4. Pertimbangkan antara naiknya penghasilan dengan beban pajak yang meningkat, atau naiknya biaya tertentu dengan berkurangnya beban pajak, dan
hasil akhir neto harus memperbesar laba setelah pajak penghasilan.
4. Kebijakan dalam Perencanaan Pajak
Untuk dapat melaksanakan kewajiban perpajakan berdasarkan self assessment itu, pembukuan mempunyai peranan penting dalam perpajakan. Wajib
Pajak yang belum mampu melaksanakan pembukuan untuk tujuan perhitungaan pajak, penghasilan netonya akan dinitung berdasarkan norma perhitungan, dimana
dalam norma perhitungan itu tanpa memperhatikan realistis bisnis, norma perhitungan selalu memberi hasil usaha yang positif laba.
Karena tidak merefleksikan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak pemakai norma perhitungan, dapat terjadi bahwa persentase penghasilan neto
yang dihitung berdasarkan norma itu lebih tinggi daripada jumlah yang dapat dicapai oleh Wajib Pajak, Selain itu, karena norma perhitungan selaiu
memberikan angka penghasilan positif maka Wajib Pajak tidak mungkin menikmati kompensasi kerugian, walaupun secara teknis proses penyajian laporan
tidak teratur secara rinci dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan penilaian suatu fakta sangat dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan. Dengan demikian
apabila terjadi kekurang sesuaian antara ketentuan perpajakan dan praktik atau standar akuntansi yang berlaku umum, Undang-undang mempunyai prioritas
untuk.dipatuhi di atas praktik dan kelaziman akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
Keengganan mematuhi ketentuan ini dapat membawa kerugian material bagi perusahaan, Perbedaan antara kebijakan akuntansi komersial dengan
akuntansi pajak untuk perhitungan laba kena pajak antara lain meliputi: 1. Sistem pengakuan penghasilan dan beban
2. Sistem penilaian persediaan 3. Metode penyusutan
4. Fenilaian kembali aktiva tetap 5. Sewa guna usaha
Maka laporan keuangan komersial, ketentuan perpajakan juga mengikut i pandangan yang lebih menitikberatkan kepada substansi ekonomis dari bentuk
formal setiap transaksi atau fakta bisnis. Namun, ketentuan perpajakan dalam kasus tertentu
terkadang lebih megutamakan bentuk formal dibandingkan dengan substansi ekonominya, misalnya sewa guna usaha.
Jangka waktu yang dipelukan untuk melakukan pemeriksaan oleh akuntan publik tidak diatur secara khusus dalam norma pemeriksaan akuntan.
Lama pemeriksaan secara teoritis sangat tergantung pada mutu atau kondisi pengendalian intern perusahaan internal control. Apabila sistem
pengendalian intern baik kuat, maka semakin sempit pemeriksaan yang dilakukan. Demikian pula sebaliknya, sehingga mempengaruhi waktu
ang dibutuhkan dalam pemeriksaan oleh akuntan publik. Jangka waktu untuk Pemeriksaan Pajak lebih terikat dibanding
pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan public. Pemeriksaan Pajak ditetapkan jangka waktunya, mengingat adanya criteria pemeriksaan dan
jenis pemeriksaan. Walaupun jangka pemeriksaan pajak tidak di tentukan secara tegas, namun secara tidak langsung masa pemeriksaan dibatasi oleh
undang-undang dengan menghubungkan batas waktu penyeleseaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan penyelesaian
kebenaran Waluyo 2010:70. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang diberlakukan sejak 1
Januari 2008, Ditetapkan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
1. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 enam bulan
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan. 2. Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4
empat bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 delapan bulan yang dihitung sejak tanggal surat Perintah Pemeriksaan Sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. 3. Apabila dlam Pemeriksaan Lapangan ditemukan indikasi transaksi yang
terkait dengan transfer pricing atau transaksi khusus lain. 4. Dalam hal pemeriksaan dilakukan berdasarkan criteria Pemeriksaan
Pajak. Dalam hal wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian pembayaran pajak jangka waktu pemeriksaaan sebagaimana dimaksud
pada butir 1,2 dan 3 di atas, harus memperhatikan jangka waktu penyeselaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
1. Sistem pengakuan penghasilan dan beban Seperti halnya akuntansi, dasar pembukuan yang diakui oleh Direktorat
Jenderal Pajak adalah basis akrual dan basis kas yang dimodifikasi Pada basis akrual pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat timbulnya hak dan
kewajiban, meskipun uangnya belum diterima atau dibayar. Sedangkan pada basis kas pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat terjadinya penerimaan
dan pengeluaran uang,
Universitas Sumatera Utara
Basis kas yang dimodifikasi dalam rangka menghitung PPh Badan adalah sebagai berikut:
a Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.
