5. Sewa Gudang Usaha Transaksi sewa guna. usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha yang
dapat dikapitalisasi capital lease apabila memenuhi semua kriteria yang disyaratkan dalam PSAK No. 30, Akuntansi Sewa guna Usaha. Jika salah satu
kriteria tidak dipenuhi, maka transaksi sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa-menyewa biasa operating lease. Aktiva sewa guna usaha yang dapat
dikapitalisasi capital lease, disajikan pada neraca sebagai bagian dalam aktiva tetap, dinyatakan sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
selama masa sewa guna usaha ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir masa sewa guna usaha. Hal ini menyebabkan PT Persero Perkebunan Nusantara
III Medan dapat memperhitungkan besarnya biaya penyusutan, Besarnya biaya penyusutan tersebut dihitung dnagan menggunakan metode garis lurus
berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan yang diterapkan untuk aktiva tetap yang sejenis. Hutang sewa guna usaha disajikan sebesar niiai
tunai dari pembayaran sewa guna usaha.
4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersil dan Fiskal
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh PT Persero Perkebunan Nusantara III Medan biasanya dikenal dengan Laporan Keuangan Komersial
yang pada dasarnya tidak harus mencerminkan seluruh pertimbangan- pertimbangan perpajakan. Namun di lain pihak perlu disadari bahwa PT Persero
Perkebunan Nusantara III sebagai Wajib Pajak, wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terutama dalam pengisian SPT Pajak
Penghasilan, yaag pada dasarnya bersumber dari laporan keuangan komersial tersebut dan dapat dipastikan bahwa antara laporan keuangan komersial yang
Universitas Sumatera Utara
mengacu kepada SAK dengan data pengisian SPT yang mengacu kepada Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, terdapat perbedaan yang
signifikan. Solusi antara penerapan SAK dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, dilakukan rekonsiliasi. Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan fiskal disebabkan karena perbedaan tujuan
dasar hukumnya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada standar akuntansi keuangan.
Apabila ditelusuri lebih lanjut, ternyata sebab perbedaan antara akuntansi pajak dengan akuntansi keuangan, antara lain karena:
1. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit, dan Pihak-pihak
berkepentingan lainnya dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk melindungi Pihak-pihak tersebut dari informasi yang menyesatkan.
2. Sebaliknya, tujuan utama sistem perpajakan termasuk akuntansi pajak adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan tanggung jawab
Direktorat Jenderal Pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari
tindakan semena-mena. 3. Sejalan dengan tujuan dan tanggung jawab tersebut di atas, prinsip yang
dianut oleh akuntansi. keuangan adalah prinsip konservatif, sehingga kemungkinan kesalahannya lebih cenderung kepada pelaporan penghasilan
atas asetnya dibandingkan dengan overstatement.
Universitas Sumatera Utara
B. Pembahasan Hasil Penelitian