Ujiyantho dan Pramuka 2007 menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan, konsep indikator
mekanisme corporate governance yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris. Dalam penelitian tersebut menggunakan sampel penelitian sebanyak 30 perusahaan sektor manufaktur
yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2004. Sementara itu 7
penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan 2007 menguji dampak mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba di
industri perbankan dengan populasi penelitian seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta selama periode 2000-2004.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu, yaitu : 1.
Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2005-2008. Alasan peneliti menggunakan tahun 2005 sampai dengan 2008, yaitu 1
untuk menghindari periode krisis dan 2 periode tersebut menunjukkan kondisi yang paling aktual berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti.
2. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada industri perbankan dengan
tujuan untuk menghindari adanya bias yang disebabkan oleh perbedaan industri.
3. Pada penelitian ini, mekanisme corporate governance yang digunakan
adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.
Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud menyusun skripsi
dengan judul “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”
.
B. Rumusan Masalah