Tabel 4.12. Hubungan Variabel Motivasi dengan Kompetensi Responden
Motivasi Jumlah Kompetensi
Tinggi Sedang Rendah Jlh orang
P value
Tinggi 9 81,8
19,1 1 9,1
11 32,4
Sedang 746,7 533,3
3 20,0
15 44,1 Rendah
1 12,5 1 12,5 6 75,0
8 23,5
Jumlah 17 50
7 20,6 10 29,4 34
100 0,001
4.2.5. Hubungan variabel minat dengan kompetensi responden
Hasil analisis hubungan antara minat dengan kompetensi sanitarian dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan makanan di puskesmas terlihat bahwa
responden yang berkompetensi dalam bekerja termasuk kategori tinggi berjumlah 11 orang 32,4 paling banyak berasal dari responden yang mempunyai minat
yang tinggi ada 7 orang 63,6, yang berkompetensi dalam kategori sedang berjumlah 15 orang 44,1 , yang paling banyak adalah responden dengan minat
kategori sedang juga yaitu 8 orang 53,3 , yang berkompetensi rendah berjumlah 8 orang 23,5 terlihat paling banyak adalah responden yang
minatnya juga dalam kategori rendah yaitu 5 orang 62,5, dengan r = 0,481 dan p value 0,004 p value 0,05 dapat diintepretasikan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara minat responden dengan kompetensi responden dalam bekerja, artinya semakin tinggi minat sanitarian terhadap penyehatan makanan semakin
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.
tertarik untuk melaksanakan kegiatan, sehingga semakin tinggi kompetensinya, hasilnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 4.13. Hubungan Variabel Minat dengan Kompetensi Responden
Minat Jumlah Kompetensi
Tinggi Sedang Rendah
Jlh orang
P value
Tinggi 7 63,6
3 27,3 1 9,1
11 32,4
Sedang 5 33,3
8 53,3 2 13,3
15 44,1
Rendah 1 12,5
2 25,0 5 62,5
8 23,5
Jumlah 13 38,2
1338,2 8 23,5
34 100
0,004
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kompetensi Sanitarian di Puskesmas
Kota Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan masa kerja petugas dengan kompetensi mereka dalam melaksanakan tugas dengan p value 0.017.
Petugas yang bekerja lebih dari 5 tahun kompetensinya dalam bekerja baik yaitu 54.5 . Hal ini dapat terjadi karena untuk sanitarian yang masa kerjanya lebih
lama disamping menjadi lebih berpengalaman kemungkinan sanitarian tersebut pun telah mengikuti pendidikan di jalur formal maupun pelatihan-pelatihan yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan seperti pelatihan food inspector dan pelatihan teknik pengambilan sampel yang membuat sanitarian tersebut lebih
semangat dan terampil dalam bekerja. Husin dalam Utami 2004 mengemukakan bahwa pendidikan tambahan merupakan suatu proses yang menghasilkan suatu
perubahan perilaku yang berbentuk peningkatan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor.
Hal ini sejalan dengan Siagian 2000, yang mengatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka semakin terampil dan makin berpengalaman pula
dalam melaksanakan pekerjaannya. Robin 2000, mengemukakan ada hubungan yang positip antara senioritas
dan produktivitas pekerja. Petugas yang lebih lama bekerja berdasarkan pengalamannya dalam bekerja seringkali lebih mampu menyelesaikan
permasalahan atau kesenjangan yang di jumpai dalam bekerja. 58
DOHARNI DAULAY : HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KOMPETENSI SANITARIAN DALAM PELAKSANAAN PENYEHATAN MAKANAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2006, 2008.