cacing tambang. Zat besi yang keluar lebih banyak dari zat besi yang masuk, sehingga berat ringannya anemia tergantung dari jumlah cacing tambang yang ada
dalam tubuh seseorang dan keadaan gizinya. 3.
Kerusakan sel darah yang terjadi dalam tubuh akibat dari penyakit malaria dan thalasemia.
Untuk mengetahui anemia tidaknya seseorang harus dilakukan pengukuran hemoglobin darah kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar baku dari WHO
E.M De Mayer, 1987.
2.4 Program Penanggulangan Anemia
Strategi penanggulangan anemi defisiensi besi pada anak sekolah sebagai berikut: 1 Komunikasi informasi edukasi KIE yang dilakukan secara kelompok di
sekolah maupun secara massal melalui radio,TV.majalah remaja 2 operasional suplementasi pada anak sekolah usia 6-12 tahun mendapat suplemen 60 mg unsur
besi dan 0,125 mg asam folat dosis 1 tablet 1 kali seminggu selama 3 bulan, pada anak dengan kadar Hb12gr pemberian menjadi 1x 60 mg unsur besi dan 0,125 mg
asm folat 1x1 tablet1 kali seminggu selama 3 bulan. Untuk daerah endemis cacing disertai dengan pemberian obat cacing secara berkala.Daerah endemis malaria
pemberian disertai dengan anti malaria bagi individu yang di curigai menderita malaria 3 Gerakan penanggulangan anemia dimasukkan dalam kegiatan UKS dan
lain-lain Depkes RI,1996. Suplementasi besi merupakan salah satu upaya penting dalam pencegahan dan
penanggulangan anemia. Anemia terbanyak di indonesia adalah “Anemia gizi besi”.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia
akibat kekurangan asam folat, cara ini efisien, karena tablet besi harganya murah dan dapat terjangkau oleh masyarakat luas serta mudah didapat Depkes RI,1995.
Strategi perbaikan status besi pada anak sekolah pada jangka pendek dengan suplementasi tablet besi, penanggulangan parasit dan malaria, pemberian obat cacing
secara periodik dan pemberian vitamin dan mineral pada program makanan tambahan. Jangka menengah dengan perbaikan hygiene dan sanitasi. Fortifikasi besi
dan pada jangka panjang yaitu perbaikan hygiene dan sanitasi, penganekaragaman makanan dan konsumsi makanan Howston dkk, 1998.
2.5 Prestasi Belajar
2.5.1. Pengertian Prestasi belajar
Prestasi adalah kemampuan aktual yang dapat diukur langsung dengan alat ukur yaitu tes prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan sebagai hasil konkrit yang
dapat dicapai pada suatu saat, hasil tes dapat dilihat dengan nyata dan dapat dicapai oleh individu pada saat tertentu Winkel, 1983.
Menurut Purwodarminto 1990 didalam kamus bahasa indonesia mendefenisikan prestasi belajar sebagai hasil yang telah dicapai setelah melakukan
kegiatan atau pekerjaan. Maka untuk memperoleh prestasi belajar seseorang anak harus berusaha mencapai terlebih dahulu dengan usaha belajar, karena prestasi belajar
yang baik hanya dicapai jika ada usaha belajar yang baik pula. Prestasi belajar siswa
Universitas Sumatera Utara
biasanya dituangkan dalam bentuk skor atau angka dalam bentuk rapor yang diberikan setiap akhir semester atau triwulan sebagai bentuk pengungkapan
kemampuan yang telah dimiliki oleh seseorang murid.
2.5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Suryabrata 2002 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: a.
Faktor dari individu meliputi kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan dan motivasi serta kondisi fisiologis seperti kesehatan,
pendengaran dan penglihatan. b.
Faktor lingkungan yang mencakup lingkungan alami seperti suhu, kelembaban udara dan sosial.
c. Bahan dan hal dipelajari meliputi : belajar, bahasa, rangkaian huruf, dan
bahan belajar. Sumantri 1982 yang mengutip pendapat Watson bahwa stimulus atau
dorongan merupakan salah satu syarat agar proses belajar dapat berjalan dengan baik. Konsekuensinya ialah perlu disediakan fasilitas yang memadai dan kesehatan
anak. Ini dapat mempengaruhi secara langsung konsentrasi dan prestasi anak dengan mengkonsumsi cukup zat besi dalam usaha memperbaiki anemi kekurangan besi pada
kelompok anak yang mengalami anemia dapat meningkatkan prestasi belajar. Tingkat kesehatan dan status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan belajar anak dalam masa pendidikan. Anak yang kurang sehat dan kurang gizi sulit diharapkan memperoleh prestasi yang memadai, karena
Universitas Sumatera Utara
seringnya absen dan daya serap yang rendah terhadap materi pengajaran. Oleh karena itu disamping peningkatan metoda belajar-mengajar di sekolah, tingkat kesehatan dan
status gizi murid perlu ditingkatkan untuk keberhasilan proses belajar mengajar Zulhaida dan Jumirah, 2000.
Menurut Dalyono 1996, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar internal dari individu maupun eksternal keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya. Selanjutnya faktor keluarga yang dimaksud adalah tinggi rendahnya pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua, jumlah anggota
keluarga, perhatian dan bimbingan orang tua dan lain-lain. Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua hal yaitu faktor didalam dan di luar individu
yang saling berinteraksi yang menghasilkan prestasi belajar faktor-faktor internal antara lain :
a. Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagiannyabebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan dimana seseorang bebas dari penyakit baik
jasmani maupun rohani. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Jika kondisi badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan gangguankelainan
kelainan fungsi alat indera serta tubuh lainnya, maka proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu dia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,
ngantuk. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan
badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan
Universitas Sumatera Utara
tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi atau ibadah Slameto, 1995.
b. Absensi Sekolah
Ketidak hadiran anak di sekolah karena alasan seperti sakit, malas, takut, bekerja dan lain-lain, ketidak hadiran yang tidak di laporkan akan tercatat sebagai
absensi anak sekolah. Jadi ketidak hadiran salah satu gambaran minat anak untuk turun sekolah selain adanya sakit.
c. Bakat
Bakat merupakan suatu kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. Orang yang
berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurangtidak berbakat dibidang itu.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil pelajarannya akan
lebih baik karena ia senang bekerja dan pastilah ia giat lagi dalam belajarnya itu. Adapun faktor eksternal antara lain meliputi :
a. Metode Belajar
Metode mengajar adalah suatu carajalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Menurut Karo dalam mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran dari
orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam lembaga pendidikan orang lain yang disebutkan di
atas adalah disebut dengan murid-murid yang di dalam proses belajar agar dapat
Universitas Sumatera Utara
menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu Slameto, 1995.
Lebih lanjut dikatakan metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Metode belajar yang kurang baik
itu dapat terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikannya kurang jelas atau sikap guru terhadap murid atau
terhadap mata pelajarannya itu sendiri tidak baik, sehingga murid kurang senang terhadap pelajarannya atau gurunya, akibatnya murid malas untuk belajar.
b. Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada murid. Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan pelajaran agar murid menerima,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Menjelaskan bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar murid. Kurikulum yang kurang baik dan
berpengaruh tidak baik terhadap murid. c.
Pendidikan orang tua Pendidikan adalah hal terpenting dalm kehidupan setiap orang untuk
meningkatkan pengetahuan dan pendapat pekerjaan yang sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan. Lebih lanjut dalyono mengatakan, pendidikan orang tua sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Menurut Arneli, dkk 1996 pendidikan orang tua sangat mempengaruhi pola
asuh, anak yang mendapat pola asuh yang baik, tingkat intelegensia dan prstasi belajar lebih baik dari anak yang mendapat pola asuh jelek. Menurut Soekirman dan
Universitas Sumatera Utara
Jalal 1990 bahwa pendidikan dan pekerjaan orang tua sangat berpengaruh terhadap pertumbuhn anak termasuk prestasi belajar. Penelitian anak-anak superior banyak
ditemukan pada keluarga yang orang tuanya bekerja sebagai dosen pada perguruan tinggi, Wimbarti dalam Dhini 2003.
d. Pekerjaan Orang Tua
Menurut Soekirman dan Jalal 1990 pendidikan dan pekerjaan orang tua sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak termasuk didalamnya prestasi
belajar. Adanya hubungan yang kaut antara kemkmuran keluarga dengan keadaan gizi dan pertumbuhan.
Pekerjaan orang tua sangat mempengaruhi pendapatan. Keluarga yang pendapatannya terbatas kurang mampu memenuhi kebutuhan makanan yang
diperlukan oleh tubuh, setidak-tidaknya penganekaragaman makanan kurang bisa dipenuhi karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan dalam
mengkonsumsi makanan. Akibat dari itu akan mengakibatkan anak kurang gizi, sehingga akan mengganggu prestasi belajar.
e. Pembimbing Belajar
Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anaknya, dimana komunikasi yang baik akan mendorong anak agar mempunyai motivasi belajar yang
baik. Dengan bimbingan, perhatian dan dukungan yang baik akan mendorong anak untuk berprestasi lebih baik.
Menurut Ahmadi, dkk 1991, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari
Universitas Sumatera Utara
dalam diri faktor internal maupun dari luar diri faktor eksternal, yang tergolong internal adalah :
1. Faktor jasmaniah fisiologis, misalnya : penglihatan, pendengaran, struktur
tubuh dan sebagainya. 2.
Faktor psikologis yang meliputi : a.
Faktor intelektif : faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimilikinya.
b. Faktor nonintelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. 3.
Faktor kematangan fisik maupun psikis, yang tergolong faktor eksternal yaitu : 1.
Faktor Sosial : Lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok. 2.
Faktor budaya yang terdiri : adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi dan kesenian.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
a. Faktor stimuli belajar : Panjangnya bahan pelajaran, kesulitan dan pelajaran,
beratnya bahan pelajaran, berat ringannya tugas dan suasana lingkungan eksternal.
b. Faktor metode belajar : Kegiatan berlatih atau praktik. Overlearning dan drill,
resitsi selama belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi insentif.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor individual : sangat besar pengaruhnya terhadap seseorang yang
menyangkut hal-hal tersebut adalah : 1.
Kematangan : dicapai dari proses pertumbuhan fisiologis, serta perkembangan fungsi otak dan sistim saraf.
2. Faktor usia kronologis.
3. Faktor perbedaan jenis kelamin.
4. Pengalaman sebelumnya
5. Kapasitas mental.
6. Kondisi kesehatan jasmaniah dan rohaniah.
2.6. Hubungan Zat Besi Terhadap Tingkat Prestasi Anak Sekolah