BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Keagenan Agency Theory
Dalam rangka memahami corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara principal dan agent, Jensen dan Meckling 1976 dalam Khomsiyah et al. 2004. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya
pemisahan antara kepemilikan di pihak principalinvestor dan pengendalian di pihak agentmanajer. Investor
memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan.
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang pihak,
dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada
agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja
yang telah disepakati Mursalim, 2005.
Secara khusus teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki
tujuan dan pembagian kerja yang berbeda, Khomsiyah et al.2004 mengemukakan jika antar pihak principal pemilik dan agent manajer
11
memiliki kepentingan yang berbeda, muncul konflik yang dinamakan konflik keagenan agency conflict, DuCharme et al. 2000 dalam Kirana 2007.
Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat dasar
manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat dasar manusia, yaitu : 1 manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri self
interest, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded nationality, dan 3 manusia selalu menghindari resiko
risk averse. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektifitas, dan adanya asimetri informasi
antar principal dan agent. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan, Eisanhardt 1989 dalam
Ujiyantho dan Pramuka 2007. Agency conflict sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu : 1 agency
conflict antara pemegang saham dan manajer. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan
yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut
diinvestasikan. 2 agency conflict antara pemegang saham dan kreditor Kirana, 2007.
12
B. Asimetri