5 Kesiapsiagaan menghadapi KLB, terutama penyiapan tim penyelidikan
dan penanggulangan KLB puskesmas yang merupakan bagian dari tim penyelidikan dan penanggulangan KLB kabupatenkota.
Agar makanan yang dihasilkan oleh produsen makanan baik itu makanan rumah tangga maupun makanan produk industri, agar aman untuk dikonsumsi,
pengawasan kepada setiap langkah dari rantai makanan food chain haruslah dilakukan. Food chain adalah rangkaian perjalanan makanan sejak dari
pembibitan, pertumbuhan, produksi bahan-bahan makanan, panen, penggudangan, pemasaran, pengolahan makanan, pewadahan sampai pelabelan dan penyimpanan
makanan. Setiap rantai terdapat titik dimana makanan telah dan akan mengalami pencemaran sehingga mutu makanan menurun. Oleh karena itu perlu perhatian
khusus pada titik-titik tersebut selama dalam perjalanannya. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya harus dilakukan
secara total dengan pendekatan antar sektor yang sifatnya terpadu diantara para pelaku yang terlibat seperti lembaga-lembaga pemerintah terkait, produsen,
konsumen dan lembaga swadaya masyarakat.
2.5. Landasan Teori
Menurut Azwar 1996, bahwa hasil kerja out put pada suatu program pada dasarnya dipengaruhi oleh masukan input, proses dan lingkungan.
Masukan dalam program penyehatan makananminuman ini terdiri dari : sanitarian puskesmas, dana dan alat yang tersedia, sarana medis dan sarana non
medis serta buku-buku pedoman.
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.
Sanitarian adalah salah satu dari kelompok masukan input yang memegang peranan penting untuk terlaksananya program penyehatan makanan di
tingkat puskesmas. Kemampuan untuk melaksanakan tugas penyehatan makanan, bila ingin melihat dari sisi sumber daya manusia sanitarian haruslah dikaji
kompetensi apa saja yang harus dimiliki agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. Penilaian kinerja didasarkan kepada pemahaman pengetahuan, keterampilan,
kepiawaian dan perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan analisis tentang kompetensi seseorang sesuai dengan kriteria
yang ditentukan untuk masing-masing pekerjaan. Dalam pedoman kerja puskesmas Depkes RI, 1999 petugas penyehatan
makanan mempunyai kegiatan sebagai berikut : a. Pendataan
- Mendata organisasi sosial yang ada di masyarakat yang mungkin dapat diberdayakan untuk upaya penyehatan makanan
- Mendata perilaku dan kebiasaan makan penduduk
- Mendata kasus-kasus penyakit dan kejadian keracunan makanan
- Mendata produsen makanan yang belum mempunyai izin memproduksi makanan
- Mendata kasus-kasus penyakit dan kejadian keracunan akibat makanan
b. Penyuluhan Melakukan penyuluhan secara individu dan kelompok yang bertujuan
menimbulkan kesadaran dan meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.
makanan secara aman dan sehat serta mampu memilih makanan yang aman dikonsumsi.
c. Pengamatan dan penanggulangan keracunanan makanan. Kegiatan ini untuk mendapatkan informasi kontaminasi dan keracunanan
makanan secara cepat dan tepat sebagai dasar penentuan langkah-langkah pengendalian kontaminasi makanan untuk mencegah dan menanggulangi
penyakit-penyakit dan keracunan makanan. d. Pengawasan
Pengawasan terutama dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan ke sarana produsen makanan yang meliputi pemeriksaan penjamahkaryawan makanan,
pemeriksaan bahan baku, pemeriksaan sanitasi lingkungan serta pemeriksaan alat dan kelengkapan.
Sesuai kegiatan tersebut diatas kompetensi yang harus dimiliki seseorang sanitarian dalam kegiatan penyehatan makanan adalah mencakup pengetahuan
dan keterampilan keempat kegiatan tersebut. Dalam bidang perilaku organisasi disebutkan ada 3 tingkatan analisis yaitu
keefektifan individu, kelompok dan organisasi. Keefektifan individu sangat tergantung kepada kompetensi individu di mana kompetensi individu dipengaruhi
oleh latar belakang yang membentuk kompetensi individu itu sendiri seperti kecerdasan, kreativitas, kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan koqnitif,
nilai, cacat fisik, minat, pendidikan, sosioekonomi serta motivasi Mulyasa, 2005. Keefektifan kelompok adalah jumlah sumbangan dari seluruh anggota
individu. Sumber dari keefektifan kelompok adalah kepaduan, kepemimpinan,
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.
struktur, status, dan peranan. Keefektipan organisasi adalah fungsi dari keefektifan individu dan keefektifan kelompok, dimana organisasi dapat
memperoleh tingkat prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masing- masing bagiannya Gibson, 1996. Kompetensi sanitarian perlu diteliti agar dapat
diketahui faktor-faktor apa sebenarnya yang mempengaruhi kompetensinya sehingga diperoleh pemecahan masalah secara tepat.
2.6. Kerangka Konsep Teoritis