51
BAB IV ANALISIS INTER-KASUS DIMENSI KEBERAGAMAAN KAUM
LESBIAN
A. Deskripsi Dimensi Keberagamaan pada Kaum Lesbian
Dalam kasus kaum lesbian yang diangkat dalam penelitian ini, penulis memeperlihatkan bahwa perkembangan keberagamaan mereka tidak naik
secara tajam. Dimana hubungan antara kejiwaan dan agama, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi.
Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberikan sikap optimis pada diri sendiri sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang,
puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-
Tuhan.
1
Berikut adalah deskripsi temuan penulis dilapangan mengenai dimensi-dimensi keberagamaan apa saja yang dimiliki oleh setiap kasus
individu:
1. Kasus Ara
Ara merupakan seorang Muslim, seorang pegawai swasta disalah satu perusahaan. Ara merasa berbeda dengan orang lain dalam hal seksual
sejak kecil. Dari kecil Ara tidak ada rasa suka terhadap lain jenis. Menurut pengakuannya, salah satu faktor penyebab Ara seperti itu adalah dari lahir
dan juga keluarga. Dimana keluarga menginginkan seorang anak laki-laki
1
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h. 142-143.
bukan perempuan. Dari Ara kecil barang yang selalu diberikan keluarga kepadanya adalah yang berbau laki-laki. Sampai peci sama sarung yang
seharusnya dikenakan laki-laki saat sholat Ara pun dibelikan oleh kakeknya.
a. Dimensi Keberagamaan
1 Dimensi Kepercayaan Idiologis
Mengenai tentang keimanan, Ara cenderung meyakini tanpa harus mempertanyakan atau memikirkan hal tersebut selama
itu dianggapnya benar. “Sebagaimana umat Muslim yang lainnya, aku percaya
dengan rukum iman. Dan aku pun tak pernah mempertanyakan hal-hal tersebut apalagi memikirkannya. Karena bagi aku ini
agama lahir aku, mungkin kalau aku dilahirkan bukan dari keluarga Muslim aku didak akan menjadi seorang Muslim.
” Ara termasuk seseorang yang kurang memeperhatikan
apakah keimanan itu harus diperbaharui atau ditingkatkan. Ara hanya sekedar percaya saja sebagaimana yang dilakukan oleh
orang Muslim dan setidaknya yang pernah diajarkan oleh orang tuanya. Setelah Ara masuk dalam komunitas Our Voice, Ara tetap
pada prinsipnya yang sama mempercayai apa yang harus dipercayai orang Muslim. Dan Ara pun mempertahankan dan
menjaga apa yang diyakini dan diimaninya.
2 Dimensi Ritualistik
Ara mengatakan terhadap penulis, Ara selalu melaksanakan salat lima waktu, meskipun terkadang tidak tepat waktu. Dalam
salat Ara memakai pakaian selayaknya Muslim laki-laki. Karena Ara menganggap dirinya adalah seorang priawan, sehingga ketika
Ara hendak salat bersentuhan dengan perempuan maka batal wudhunya.
Meskipun demikian, Ara pun mempunyai rasa bimbang ketika ia dihadapkan dilingkungan masyarakat. Karena bingung
untuk menentukan dimana dia hendak menjalankan salat tersebut. Menurut pengakuan Ara, Ara jarang melaksanakan salat
sunah kecuali salat taraweh dibulan Ramadhan. Ara pun menjalankan ibadah puasa dibulan Ramadhan, selain itu juga Ara
menjalankan zakat selayaknya umat Muslim pada umumnya. “…Yah seperti biasa selayaknya muslim yang lain. Aku
melaksanakan semua rukun Islam. Cuma kalau mau sholat diluar missal kalau aku sholat di tempat kerja agak delima. Gimana aku
mau wudhu nya aja udah bingung. Mau ke cewek belum apa-apa udah diteriakin duluan. Kalau ke kamar mandi cowo kadang kalau
ada yang kenal langsung jadi omongan. Tapi kalau mau sholat saya langsung ke tempat cewe saya ke pojok. Langsung sholat, kan
tidak bersentuhan. Jadi tidak batal. ”
3 Dimensi Pengalaman
Mengenai dimensi ini Ara mengatakan kepada penulis, bahwa ia tidak pernah merasakan dengan bermacam pengalaman
yang bersifat batin. Hanya saja ia merasa perbuatannya selalu diawasi oleh Allah.
Ara mengatakan pada penulis, setelah mengerjakan salat dirinya merasa tentram dan tenang. Bahkan ia tidak pernah
mempertanyakan terhadap Allah mengenai tentang kehidupannya, meski agama melarang akan adanya percintaan sesama jenis.
Karena baginya, itu adalah urusan Allah. “…Kenapa harus merenungi? Toh ini pemberian dari
Tuhan. Kalau aku mempertanyakan hal ini kenapa Tuhan yah berarti aku tidak terima dengan kekuasaan Tuhan. Jadi saya
jalanin aja apa adanya. Pasti Tuhan mempunyai alasan terhadap apa yang aku alami saat ini.
” 4
Dimensi Pengetahuan Pada dimensi pengetahuan agama Ara, sangat faham betul
terhadap agama yang dianutnya. Karena baginya itu agama dia dari lahir. Dia belajar dari kecil sampai sekarang pun dia masih belajar
mengenai agama. Ara mengetahui pengetahuan-pengetahuan tentang agama.
Dan Ara pun mengetahui tentang agama yang melarang percintaan
sesama jenis. Akan tetapi baginya, itu adalah pemberian dari Allah. Ia hanya menjalankan apa yang dikasih oleh Allah.
“…Yah sebagaimana kita tau, kembalikan lagi ke historisnya, agama kenapa ngelarang hubungan seperti ini. Tapi
lagi-lagi agama itu tekstual. Tinggal bagaimana mufasirnya saja. Untuk urusan ini haram atau tidaknya ya nanti. Urusan aku sama
Tuhan aku.” 5
Dimensi Konsekuensial Dalam dimensi ini Ara, berteman baik dengan teman-
temannya. Ketika ditanya mengenai ada teman yang terkena musibah, Ara merasa prihatin dan menolongnya sekalipun berbeda
agama.
2. Kasus Lena