b. Biaya-biaya yang boleh dibebankan adalah biaya-biaya yang telah dibayar.
c. Data perolehan harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya yang boleh dibebankan hanya dapat diiakukan melalui
penyusutan dan amortisasi. Jadi perbedaan antara basis akrual. dan basis kas yang dimodifikasi
menurut versi perpajakan terletak pada biaya administrasi dan umum Pada basis akrual biaya administrasi dan umum dibebankan pada saat timbulnya kewajiban,
sedangkan pada basis kas biaya tersebut baru dapat dibebankan pada saat terjadinya pembayaran. Dengan demikian dari sisi efisiensi beban pajak lebih
menguntungkan memilih basis akrual. 2. Sistem Penilaian Persediaan
Tabel 2.2 Sistem Penilaian Persediaan Sub Sistem
Akuntansi Perpajakan
1. Persediaan
Dikenal adanya 3 tiga metode yaitu
FIFO, LIFO dan average cost
Penilaian persediaan
hanya boleh dilakukan dengan menggunakan
metode rata-rata atau metode FIFO sesuai
dengan kelaziman
Universitas Sumatera Utara
3. Metode penyusutan Tabel 2.3 Metode penyusutan
Sub Sistem Akuntansi
Perpajakan 1.
Metode penyusutan
1. Garis lurus 2. Jumlah angka tahun
3. Saldo menurun menurun ganda
4. Metode jam jasa 5. Unit produksi
6. Anuitas 7. Sistem persediaan
8. Wajib Pajak dapat memilih salah satu
metode yang dianggap sesuai asalkan
diterapkan secara konsisten dan metode
penyusutan harus ditelaah secara periodik
1. Untuk aktiva tetap bangunan adalah garis
lurus 2.Untuk aktiva tetap
bukan bangunan Wajib Pajak dapat memilih garis
lurus atau saldo menurun ganda asal diterapkan
secara taat asas
Erly Suandi, 2003: 34 4. Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Objek revaluasi adalah aktiva berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau
dijual atau bukan barang dagangan Erly Suandi, 2006: 44. Kapan suatu perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi? Apakah akan
dilakukan revaluasi total atau revaluasi parsialsebagian? Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas sebagian aktiva tetap yang ada sesuai
Pertimbangan. Untuk yang berkaitan dengan masalah pajak, peetimbangan yang harus diperhatikan adalah kondisi dari perusahaan yang bersangkutan, seperti:
a. Kondisi perusahaan dalam keadaan Laba atau rugi?
Universitas Sumatera Utara
b. Jika laba, berapa labanya? Apakah sudah mencapai lapisan tarif yang tertinggi?
c, Jika rugi, kapan rugi terjadi? Tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya? Kapan batas terakhir kompensasi kerugian?
d. Bagaimana dampak revaluasi terhadap beban pajak tahun yang akan datang?
5. Sewa guna usaha Perencanaan pajak dapat digunakan untuk aktiva tetap yang baru akan
dibeli maupun aktiva tetap yang sudah dimiliki. Untuk aktiva tetap yang baru akan dibeli pertimbangannya adalah beli langsung atau melalui leasing. Sedangkan
untuk aktiva yang sudah dimiliki pertimbangannya adalah mempertahankannya, merevaluasi, atau jual dan sewa guna usaha kembali sale and lease back
Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pajak untuk hal ini antara lain adalah Erly Suandi 2003:54 :
a. Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya
penyusutan b. Besarnva biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan
dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan, c. Apabila membeli secara sewa guna usaha leasing, maka semua biaya
yang dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
d, Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat membiayakan perolehan aktiva tetap lebih cepat
dibandingkan apabila menggunakan penyusutan penyusutan yang dipercepat accerelated depreciation masa sewa guna usaha ditentukan
sekurang-kurangnya 2 dua tahun untuk barang modal golongan 1 dan 3 tabun untuk barang modal golongan I dan III, dan 7 tujuh tahun untuk
golongan bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat penjualan dari lessee kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5 dan nilai jual nilai akta atau niiai jual objek pajak NJOP yang digunakan untuk
menghitung PBB jika nilai jual lebih rendah dari NJOP. Saat lessor menjual kepada lessee pengambilan opsi. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah jika
gedung dimiliki secara langsung maka biaya yang boleh dikurangkan hanya biaya penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka 20 tahun. Apabila
diperoleh melalui finance lease maka semua biaya yang dikeluarkan untuk pernbayaraa lease fee baik atas tanah maupun bangunan dapat dibiayakan.
5. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal