yang benar, akan mudah diterima oleh lingkungan sekitar karena ajaran agama itu pada dasarnya bersifat universal.
4. Kasus Eca
Eca berasal dari keluarga Kristen. Dan Eca pun menyakini itu agamanya dia. Keluarga Eca termasuk keluarga yang mempunyai
kasibukan masing-masing. Boleh dikatakan kurang komunikasi antara anggota keluarga. Eca kurang mendapatkan perhatian dirumah. Sehingga
ketika dia mendapatkan perhatian lebih diluar rumah Eca merasa senang. Dan kebetulan orang yang sering memperhatikan Eca adalah seorang
perempuan. Berawal dari coba-coba hingga sampai Eca yakin akan identitas diri Eca yang sekarang. Eca merasakan dirinya lesbian ketika
duduk dibangku SMA. a.
Dimensi Keagamaan 1
Dimensi Keyakinan Pada dimensi ini, keimanan Eca sudah tidak diragukan lagi.
Eca tidak pernah mempertanyakan atau memikirkan terhadap Tuhan dia.
2 Dimensi Ritualistik
Dalam dimensi ini, Eca termasuk orang yang rajin dalam ibadah. Setiap minggu dia rajin beribadah ke gereja. Dan tidak
hanya ibadah mingguan saja yang Eca jalankan. Ibadah tahunan seperti hari natal Eca tidak pernah absen untuk mengikuti ibadah
itu. Bahkan sewaktu dulu sekolah Eca selalu rajin mengikuti bimbingan rohani.
“…Setiap minggu kegereja, kalau ada acara sakral seperti hari natal, jumat agung saya pun ke gereja, dan masih banyak hal
lagi. Waktu disekolahanpun saya selalu aktif mengikuti bimbingan roh
ani.” 3
Dimensi Pengalaman Didalam dimensi ini, Eca mengaku belum dapat merasakan
pengalaman keagamaan yang bersifat batin. Setiap ibadah yang dilakukan memang sebagai bentuk ketundukan dan kepasrahan diri
kepada Tuhan, Eca merasa sedih ketika setelah melaksanakan ibadah, ini
karena Eca masih ragu dengan apa yang dilakukan dia. Karena Eca mengatahui apa yang dilakukan itu adalah perbuatan yang dilarang
agama. Akan tetapi Eca masih tetap menjalankannya. “…Kadang masih ragu dengan apa yang saya lakukan.
Antara benar dan salah. Namun ketika saya inget-inget dulu waktu SD, SMP perasaan saya tidak pernah suka sama cowok. Malahan
saya disukai banyak cewek. Dari disekolah sampai di anak gereja pun demikian. Tapi terkadang kalau ibadah ngerasa sedih aja
sama kehidupanku sendiri. ”
4 Dimensi Pengetahuan
Pada dimensi ini, pengakuan Eca kepada penulis, Eca sangat faham betul terhadap pengetahuan agamanya. Karena itu
agama orang tuanya. Yang selalu diajarkan suatu kecil sampai sekarang.
“…Jauh sekali. Karena saya dari kecil setelah di babtis selalu mempelajari agama saya. Bahkan saya mengikuti
bimbingan rohani di sekolah saya dulu.” 5
Dimensi Konsekuensial Pada dimensi ini, Eca berhubungan baik dengan teman-
temannya baik teman di komunitas Our Voice maupun teman sekerjanya.
Bila ada temannya yang terkena musibah, Eca akan membantu mereka. akan tetapi jika ada temannya yang melakukan
perbuatan tidak terpuji, Eca tidak berani untuk menegurnya. Karena dia tahu, apa yang dilakukan ia dalam kehidupan sehari-
hari pun ia masih melanggar agama. Katika penulis menanyakan kalau ada teman yang minta
tolong tetapi ia tidak seagama dengannya, Eca akan tetap menolongnya karena agama tidak melarang untuk berbuat baik.
5. Kasus Nia