Hal ini bertentangan dengan Leida dalam Nurhaini 2001 yang mengatakan terjadi penurunan kualitas pada pekerja yang mempunyai masa kerja
yang lebih dari 5 tahun, yang mana hal ini terjadi karena timbulnya rasa bosan, sikap pasif dan apatis dan motivasi menurun, kurangnya kreativitas, kurangnya
inisiatif dan merasa tidak ada tantangan yang berarti. Untuk mengatasi hal ini kepada petugas perlu di beri sejenis rangsangan, misalnya pendidikan tambahan,
pemberian insentif, pemberian penghargaan, juga dirasa perlu melakukan penyegaran melalui seminar-seminar, pengkayaan pengetahuan, dll.
5.2. Hubungan antara Pelatihan dengan Kompetensi Sanitarian di Puskesamas
Kota Medan
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang berarti antara pelatihan dengan kompetensi sanitarian p value 0.020. Petugas yang telah mendapat
pelatihan food inspector dikategorikan tinggi mempunyai kompetensi yang tinggi pula sedangkan petugas yang tidak pernah mendapat pelatihan kompetensinya
dalam bekerja juga rendah yaitu 75,0 . Pelatihan menurut Usmara 2003 adalah setiap usaha memperbaiki
performance pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.
Faktor utama meningkatnya kompetensi adalah melalui pelatihan.. Pelatihan adalah juga suatu sarana yang dibutuhkan pada upaya untuk lebih
mengaktifkan kerja pada anggota organisasi yang kurang aktif.
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.
Sebuah pelatihan harus dapat mengubah perilaku seseorang, seperti yang dikemukakan Schelter 2003 bahwa sebuah pelatihan tidak dapat disebut
pelatihan bila tidak mengubah perilaku mengubah cara berpikir yang ada. Seseorang yang karena pendidikan dan pengalamannya kurang mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang tugasnya dapat diperbaiki melalui suatu pelatihan. Informasi mengenai tugas di lapangan sering kali tidak terakomodir
pada kurikulum dijalur pendidikan, namun melalui pelatihan ketika bekerja, informasi tersebut dapat sampai sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
Bagi petugas yang sudah cukup lama masa kerjanya, pelatihan juga bisa merupakan sarana penyegaran bagi kemampuan seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya. Pelatihan dapat juga menjembatani kesenjangan antara kecakapan petugas dengan tuntutan tugas dalam mencapai sasaran.
Dalam melaksanakan pekerjaan di bidang kesehatan yang selalu dikuti oleh perkembangan zaman yang melahirkan metode-metode terbaru, maka untuk
menyampaikan informasi perubahan tersebut harus dilakukan pelatihan yang berkenaan dengan pekerjaannya.
Sanitarian puskesmas merupakan prajurit barisan terdepan yang dapat mencegah terjadinya KLB keracunan pangan dan melakukan pengendalian
terhadap KLB tersebut. Pelatihan food inspector pada sanitarian memampukan mereka dalam melakukan pengawasan keamanan pangan masyarakat. Pada
pelatihan food inspector petugas dilatih cara melakukan pengawasan kesehatan makanan di masyarakat.
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.
5.3. Hubungan antara Pendidikan dengan Kompetensi Sanitarian di Puskesamas Kota Medan