sesama jenis. Akan tetapi baginya, itu adalah pemberian dari Allah. Ia hanya menjalankan apa yang dikasih oleh Allah.
“…Yah sebagaimana kita tau, kembalikan lagi ke historisnya, agama kenapa ngelarang hubungan seperti ini. Tapi
lagi-lagi agama itu tekstual. Tinggal bagaimana mufasirnya saja. Untuk urusan ini haram atau tidaknya ya nanti. Urusan aku sama
Tuhan aku.” 5
Dimensi Konsekuensial Dalam dimensi ini Ara, berteman baik dengan teman-
temannya. Ketika ditanya mengenai ada teman yang terkena musibah, Ara merasa prihatin dan menolongnya sekalipun berbeda
agama.
2. Kasus Lena
Lena merupakan seorang Mahasiswi disalah satu Universitas di Jakarta. Lena dari keluarga Khonghuchu dan dari salah satu keluarga yang
keras. Ayah dan Ibunya selalu bertengkar setiap ada masalah. Lena perempuan sendiri dari delapan bersaudara. Perlakuan Ayahnya ke dia
sama kerasnya seperti perlakuan Ayahnya ke Ibunya. Bahkan Lena pernah disiram minyak goreng ketika Ayah dan Ibunya bertengkar.
Lena merupakan seorang muallaf. Agama sebelumnya adalah Budha, Khonghuchu dan Nasrani. Dari semua agama itu Lena masih
penasaran dengan arti Tuhan yang sebenarnya.
Dia memutuskan untuk menjadi lesbian semenjak dia dibangku kuliah. Sebelumnya Lena sama seperti yang lain yaitu heteroseksual.
Bahkan dia sudah beberapa kali pacaran dengan lain jenis. Akan tetapi sikap lelaki kata Lena sama saja, keras kepala dan suka menyakiti hati
perempuan. Sikap seperti itulah yang membuat Lena jera. Dari pengalaman keluarganya yang seharusnya sosok seorang Ayah mampu
memberikan contoh kepada anak-anaknya. Namun kenyataannya justru sebaliknya. Ketakutan yang sering kali menyelimuti hati anak ketika
bertemu Ayahnya. a.
Dimensi Keberagamaan 1
Dimensi Keyakinan idiologis Dalam dimensi ini keimanan Lena sudah tidak diragukan
lagi. Setelah dia konversi agama ke Islam, Lena betul-betul sudah tidak ragu lagi terhadap keimanan dia terhadap Tuhan. Sangat
berbeda ketika dia memeluk agama sebelumnya. 2
Dimensi Ritualistik Menurut pemaparan Lena yang disampaikan kepada
penulis, Lena selalu menjalankan salat lima waktu, meskipun tidak selalu tepat waktu.
“…Iya saya melakukan semua rukun Islam yang dianjurkan sebagai umat muslim. Tapi saya masih proses belajar.
Mungkin belum sepenuhnya sempurna seperti muslim lainnya.”
Mengenai tentang puasa dan zakat, dari hasil penelitian penulis Lena hanya baru menjalankan puasa sunnah yaitu senin-
kamis. Untuk wajibnya Lena belum pernah menjalannya, karena Lena konversi agama belum ada setahun. Jadi belum bertemu
dengan bulan yang penuh dengan berkah itu. Kalau zakat, Lena juga belum pernah membayar zakat.
Lena belum dapat membaca al-Quran, namun ia terus belajar untuk dapat membaca al-
Qur’an. Lena mengakui bahwa ia selalu belajar dengan ustadz dan pasangannya yang sesama
Muslim. 3
Dimensi Pengalaman Pada dimensi ini, Lena pernah merasakan pengalaman yang
spektakuler. Dimana pengalaman itu seperti teguran tetapi berupa mimpi.
Pada suatu hari Lena bermimpi didalam lubang sedalam 2 meter. Dia berusaha untuk naik tapi titak bisa. Hingga akhirnya
bacaan syahadatlah yang membuat dia bisa tertolong. Datanglah seorang kakek-kakek yang menolong dia. Dari situlah hati Lena
terketuk untuk menjadi seorang Muslim. Entah apa yang terjadi, didalam agama Islam Lena benar-benar yakin terhadap agamanya
sendiri berbeda ketika Lena belum menjadi Muslim.
4 Dimensi Pengetahuan
Pada dimensi ini, Lena belum begitu banyak mengetahui ilmu pengetahuan agama, karena ia baru masuk Islam. Semangat
belajar Lena sangat luar biasa, Ia tak pernah malu untuk bertanya ketika ia tidak mengetahui.
“…Pengetahuan agama saya kurang begitu jauh, karena saya baru masuk Islam. Jadi untuk masalah yang lebih mendalam
belum begitu tau. Tapi saya selalu belajar dengan ustadz dan pasangan saya.”
5 Dimensi Konsekuensial
Pada dimensi ini, Lena berhubungan baik dengan teman- temannya baik teman di komunitas Our Voice maupun teman
sekerjanya. “…Saya berteman baik dengan teman-teman baik saya,
tidak ada masalah. Dengan mereka yang selalu mencemooh kehidupan saya, saya tidak pernah mempermasalahkan itu, selagi
saya tidak mengajak mereka kelubang yang sama seperti saya.”
3. Kasus Farda