bebas dari benturan kepentingan. Bank dalam mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan pihak manapun.
4. Fairness Kewajaran
Bank harus senantiasa memperhatikan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran. Bank harus memberikan
kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukkan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
F. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan,
motivasi pemilik dan kreditur corporate governance dalam proses yang membentuk motivasi manajer. Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti
dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
mengoptimalkan kinerja perusahaan Kartikawati, 2009. Dalam hal ini struktur kepemilikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional :
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan
investment banking Veronica dan Utama, 2005. Investor institusional 22
yang sering disebut sebagai investor yang canggih sophisticated sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang
dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional. Balsam et al 2002 dalam Veronica dan Utama 2005 menemukan
hubungan yang negatif antar discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal pengumuman karena investor
institusional mempunyai akses atas sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan laba
lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan
efek, perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi, dana pensiun, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan source of power yang dapat
digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen Kartikawati, 2009.
Tetapi yang perlu menjadi perhatian adalah pengelolaan laba dapat bersifat efisien, tidak selalu oportunis. Jika pengelolaan laba tersebut
efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi justru akan meningkatkan pengelolaan laba berhubungan positif, tetapi jika
pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi pengelolaan laba
berhubungan negatif Veronica dan Utama, 2005. 23
2. Kepemilikan Manajerial
Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris disebut
sebagai kepemilikan manajerial managerial ownership. Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu
pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai
persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Perilaku
manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan
untuk menyelaraskan alignment berbagai kepentingan tersebut. Dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen
managerial ownership kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer Jensen dan Meckling
1976 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007. Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga
dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi
sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam artian,
adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer Ujiyantho dan Pramuka,2007.
24
G. Governance Structure