Peran Organisasi Kompas USU Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup (Studi Deskriptif Pada Korps Mahasiswa Pecinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup USU)

(1)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

PERAN ORGANISASI KOMPAS USU DALAM

MENINGKATKAN PARTISIPASI ANGGOTA UNTUK

MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP

( Studi Deskriptif Pada Korps Mahasiswa Pecinta Alam Dan Studi Lingkungan HidupUSU )

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

AYU WULANDARI

NIM : 070901023

Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Studi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara 2011


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui dan dipertahankan oleh :

Nama : Ayu Wulandari Nim : 070901023 Departemen : Sosiologi

Judul : PERAN ORGANISASI KOMPAS USU

DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI ANGGOTA UNTUK MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP

(Studi Deskriptif Pada Korps Mahasiswa Pecinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup USU)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Dra. Ria Manurung, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si) NIP. 19621203 198903 2 001 NIP. 1966031 198903 2 001

Dekan

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

ABSTRAK

mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia. Salah satu isu global yang sangat penting dan mendapat perhatian serius saat ini adalah masalah lingkungan. Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa, dan harus ada upaya serius untuk mengatasinya. Pada saat ini, kecintaan dan kepedulian akan lingkungan hidup perlu untuk ditingkatkan, dengan adanya partisipasi dari kelompok-kelompok masyarakat sangat penting misalnya tokoh agama, organisasi, komunitas, ataupun kelompok sosial, dan peranan para pemuda. Dalam hal ini tentunya karena peranan pemuda juga sangat penting sebagai generasi penerus yang akan mewarisi lingkungan hidup yang baik, dalam hal ini peranan partisipasi melalui organisasi pecinta alam.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui bagaimana peran organisasi kompas USU dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan hidup pada anggota Kompas USU dalam konteks ilmu sosiologi, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang hal tersebut. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengujian statistik studi korelasi spearman dengan maksud untuk mengetahui kekuatan hubungan antar variabel. Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekretariat Kompas USU l. Alumni no.2 Kampus USU Padang Bulan, Medan 20155. Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner dengan sampelnya adalah anggota Kompas USU sebanyak 31 orang. Fokus penelitian ini melihat hubungan antara peran organisasi Kompas USU dengan kesadaran lingkungan hidup pada anggota Kompas USU melalui tindakan sosial anggota tersebut.

Berdasarkan temuan data dan hasil analisis penelitian, dapat disimpulkan bahwa organisasi Kompas USU berperan dalam membentuk tindakan sosial anggota sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota dalam menjaga lingkungan hidup. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan software statistik, maka diperoleh hasil nilai koefisien korelasi Spearman antara peran organisasi Kompas USU dengan peningkatan partisipasi anggota Kompas USU untuk menjaga lingkungan hidup adalah 0,227. Hal ini menunjukkan bahwa rs > 0 yang berarti bahwa hipotesis kerja

( H1 ) diterima memiliki hubungan yang cukup dan arah korelasinya positif. Dengan

demikian hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah H1 (Hipotesis Kerja)

yaitu terdapat hubungan antara peran organisasi Kompas USU dengan peningkatan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup dan menolak H0 (Hipotesis Nol).


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Serta tidak lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang syafa`at nya sangat diharapkan dihari kelak. Penulisan skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini yaitu : “Peran Organisasi Kompas USU Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup (Studi Deskriptif Pada

Korps Mahasiswa Pecinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup USU)”.

Skripsi ini secara khusus penulis persembahkan kepada yang teristimewa kedua orangtua tercinta Ayahanda H.Ismail dan Ibunda tercinta Hj. Yusniwati, atas semua doa, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengakui masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya hambatan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian. Namun, berkat pertolongan Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan, ketabahan, dan keyakinan kepada penulis serta berkat dukungan, bimbingan, dan arahan dari seluruh pihak, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Ria Manurung, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Bapak Henry Sitorus, M.Si selaku dosen wali penulis yang telah membimbing penulis dalam menjalani perkuliahan semenjak semester pertama sampai semester akhir.

5. Seluruh Dosen Sosiologi dan Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Kak Feni Khairifa, M.Si selaku Staf Administrasi di Departemen Sosiologi, dan Kak Nurbaiti selaku Pegawai Pendidikan bagian Departemen Sosiologi, yang selama ini membantu penulis dalam urusan administrasi di kampus.

7. Kakak dan Adikku tersayang, Rita Anggraini, SP dan Dinda Aulia yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis, walaupun terkadang kita sering berselisih pendapat namun kita tetap saling menyayangi. Serta untuk kedua keponakanku Habib dan Nabila yang selalu menghibur penulis disaat jenuh datang menghampiri.

8. Firmansyah Arifin, S.Pd atas semua perhatian, dukungan, doa dan cintanya kepada penulis sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

9. Sahabat-sahabatku tercinta Rini Syahfitri S.Sos, Ester Verawati Pasaribu S.Sos, Indra Fitri Hutabarat, Martha Fitrianti S.Sos, Rinaldi S.Sos, dan Dea Anindita atas semua dukungan dan bantuan kalian selama ini, serta kebersamaan kita yang tak kan terlupakan “always forever and together” mudah-mudahan persahaban kita tidak hanya sampai disini.

10. Teman-teman Sosiologi stambuk 2007 Nanda, Desti, Dini, Ayak, Dedi, Hadi, Lona, Aini, Sari, Neko, Leo, Ridwan, Dino, Ninda, Berta, dan lain-lain yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan kenangan yang telah kita jalani.

11. Senior Sosiologi stambuk 2004 (Kak Devi, Kak Ika, Bang Wendi, Bang Faisal), stambuk 2005 (Kak Yanti, Bang Katub, Kak Nana, Kak Tiara, Kak Tasya) stambuk 2006 (Kak Tuti, Bang Fadli, Kak Eka, Bang Yandi, Bang Afwan, Kak Imay) serta Junior Sosiologi stambuk 2008, 2009, dan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.

12. Semua responden yang telah membantu penulis terutama Bang Anul dan Desti Ariani yang telah banyak membantu penulis serta seluruh anggota KOMPAS USU yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner yang diberikan oleh penulis.


(7)

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, dan penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Abstrak ………..…………i

Kata Pengantar ………..…...…ii

Daftar Isi ………..…....vi

Daftar Tabel ………..…...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………..…...1

1.2 Perumusan Masalah ………...8

1.3 Tujuan Penelitian ………...8

1.4 Manfaat Penelitian ………...9

1.5 Kerangka Teori ………...9

1.5.1 Teori Peran ………..…9

1.5.2 Teori Partisipasi dalam Berorganisasi ………...11

1.5.3 Manusia dan Lingkungan Hidup ………..16

1.6 Hipotesis ………...17

1.7 Defenisi Konsep ………...17

1.8 Operasional Variabel ………19


(9)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lingkungan Hidup ………...22

2.2 Lembaga Sosial ………...24

2.3 Organisasi Sosial ………..26

2.4 Gerakan Lingkungan dan Pecinta Alam ………...31

2.4.1 Gerakan Lingkungan dan Gerakan Sosial ……….31

2.4.2 Kelompok Pecinta Alam ………36

2.5 Teori Tindakan Sosial ………...40

2.6 Teori Aksi ……….44

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………48

3.2. Lokasi Penelitian ……….48

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ………..49

3.3.1 Populasi ……….49

3.3.2 Teknik Penarikan Sampel ………..49

3.3.3 Purposive Sampling ………...50

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………..50

3.5. Analisis Data ………51

3.6. Jadwal Kegiatan ………...53


(10)

BAB IV. HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

4.1 Profil Organisasi Kompas USU ………55

4.1.1 Sejarah Kompas USU ………55

4.1.2 Deskripsi Lokasi Kompas USU ………59

4.1.3 Keanggotaan Kompas USU ………..61

4.1.4 Program Kerja Kompas USU ………....66

4.2 Penyajian Data ………..72

4.2.1 Karakteristik Responden ………....72

4.2.2 Peran Organisasi Kompas USU ………79

4.2.3 Tindakan Sosial ………...100

4.2.4 Partisipasi Menjaga Lingkungan Hidup ………..106

4.3 Pengujian Hipotesis ………...111

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ……….………...114

5.2. Saran ……….….115

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kekuatan Korelasi ………..52

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ……….53

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………..…...74

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ……….…………...74

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Fakultas ………...75

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Keanggotaan ….…. ……77

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Stambuk ……….……78

Tabel 4.6 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Seminar Lingkungan Hidup Yang Pernah Dilakukan Kompas USU ………...…...80

Tabel 4.7 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Pembibitan Dan Penanaman Pohon Yang Pernah Dilakukan Kompas USU …..……….81

Tabel 4.8 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Yang Pernah Dilakukan Kompas USU………...…...82

Tabel 4.9 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Diskusi Lingkungan Hidup Yang Pernah Dilakukan Kompas USU ………..83

Tabel 4.10 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Penyuluhan Lingkungan Hidup Yang Pernah Dilakukan Kompas USU………...….……….84

Tabel 4.11 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Aksi Bersih Lingkungan Sungai`Yang Pernah Dilakukan Kompas USU ……….……….85

Tabel 4.12 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Daur Ulang Barang Bekas Yang Pernah Dilakukan Kompas USU………...86


(12)

Tabel 4.13 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Aksi Damai Menyuarakan Lingkungan Hidup Yang Pernah Dilakukan Kompas USU……...….86 Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Terhadap

Kegiatan Seminar Lingkungan Hidup ……….……..………...87 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Terhadap

Kegiatan Pembibitan Dan Penanaman Pohon …...………..…...88 Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Terhadap

Kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam …...………....…………..89 Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Terhadap

Kegiatan Diskusi Lingkungan Hidup ……….………..…..90 Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Terhadap

Kegiatan Penyuluhan Lingkungan Hidup ……..………91 Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Terhadap

Kegiatan Aksi Bersih Lingkungan Sungai .………..…………..92 Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Terhadap

Kegiatan Daur Ulang Barang Bekas ………...……….…...93 Tabel 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Tentang

Kegiatan Aksi Damai Menyuarakan Lingkungan Hidup …..……….94 Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Kendala Yang Dihadapi Dalam

Pelaksanaan Kegiatan ……….………94 Tabel 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kendala Yang Dihadapi

Dalam Proses Pelaksanaan Kegiatan ………..95 Tabel 4.24 Distribusi Responden Tentang Adanya Usaha Yang Dilakukan

Kompas USU Dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup ………..……….…97


(13)

Tabel 4.25 Distribusi Responden Usaha Kompas Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup ……...………..98 Tabel 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Anggota Mengenai

Peran Kompas USU Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup………....………99 Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Anggota Bergabung

Dengan Kompas USU ……..………101 Tabel 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Ketercapaian Tujuan ANggota

Setelah Bergabung Dengan Kompas USU…………...……….102 Tabel 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan Anggota Terhadap Tujuan Yang Telah Tercapai ………103 Tabel 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Program Yang Diminati

Anggota……….…………104 Tabel 4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Anggota Memilih Program

Yang Diminati ………..105 Tabel 4.32 Distribusi Responden Tentang Kegiatan Kompas USU Yang

Terinternalisasi ……….106 Tabel 4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Bergabung Dengan

Kompas USU Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup………..107 Tabel 4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Kegiatan Kompas USU


(14)

Tabel 4.35 Distribusi Responden Berdasarakan Penilaian Anggota Terhadap Kegiatan Kompas USU Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup ………..…...………109 Tabel 4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Anggota Mengenai

Perubahan Sikap Untuk Peduli Terhadap Lingkungan Hidup …...110 Tabel 4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Anggota Untuk

Menjaga Lingkungan Hidup ……….111 Tabel 4.38 Tabel Hasil Uji Korelasi Antara Peran Organisasi Kompas USU

Dengan Peningkatan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup ………112


(15)

ABSTRAK

mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia. Salah satu isu global yang sangat penting dan mendapat perhatian serius saat ini adalah masalah lingkungan. Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa, dan harus ada upaya serius untuk mengatasinya. Pada saat ini, kecintaan dan kepedulian akan lingkungan hidup perlu untuk ditingkatkan, dengan adanya partisipasi dari kelompok-kelompok masyarakat sangat penting misalnya tokoh agama, organisasi, komunitas, ataupun kelompok sosial, dan peranan para pemuda. Dalam hal ini tentunya karena peranan pemuda juga sangat penting sebagai generasi penerus yang akan mewarisi lingkungan hidup yang baik, dalam hal ini peranan partisipasi melalui organisasi pecinta alam.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui bagaimana peran organisasi kompas USU dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan hidup pada anggota Kompas USU dalam konteks ilmu sosiologi, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang hal tersebut. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengujian statistik studi korelasi spearman dengan maksud untuk mengetahui kekuatan hubungan antar variabel. Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekretariat Kompas USU l. Alumni no.2 Kampus USU Padang Bulan, Medan 20155. Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner dengan sampelnya adalah anggota Kompas USU sebanyak 31 orang. Fokus penelitian ini melihat hubungan antara peran organisasi Kompas USU dengan kesadaran lingkungan hidup pada anggota Kompas USU melalui tindakan sosial anggota tersebut.

Berdasarkan temuan data dan hasil analisis penelitian, dapat disimpulkan bahwa organisasi Kompas USU berperan dalam membentuk tindakan sosial anggota sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota dalam menjaga lingkungan hidup. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan software statistik, maka diperoleh hasil nilai koefisien korelasi Spearman antara peran organisasi Kompas USU dengan peningkatan partisipasi anggota Kompas USU untuk menjaga lingkungan hidup adalah 0,227. Hal ini menunjukkan bahwa rs > 0 yang berarti bahwa hipotesis kerja

( H1 ) diterima memiliki hubungan yang cukup dan arah korelasinya positif. Dengan

demikian hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah H1 (Hipotesis Kerja)

yaitu terdapat hubungan antara peran organisasi Kompas USU dengan peningkatan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup dan menolak H0 (Hipotesis Nol).


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia, dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan materilnya, dengan lingkungan biologi manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya. Lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya.

Lingkungan hidup menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Begitupun sebaliknya, kehidupan manusia sangat tergantung pada tersedianya sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan hidup. Manusia dan lingkungan hidup selalu terjadi interaksi timbal balik, manusia mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Demikian pula manusia membentuk lingkungan hidupnya dan manusia dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup memegang peranan penting dalam kebudayaan manusia, mulai dari manusia primitif sampai pada yang modern.

Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada banyaknya bencana


(17)

yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan generasi yang akan datang.

Salah satu isu global yang sangat penting dan mendapat perhatian serius saat ini adalah masalah lingkungan. Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) dan pemerintah baik negara maju maupun negara berkembang telah dan terus memberikan perhatian terhadap masalah lingkungan. Dalam hal ini misalnya saja di Indonesia pada tanggal 24 Februari 2010 telah diadakan Konferensi Lingkungan Hidup di Nusa Dua Bali dimana dalam hal ini presiden mengajak masyarakat dunia menyelamatkan bumi dari ancaman kerusakan lingkungan kemudian pada tanggal 25 Februari 2011 telah dilaksanakan Konferensi Internasional Pemuda di Yogyakarta yang dihadiri 144 pemuda dari 37 negara menghasilkan 32 rekomendasi penanganan perubahan iklim dan lingkungan untuk setiap negara di dunia, yang dituangkan dalam

"Yogyakarta youth Declaration"

diakses

pada tanggal 01 maret 2011 pukul 15:30 WIB).

Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa, dan harus ada upaya serius untuk mengatasinya, misalnya saja dengan membudayakan kepekaan dan cinta lingkungan hidup melalui dunia pendidikan atau institusi pendidikan, dengan tujuan untuk


(18)

menginternalisasikan dan menanamkan nilai-nilai budaya yang cinta akan lingkungan hidup.

Setiap orang diharapkan agar peduli akan lingkungan hidup, namun kenyataannya masih banyak anggota masyarakat dalam hal ini oknum-oknum tertentu yang belum sadar akan makna lingkungan hidup itu sendiri, sehingga mereka melakukan hal yang memberikan dampak buruk pada lingkungan hidup. Hal ini terbukti dari banyaknya kelompok-kelompok tertentu yang melakukan aktivitas dengan tujuan tertentu dan meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampaknya pada lingkungan hidup, misalnya penebangan pohon, illegal logging, limbah industri pabrik yang tidak bertanggung jawab, pencemaran dan lain sebagainya. Kepekaan masyarakat mengenai pentingnya peranan lingkungan hidup perlu terus ditingkatkan misalnya melalui penyuluhan, penerangan, pendidikan, penegakan hukum disertai pemberian rangsangan atau motivasi atas peran aktif masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup.

Pada saat ini, kecintaan dan kepedulian akan lingkungan hidup perlu untuk ditingkatkan, dengan adanya partisipasi dari kelompok-kelompok masyarakat sangatlah penting misalnya tokoh agama, wanita, organisasi, perkumpulan, komunitas, ataupun kelompok sosial, dan peranan para pemuda. Dalam hal ini tentunya karena peranan pemuda juga sangat penting sebagai generasi penerus yang akan mewarisi lingkungan hidup yang baik, dalam hal ini peranan partisipasi melalui organisasi pecinta alam.

Kelompok pecinta alam sebagai organisasi yang bergerak dalam dunia lingkungan dan alam pada hakikatnya berada dalam gerakan enviromentalisme


(19)

(wawasan lingkungan) yang dalam pengertian lebih luas lagi adalah suatu paham yang menempatkan lingkungan hidup sebagai pola dan gerakannya. Organisasi pecinta alam selama ini, lebih menekankan pada seruan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik atau melarang untuk melakukan sesuatu yang dianggap merugikan lingkungan hidup.

Perkembangan pecinta alam Indonesia dewasa ini semakin pesat sehingga terjadi pergeseran nilai, hal ini dikarenakan motivasi yang tidak jelas pada saat membentuk organisasi pecinta alam, sehingga penampilan diri dan prilaku dari oknum anggota pecinta alam terlihat kontra produktif dengan kode etik pecinta alam Indonesia, selain itu dengan paham kebebasan individu pecinta alam yang salah kaprah dan pada akhirnya kebebasan individu pecinta alam itu terlihat tidak proporsional.

Pecinta alam dunia dengan gerakan enviromentalisme yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam patut kita contoh sebagai salah satu gerakan untuk masa depan, kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah dimanakah pecinta alam, begitu juga dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya, dan tidak jarang aktivitas para pecinta alam berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, seperti terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus dikembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka.


(20)

Model gerakan lingkungan yang berasal dari pecinta alam pada periode kelahirannya lebih menekankan pada kecintaan terhadap alam yang diwujudkan dengan naik gunung, camping, pelatihan konservasi, dan penghijauan di lereng-lereng gunung. Pada perkembangannya banyak muncul kelompok-kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai kelompok pecinta alam, akan tetapi keberadaaan kelompok pecinta alam tersebut belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya, serta belum mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam. Aktivitasnya cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan oleh kelompok pecinta alam lainnya. Dengan demikian banyak diantara para pecinta alam itu hanya sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat

Pada kenyataannya, masih banyak kekurangan dari gerakan kelompok pecinta alam dalam hal meningkatkan partisipasi masyarakat dan anggotanya untuk menjaga lingkungan hidup, yang kemudian mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan yang hendak dicapai, yaitu bentuk upaya pelestarian yang dilakukan masih bersifat sporadis dan tidak terintegrasi dengan bagian-bagian lainnya. Inilah titik lemah dari seruan yang dikumandangkan oleh pecinta alam, atau dengan kata lain upaya tersebut tidak lebih dari gerakan moral semata.

Dalam hal ini, agar pecinta lingkungan bisa terlibat aktif dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang baik, pecinta lingkungan harus dibekali secara


(21)

cukup tentang pengetahuan, kesadaran dan keterampilan tentang bagaimana menjaga kelestarian alam. Bila ini dilakukan sejak dini, kita yakin masa depan lingkungan dan kondisi alam bisa lebih baik ke depan.. Usianya yang masih sangat muda dapat memberikan suatu contoh yang baik dalam upaya penjagaan kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dengan memulai dari suatu hal yang paling kecil, hal ini akan menciptakan lingkungan yang bersih, apabila setiap pecinta lingkungan memiliki kesadaran diri dan rasa tanggung jawab pribadi untuk menjaga kebersihan

lingkungan.

pukul 21:28 WIB).

Organisasi pecinta alam di Indonesia baik itu dalam wadah kelompok pecinta alam (KPA) yang bersifat independen maupun dalam wadah organisasi yang dinaungi oleh suatu institusi kampus atau mahasiswa pecinta alam (MPA) merupakan suatu organisasi kepemudaan yang terbilang cukup lama berdiri di Indonesia, sebagai organisasi yang bertujuan menyalurkan minat dan bakat dalam kegitan alam terbuka, sama hal nya dengan Kompas.

Kompas adalah singkatan dari Korps Mahasiswa Pecinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup yang merupakan sebuah organisasi internal USU yang khususnya bergerak dalam bidang pecinta alam dan studi lingkungan hidup. Adapun tujuan dari organisasi ini yakni membina insan akademis yang sadar, mampu dan bertanggung jawab melestarikan alam sebagai lingkungan hidup yang sehat. Kompas USU memiliki berbagai kegiatan seperti aksi bersih bantaran sungai, pelatihan konservasi,


(22)

diskusi tentang lingkungan, penanaman pohon, penanaman bibit buah, dan semua

kegiatan ini dilakukan di daerah-daerah tertentu serta studi lingkungan hidup ( penelitian ) juga menjadi kegiatan yang sering dilakukan Kompas USU. Setiap

tahunnya juga Kompas USU mengadakan berbagai macam kegiatan yang pada inti dan dasarnya mengajak kita semua untuk mencintai lingkungan dan alam, seperti lomba lintas alam, ekspedisi, penanaman pohon, dan sebagainya.

Organisasi pecinta alam merupakan salah satu cara yang tepat untuk membangkitkan kesadaran dan kecintaan generasi muda terhadap lingkungan hidup, dengan adanya pendidikan pengetahuan lingkungan hidup dalam organisasi pecinta alam berperan untuk memastikan keadaan lingkungan hidup dapat dijaga dan tidak mengalami kerusakan. Generasi muda merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang berperan penting dalam proses perubahan sosial, pergerakan sosial, dan pembangunan.

Kesadaran pada masalah-masalah lingkungan hidup perlu diberdayakan untuk menghindari kerusakan sumber-sumber daya alam yang akan menjaga kelangsungan hidup di bumi. Dan dalam hal ini diharapkan dengan adanya generasi muda yang tercakup dalam kelompok pecinta alam dapat menumbuhkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap peduli lingkungan hidup yang akan memotivasi minat yang dapat

diimplementasikan dan

ditumbuhkembangkan


(23)

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk membahasnya, sehingga mengangkat judul skripsi yaitu: “Peran Organisasi Kompas USU Dalam Meningkatkan Partisipasi Anggota Untuk Menjaga Lingkungan Hidup (Studi

Deskriptif Pada Korps Mahasiswa Pecinta Alam dan Studi Lingkungan

Hidup)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah organisasi kompas USU berperan dalam meningkatkan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup ? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah organisasi kompas USU berperan dalam meningkatkan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup dalam konteks ilmu sosiologi, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang hal tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang peran dari organisasi kompas USU dalam meningkatkan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup yang dikaji secara sosiologis serta dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait.


(24)

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur kajian terhadap perkembangan ilmu sosiologi sekaligus menjadi acuan bagi penelitian berikutnya, khusunya kajian yang berhubungan dengan peran organisasi kompas USU dalam meningkatkan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup yang dikaji secara sosiologis.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Teori Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu yang merupakan bentuk pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Artinya, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan perannya. Suatu peranan paling tidak mencakup tiga hal berikut :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat

2. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi


(25)

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

sosial

Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku. Peran yang berupa cara bertindak seseorang didalam hidup bermasyarakat tidak lepas dari pada posisi atau kedudukan yang dimilikinya dalam masyarakat. Jelasnya peranan seseorang tidak lepas dari pada statusnya. Dapat dikatakan bahwa peran itu merupakan aspek dinamis dari pada status, yaitu yang berupa segala cara, sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang di dalam hidup bermasyarakat sesuai dengan statusnya ( Wiyargi, 2008: 121 ).

Dengan demikian antara status dan peranan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tidak mungkin ada status tanpa ada peranan dan sebaliknya tidak mungkin ada peranan tanpa status. Dalam hal ini dilihat dari adanya peran organisasi Kompas USU sesuai dengan status Kompas sebagai sebuah organisasi yang bergerak pada kecintaan terhadap lingkungan hidup.

1.5.2 Teori Partisipasi Dalam Berorganisasi

Dalam menjalani kehidupan, manusia mempunyai beberapa kebutuhan seperti

kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, kebutuhan cita-cita dan lain-lain. Disamping itu mereka juga mempunyai berbagai keinginan yang selalu mereka usahakan guna memuaskan apa yang mereka butuhkan. Psikolog mengatakan bahwa individu mempunyai berbagai keinginan yang tidak terhingga. Keinginan ini belum pernah dapat terpenuhi sepenuhnya. Kenyataan yang ada hanya memperlihatkan bahwa


(26)

kebutuhan yang pertama menjadi penting sampai dapat dipenuhi. Setelah itu akan muncul kebutuhan kedua, ketiga dan seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut, setiap individu selalu akan terlibat dalam kehidupan bermasyarakat ataupun kehidupan berkelompok.

Partisipasi menurut Soerjono Soekanto (1993: 355) merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau kegiatan berasama dalam suatu situasi sosial tertentu. Partisipasi itu terdiri dari beberapa jenis diantaranya partisipasi sosial dan partisipasi politik. Partisipasi sosial merupakan derajat partisipasi individu dalam kehidupan sosial. Dalam hidup bersama atau berkelompok, manusia menginginkan penampilannya sebaik mungkin yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Kesemuanya itu akhirnya akan menimbulkan kehidupan berkelompok yang dinamakan kelompok sosial atau organisasi sosial. Keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi sosial biasanya disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor kepentingan, minat, kesadaran atas dasar sukarela dan lain-lain. Kepentingan-kepentingan itu tidak disalurkan melalui lembaga-lembaga sosial melainkan disalurkan melalui bentuk-bentuk persekutuan manusia yang relatif teratur dan formal.

Keterlibatan seseorang dalam berorganisasi atau berkelompok, ditentukan oleh adanya daya tarik. Daya tarik ini ditimbulkan oleh adanya interaksi antara sesama organisasi. Kesempatan berinteraksi ini secara langsung mempunyai pengaruh terhadap daya tarik dan pembentukan kelompok. Disamping itu, keterlibatan juga didasarkan atas teori kedekatan. Menurut teori ini, seseorang tersebut dapat


(27)

berhubungan dengan orang lain karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya. Yang terpenting dalam teori ini adalah bahwa kelompok-kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dan substansial dari orang-orang yang mengelompok tersebut

tanggal 5 Juni 2011 pukul 16:17 WIB).

Dalam suatu organisasi, baik organisasi formal, informal, sukarela, maupun bukan sukarela peran anggotanya dipandang penting. Arti pentingnya partisipasi anggota juga berkaitan dengan loyalitas anggotanya. Semakin tinggi partisipasi anggota semakin tinggi kecenderungan mereka menunjukkan loyalitas dan pada gilirannya loyalitas akan menghasilkan kohesi kelompok, selanjutnya kohesi kelompok ini akan mengakibatkan para anggota tetap setia tinggal sebagai anggota organisasi. Partisipasi juga ikut meningkatkan perasaan ikut memiliki yang menghasilkan suatu “we felling” atau rasa memiliki dengan organisasi. Setiap organisasi yang mempunyai anggota yang aktif berpartisipasi akan menyebabkan terjadi pertukaran pendapat, komunikasi yang lebih erat dan konflik argumentasi yang lebih menonjol yang pada gilirannya akan membawa serta pengembangan organisasi itu sendiri.

Partisipasi merupakan salah satu cara untuk memotivasi yang mempunyai ciri khas yang lain daripada yang lain. Hal ini disebabkan partisipasi lebih ditekankan pada segi psikologis daripada segi materi, artinya dengan jalan melibatkan seseorang didalamnya, maka orang tersebut akan ikut bertanggung jawab. Menurut Allport


(28)

(Sastropoetro, 1998 : 12), seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Ini berarti bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang didalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan tersebut. Dari beberapa definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa partisipasi memiliki tiga gagasan penting, yakni keterlibatan, kontribusi, dan tanggung jawab

2011 pukul 16:05 WIB).

Adapun dibawah ini penjelasan dari ketiga gagasan penting dari partisipasi organisasi, yaitu :

a. Keterlibatan mental dan emosional/inisiatif

Partisipasi berarti keterlibatan mental dan emosional yang tidak hanya berupa aktivitas fisik. Diri orang itu sendiri yang terlibat, bukan hanya keterampilannya. Keterlibatan ini bersifat psikologis tidak hanya fisik, seseorang yang berpartisipasi berarti terlibat egonya tidak hanya terlibat tugas.

b. Motivasi kontribusi

Gagasan kedua yang penting dalam partisipasi adalah memotivasi orang-orang yang memberikan kontribusi. Mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan sumber inisiatif dan kreativitasnya untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, partisipasi berbeda dari kesepakatan. Partisipasi lebih dari sekadar upaya untuk memperoleh kesepakatan atas sesuatu yang telah diputuskan. Partisipasi sangat


(29)

bernilai karena dapat meningkatkan motivasi dan membantu anggota untuk memahami dan menjelaskan mereka mencapai tujuan.

c. Tanggung jawab

Gagasan ketiga adalah partisipasi mendorong orang-orang untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok. Ini juga merupakan proses sosial yang melaluinya orang-orang menjadi terlibat sendiri dalam organisasi dan mau mewujudkan keberhasilannya. Pada saat orang-orang mau menerima tanggung jawab aktivitas kelompok, mereka melihat adanya peluang untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan, yaitu merasa bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaannya.

Teori lain, dikemukakan oleh George Hommans yang melihat keterlibatan itu didasarkan pada aktifitas-aktifitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan ataupun emosi). Ketiga elemen ini saling berhubungan secara langsung dengan alasan bahwa semakin banyak dilakukan aktifitas seseorang dengan hal yang berhubungan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka. Semakin banyak interaksi antara seseorang dengan yang lainnya, maka semakin banyak kemungkinan aktifitas dan sentimen yang ditularkan kepada orang lain. Dan yang terakhir, semakin banyak aktifitas yang ditularkan kepada orang lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak pula kemungkinan ditularkannya aktifitas-aktifitas dan interaksi-interaksi.

Sementara itu, menurut Helbert dan Ray keterlibatan seseorang dalam berorganisasi didasarkan pada keinginan untuk memuaskan tujuan-tujuan pribadinya.


(30)

Organisasi dapat menuntunnya untuk mencapai cita-citanya yang tidak dapat dicapai dengan sendirian. Dasar lainnya ialah karena organisasi merupakan mobilitas bagi usaha pencapaian tersebut. Menurut Abdulsyani keterlibatan seorang dalam kelompok didasarkan karena hasratnya untuk bersatu dengan manusia-manusia yang lain disekitarnya, karena naluri manusia itu ingin hidup bersama atas kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas.

Dalam usaha untuk memenuhi kehendak dan kepentingan tersebut, tidak dapat dilakukan sendirian melainkan harus dilakukan secara bersama-sama. Dengan demikian, proses untuk mencapai tujuan tersebut dapat melalui kerjasama dan berfikir

secara bersama-sama pula.

1.5.3 Manusia dan Lingkungan Hidup

Dalam perkembangan hidup manusia mulai sejak lahir sampai akhir hayatnya, manusia dibina oleh lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Tetapi dipihak lain, bagaimanapun kondisinya manusia juga mempengaruhi lingkungan disekitarnya. Dengan kata lain, antara manusia dan lingkungannya terjadi interaksi, dan interaksi ini dapat berlangsung positif dalam arti mengembangkan daya dukung lingkungan dalam menjamin hidupnya, tetapi dapat pula berlangsung negatif dengan pengertian merusak lingkungan tersebut.

Manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, mengadakan interaksi sesamanya dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Dari hasil interaksi tadi, maka diperoleh pangalaman yang mengembangkan nilai hubungan antar manusia dan


(31)

nilai hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Ditinjau dari kondisi lingkungan, manusia juga di satu pihak menjadi penjaga dan pelindung alam, tetapi dilain pihak dapat juga disebut sebagai perusak. Sifat dan sikap merusak lingkungan ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar kondisi lingkungan tidak menjadi bumerang bagi dirinya dan bagi umat manusia pada umumnya.

Dalam hal ini jika dikaitkan dengan harapan atas terciptanya manusia, semakin baik lingkungan tempat beradanya manusia, maka semakin besar kemungkinan manusia yang ada didalamnya untuk berperilaku baik. Kondisi yang sama dapat terjadi pada ilustrasi sebaliknya, oleh karena itu itu sebuah lingkungan memiliki arti yang sangat penting atas eksistensi manusia sebagai makhluk yang

memiliki multi potens

pada tanggal 25 Oktober 2010 pukul 10:01 WIB).

1.6 Hipotesis

Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian mengenai peran organisasi kompas USU dalam upaya meningkatkan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup adalah:

- Hipotesis Nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara

variabel independen (X) dan variabel dependen (Y), dalam hal ini yakni tidak adanya peran dari organisasi Kompas USU dalam membentuk tindakan sosial anggota sehingga meningkatkan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup tersebut. - Hipotesis Kerja (H1) adalah menyatakan adanya hubungan antara variabel


(32)

peran dari organisasi Kompas USU dalam membentuk tindakan sosial anggota sehingga meningkatkan partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup tersebut. 1.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian. Konsep sangat diperlukan dalam penelitian agar dapat menjadi masalah dan menghindari timbulnya kekacauan ataupun kesalahan-kesalahan yang dapat mengaburkan penelitian. Adapun konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah :

a. Peran

Peran adalah perilaku yang diharapkan dari suatu status. Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fungsi-fungsi apa saja yang dilakukan oleh Kompas sesuai dengan status Kompas sebagai sebuah organisasi yang bergerak pada kecintaan terhadap lingkungan hidup.

b. Organisasi

Organisasi adalah kumpulan sekelompok orang yang memiliki visi dan misi yang sama yang berkumpul dalam suatu wadah yang mempunyai program-program yang bermanfaat untuk anggotanya dan orang lain, dan berada dalam suatu struktur kepemimpinan yang jelas.

c. Kompas USU

Kompas USU adalah Korps Mahasiswa Pecinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup. Dalam hal ini Kompas merupakan suatu organisasi internal USU atau merupakan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) organisasi yang bergerak pada bentuk kecintaan terhadap lingkungan dan merupakan


(33)

organisasi minat dan bakat mahasiswa dibidang kepencintaalaman dan studi lingkungan hidup.

d. Partisipasi

Partisipasi adalah suatu proses identifikasi dalam suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu. Dalam hal ini yaitu partisipasi anggota Kompas USU dalam menjaga lingkungan hidup.

1.8 Operasional Variabel

a. Variabel Bebas ( Peran Organisasi Kompas USU ) dengan indikator : 1. Program kegiatan

Dalam hal ini, program kegiatan merupakan bentuk dari rangkaian-rangkaian kegiatan yang dilakukan Organisasi Kompas USU dalam pencapaian tujuannya. Adapun program kegiatan nya berupa :

• Sosialisasi pengetahuan dan pemahaman lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam hayati pada anggota Kompas USU seperti : diskusi lingkungan hidup dan seminar lingkungan hidup.

• Mengkoordinir kegiatan Hari Lingkungan Hidup dan lainnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup seperti : kegiatan daur ulang barang bekas dan kegiatan aksi damai menyuarakan lingkungan hidup.

• Monitoring, Evaluasi dan memberi solusi tentang masalah lingkungan hidup di Kompas USU seperti : kegiatan penyuluhan tentang lingkungan hidup.


(34)

• Aksi bersih Lingkungan

• Inventarisasi masalah konservasi sumber daya alam

2. Ketepatan sasaran

Dalam hal ini, ketepatan sasaran dapat dilihat dari terlaksananya kegiatan-kegiatan diatas dengan baik yakni yang dilakukan sesuai dengan program kerja Kompas USU.

b. Variabel Antara

1. Tindakan Sosial

Tindakan sosial adalah tindakan yang penuh arti dari individu yakni tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.

c. Variabel Terikat ( Partisipasi Anggota Menjaga Lingkungan Hidup ) dengan indikator :

1. Orientasi diri

Orientasi diri adalah suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Tujuan dari orientasi diri ini adalah menggerakkan seseorang agar muncul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu.


(35)

2. Internalisasi diri

Internalisasi adalah proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman. Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan disekelilingnya. Dan dalam hal ini yang dilihat apakah dengan adanya kegiatan-kegiatan Kompas USU yang kemudian dijalankan oleh anggota terinternalisasi ke diri individu tersebut.

3. Peningkatan kepekaan terhadap lingkungan hidup

Hal ini dapat dilihat dari adanya partisipasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup serta adanya kepedulian anggota terhadap lingkungan hidup yang diaplikasikan pada diri individu anggota tersebut yang kemudian disosialisasikan kepada orang lain dan sekitarnya.

1.9Bagan Operasional Variabel

BAB II

BAB II

TINDAKAN

SOSIAL

PARTISIPASI ANGGOTA

MENJAGA LINGKUNGAN

HIDUP

PERAN

ORGANISASI

KOMPAS USU


(36)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep lingkungan Hidup

Lingkungan hidup didefenisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Lingkungan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Lingkungan juga membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya.

Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya bersifat kompleks, karena pada umumnya dalam lingkungan hidup itu terdapat banyak unsur. Pengaruh terhadap suatu unsur akan merambat pada unsur lain.

Secara umum, lingkungan itu dibedakan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik atau organik, sedangkan jika ditelaah dari konsep ekologi manusia, lingkungan itu dibedakan antara lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya

- Lingkungan Abiotik, yaitu segala kondisi yang ada disekitar makhluk hidup yang bukan berupa organisme hidup seperti : batuan, tanah, mineral, udara, air, energi matahari, serta proses dan daya yang terjadi padanya. - Lingkungan Biotik, yaitu segala makhluk hidup mulai dari mikroorganisme

yang tidak dapat kita lihat secara kasat mata sampai kepada binatang dan tumbuh-tumbuhan raksasa yang ada disekitar kita atau makhluk lain yang


(37)

berpengaruh terhadap kehidupan dipermukaan bumi, manusia termasuk kedalam lingkungan biotik ini

- Lingkungan Alam, yaitu kondisi alamiah baik abiotik maupun biotik yang belum banyak dipengaruhi oleh tangan manusia yang berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia.

- Lingkungan Sosial, yaitu manusia baik secara individu maupun kelompok yang ada diluar diri kita. Keluarga, teman, tetangga, penduduk sekampung, sampai manusia antar bangsa, merupakan lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan kehidupan kita.

- Lingkungan Budaya, yaitu segala kondisi baik yang berupa materi maupun non materi yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas, kreativitas dan penciptaan yang berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia. Lingkungan budaya yang berupa benda atau materi meliputi bangunan, peralatan, senjata, pakaian, dan sebagainya.

Menurut Soerjono Soekanto (

dibedakan dalam kategori-kategori sebagai berikut:

- Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada disekeliling manusia. - Lingkungan biologi, yakni segala sesuatu disekeliling manusia yang berupa


(38)

- Lingkungan sosial yang terdiri dari orang-orang, baik individual maupun kelompok yang berada di sekita manusia.

2.2 Lembaga Sosial

Dalam pengertian sosiologis, lembaga dapat digambarkan sebagai suatu organ yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Lembaga Sosial adalah keseluruhan dari sistem norma yang terbentuk berdasarkan tujuan dan fungsi tertentu dalam masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi lembaga itu mempunyai tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Lembaga itu tidak hanya melibatkan pola aktivitas yang lahir dari segi sosial untuk memenuhi keperluan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya. Kebutuhan itu antara lain: mencari rezeki, memenuhi keperluan, menjaga ketertiban, dan lain sebagainya. Dengan demikian lembaga mencakup berbagai aspek, yaitu kebiasaan, tata kelakuan, norma atau kaidah hukum. Hal ini berarti istilah lembaga merupakan kumpulan dari berbagai cara berperilaku yang diakui oleh anggota masyarakat sebagai sarana untuk mengatur hubungan-hubungan sosial.

Terjadinya lembaga sosial bermula dari tumbuhnya suatu kekuatan ikatan hubungan antar manusia dalam suatu masyarakat. Ikatan hubungan antar manusia tersebut sangat erat kaitannya dengan keberlakuan suatu norma sebagai patokan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan rasa keindahan, keadilan, pendidikan, ketentraman keluarga, dan sebagainya. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa tumbuhnya lembaga sosial oleh karena manusia dalam hidupnya


(39)

memerlukan keteraturan, maka dirumuskan norma-norma dalam masyarakat. Mula-mula norma tersebut secara tidak disengaja, namun lama-kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar ( Syani, 2007 : 75-77 ).

Keberadaan lembaga sosial selalu melekat pada setiap masyarakat. Hal ini disebabkan karena setiap masyarakat pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan, maka akan terhimpun menjadi lembaga sosial. Lembaga sosial ini merupakan adanya himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat. Lembaga sosial dapat dikatakan tumbuh sejalan dengan kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena dalam hidupnya manusia memerlukan keteraturan. Oleh karena itu, maka dirumuskan norma-norma dalam masyarakat ( Basrowi, 2005 : 94 ).

Adapun lembaga sosial ini dalam kehidupan masyarakat memiliki fungsi untuk memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bersikap atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau berkembang di lingkungan masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan, menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan, dan memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap

anggota-anggotanya

2.3 Organisasi Sosial

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri namun


(40)

tergantung pada orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Dalam hubungannya dengan manusia lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain, karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Manusia menurut kodratnya itu dilahirkan untuk menjadi bagian dari suatu kebulatan masyarakat. Dengan demikian manusia itu merupakan bagian dari suatu organisasi sosial.

Landasan dari adanya hasrat untuk selalu berada dalam kesatuan dengan orang lain adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang mendasar dan kebutuhan sosial maupun kebutuhan intergratif. Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam, dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan sosial tertentu dengan sebaik-baiknya.

Manusia sejak dilahirkan mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu; 1) keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya yaitu masyarakat dan 2) keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut diatas, manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Organisasi sosial atau social organization didalam kehidupan manusia ini, merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruh- mempengaruhi dan juga suatu pertanyaan, apakah setiap himpunan manusia dapat dinamakan kelompok


(41)

sosial? untuk itu, diperlukan beberapa persyaratan tertentu, antara lain; 1) adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan, 2) adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, 3) adanya faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama, 4) berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku, 5) bersistem dan berproses

Senin 11 Juli 2011 pukul 14:11).

Istilah organisasi secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu kesatuan orang-orang yang tersusun dengan teratur berdasarkan pembagian tugas tertentu. Istilah sosial berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan manusia dalam masyarakat. Organisasi sosial yang merupakan gabungan dari kedua istilah tersebut dapat diartikan sebagai suatu susunan atau struktur dari berbagai hubungan antar manusia yang terjadi dalam masyarakat, dimana hubungan tersebut merupakan suatu kesatuan yang teratur. Secara luas organisasi sosial diartikan sebagai jaringan tingkah laku manusia dalam ruang lingkup yang kompleks pada setiap masyarakat. Secara ringkas organisasi sosial dapat didefenisikan sebagai suatu rangkaian pelapisan terstruktur hubungan antar manusia yang saling ketergantungan ( Syani, 2007 : 115 ).

Organisasi sosial adalah dimana terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok-kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor-faktor itu yang terdiri dari


(42)

kepentingan yang sama, ideologi yang sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu.

Menurut JBAF Maijor Polak bahwa organisasi sosial dalam arti sebagai sebuah asosiasi adalah sekelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu, kepentingan tertentu, menyelenggarakan kegemaran tertentu atau minat-minat tertentu. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto organisasi sosial adalah kesatuan-kesatuan hidup atas dasar kepentingan yang sama dengan organisasi yang tetap sebagai sebuah asosiasi. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi sosial berdasarkan pendekatan sosiologi adalah organisasi sosial sebagai sebuah asosiasi, yaitu sekelompok manusia yang mempunyai tujuan, kepentingan, kegemaran, minat yang sama dan membentuk sebuah organisasi yang

tetap

pada Senin 11 Juli 2011 pukul 14:11).

Terbentuknya suatu organisasi sosial, pada mulanya karena adanya desakan minat dan kepentingan individu dalam masyarakat. Kepentingan-kepentingan itu tidak disalurkan melalui lembaga-lembaga sosial, melainkan disalurkan melalui bentuk persekutuan manusia yang relatif lebih teratur dan formal. Dalam hal ini sama halnya dengan terbentuknya Kompas USU yakni karena pada mulanya berawal dari ide beberapa orang mahasiswa USU dari berbagai fakultas. Ketika itu USU sebagai sebuah universitas terbesar di Sumatera Utara belum punya wadah penyalur hobi dan minat mahasiswa, khususnya dalam bidang pecinta alam dan studi lingkungan hidup.


(43)

Didalam suatu organisasi sosial terdapat proses yang dinamis, dimana hubungan antar manusia didalamnya senantiasa berubah-ubah, tindakan masing-masing orang terhadap orang lain selalu berulang-ulang dan terkoordinasi. Namun demikian dalam organisasi sosial mencerminkan pula suatu pola tingkah laku yang terstruktur dalam setiap proses perubahannya. Jadi organisasi sosial, disamping sebagai suatu kondisi yang bersifat dinamis, juga sebagai kondisi yang bersifat struktural ( Syani, 2007 : 115-116 ).

Bentuk dan struktur organisasi merupakan tempat yang memungkinkan bagi pengembangan aktivitas manusia dengan berbagai aturan yang diakui bersama. Dikatakan demikian oleh karena waktu, tempat dan keadaan tertentu dalam rangka memprediksi tujuannya, sudah ditetapkan secara jelas dan diupayakan setidaknya setiap anggota memahami tujuan organisasinya. Dalam hal ini terbentuknya Kompas USU dengan membawa tujuan organisasi yaitu membina insan akademis yang sadar, mampu dan bertanggung jawab melestarikan alam sebagai lingkungan hidup yang sehat.

Dalam organisasi sosial, anggota-anggotanya tersusun ( terstruktur ) secara sistematis, masing-masing mempunyai status dan peranan yang bersifat formal, masing-masing memelihara dan berusaha bersama untuk mencapai tujuan bersama. Setiap organisasi mempunyai perannya tersendiri dalam kaitannya untuk mencapai tujuannya. Dapat diketahui sebelumnya bahwa peran adalah adanya sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang atau kelompok berdasarkan posisinya di masyarakat. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan peran Kompas USU


(44)

dalam meningkatkan partisispasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup maka dapat dilihat dari program kegiatan organisasi Kompas serta implementasinya.

Adapun yang menjadi ciri-ciri dari organisasi s`osial adalah :

1. Rumusan batas-batas operasionalnya (organisasi) jelas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.

2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.

3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.

4. Adanya norma atau aturan yang mengikat hubungan antar individu.

2.4 Gerakan Lingkungan dan Pecinta Alam

2.4.1 Gerakan Lingkungan dan Gerakan Sosial

Sejarah gerakan lingkungan hidup di dunia dimulai pada kurun waktu antara 1970-1980 tepatnya ketika pada tanggal 22 April 1970 diadakan perayaan Hari Bumi. Ini merupakan peristiwa awal lahirnya gerakan lingkungan yang diperingati sampai


(45)

saat ini dan mulai saat itu pula gerakan-gerakan lingkungan di Amerika mengalami perubahan dimana persoalan lingkungan menjadi hal yang paling penting dan sangat diperhatikan, kemudian terjadinya penggabungan organisasi-organisasi lingkungan hidup.

Pada tahun 1980-1988 terjadi perubahan dimana gerakan lingkungan kehilangan ciri spontanitasnya sebagai simbol dari semakin besarnya tingkat pergantian cara pendekatan, kemudian pada kurun waktu 1988-1992 dimana pada saat itu terjadi bencana-bencana yang menimpa lingkungan dengan semakin banyak kasus hujan asam, limbah radioaktif, rekayasa genetik, punahnya spesies langka dan sebagainya. Pada tahun 1990 ketika diadakan peringatan Hari Bumi secara besar-besaran merupakan tonggak/titik puncak dan kesadaran baru tentang gerakan lingkungan (24 April 1990 dirayakan di 140 negara).

Adapun sejarah gerakan lingkungan hidup di Indonesia dapat dilihat setelah masa kepemimpinan Soekarno (Orde lama) beralih pada masa Soeharto (Orde Baru) yang tidak pernah berpihak pada lingkungan. Dimana pada masa itu pemerintah cenderung pada persoalan ekonomi pembangunan, sedangkan persoalan lingkungan dikesampingkan demi peningkatan ekonomi. Masa kepemimpinan Soekarno dimana pada saat itu penerapan politik lingkungan hidup kerakyatan ( paham ecopopulism) merupakan gerakan lingkungan hidup, seperti perusahaan-perusahaan asing dinasionalisasikan dan lahan-lahan kritis segera diselamatkan (pembentukan panitia penyelemat hutan, tanah dan air). Pada masa kepemimpinan Soeharto lahir paham


(46)

bagi peningkatan ekonomi untuk membuka jalan bagi investasi asing (muncul UU Penanaman Modal Asing).

Dengan adanya UUPMA ini memberikan andil yang sangat besar sekali terhadap perubahan lingkungan di Indonesia dimana negara-negara pemodal bebas mengeksplorasi (memanfaatkan sumber daya alam dengan bebas untuk kepentingan ekonomi (terutama untuk pemilik modal) maka yang terjadi adalah kerusakan lingkungan, sehingga pada masa kurun waktu 1970-1984 muncullah gerakan lingkungan di Indonesia (organisasi-organisasi lingkungan di Indonesia). Salah satu organisasi yang muncul pada saat itu adalah Mapala UI (tanun 1970-an) yang berbasis mahasiswa yang masih bertahan sampai sekarang, dan setelah itu mulailah muncul lembaga-lembaga pusat studi lingkungan hidup, kemudian pada tahun 1970-an dan 1980-an muncullah ormas-ormas baru, seperti WALHI (Wahana Lingkungan hidup Indonesia) , FISKA (Forum Indonesia untuk swadaya di Bidang Kependudukan), HKTI (Himpunan Kerukunan ’Tani Indonesia), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNS), KNPI (komite Nasional Pemuda Indonesia), dan lain

sebagainya diakses

pada Jumat 15 Juli 2011 pukul 18:06 WIB).

Gerakan lingkungan hidup (environmental movement) dikenal juga dengan berbagai nama, seperti environmentalisme dan environmental activism. Ketiga istilah yang tampak sejenis tersebut digunakan secara berbeda dari satu wacana ke wacana yang lain, namun pada hakekatnya menggambarkan satu fenomena yang sama, yakni gerakan sosial yang fokus bergerak dibidang perlindungan, pelestarian, dan keadilan


(47)

lingkungan hidup. Meskipun berada dalam satu wadah besar terdapat beragam aliran pemikiran dalam gerakan lingkungan. Keragaman tersebut tercermin pula pada pilihan-pilihan aksi, praksis, ataupun metode gerakan mereka sendiri, sebuah kondisi yang membuat aktivisme lingkungan bisa mewujud dalam beragam nada dan warna.

Gerakan lingkungan hidup bisa dilihat sebagai bagian dari perilaku bersama (collective behavior) yang secara formal mewujud dalam bentuk berbagai kelompok dan organisasi lingkungan. Mekanisme collective action yang bekerja mampu mempengaruhi faktor-faktor cost and benefits yang membuat seseorang memutuskan untuk bergabung dan terus terlibat dalam gerakan lingkungan. Faktor-faktor pendorong tersebut penting untuk dipahami karena kelompok dan organisasi lingkungan hidup pada dasarnya tergolong sebagai organisasi sukarela (voluntary organizations), yakni kelompok-kelompok formal yang anggotanya berasal dari individu-individu yang bergabung secara sukarela; tanpa paksaan, tanpa alasan-alasan komersial; untuk memajukan sejumlah tujuan bersama. Definisi diatas sejalan dengan pembahasan definisi gerakan sosial, yakni menekankan perbedaan organisasi-organisasi dalam

gerakan lingkungan dengan organisasi komersial

Adapun dalam teori gerakan sosial, gerakan sosial terjadi apabila sekelompok individu terlibat dalam suatu usaha yang terorganisir baik untuk merubah ataupun mempertahankan unsur tertentu dari masyarakat yang lebih luas. Adapun karakteristik dari gerakan sosial yakni adanya pengenalan sasaran, rencana-rencana


(48)

untuk mencapai sasaran, dan adanya ideologi. Gerakan sosial pada umumnya memiliki rangkaian sasaran yang luas yang ditetapkan dengan jelas. Gerakan sosial yang bertujuan memperbaiki kondisi hidup satu kelompok masyarakat harus merumuskan semua tujuannya secara terperinci dan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan itu sangat bervariasi. Ideologi gerakan sosial adalah sesuatu yang dapat mempersatukan para anggotanya.

Pandangan menyeluruh tentang elemen-elemen dalam gerakan lingkungan yakni ada tiga komponen gerakan lingkungan yaitu (1) “aktivis lingkungan publik”, yaitu sebagian besar orang yang concerned untuk memperbaiki kondisi lingkungan disekitar mereka (2) aktivis lingkungan terorganisir atau sukarela seperti WALHI dan Greenpeace, (3) organisasi gerakan lingkungan institusional”, yaitu birokrasi publik yang memiliki yurisdiksi terhadap kebijakan lingkungan. Istilah “gerakan lingkungan” melihat bahwa gerakan lingkungan terdiri dari dua elemen, yaitu (1), kelompok-kelompok lingkungan, sebagai perwujudan organisasional dari gerakan lingkungan; dan (2) attentive public, orang-orang yang meski tidak bergabung ke salah satu kelompok lingkungan, tapi sama-sama mempercayai dan mempraktekkan nilai-nilai environmentalisme. Orang-orang “awam” ini bisa siapa saja, mereka adalah orang-orang yang mengekspresikan kepedulian mereka terhadap lingkungan hidup melalui pandangan pribadi mereka, perilaku dan gaya hidup mereka.

Dalam sudut pandang sosiologis atau perspektif gerakan sosial melihat kemunculan gerakan atau kelompok lingkungan berhubungan erat dengan perubahan nilai-nilai dan struktur sosial dalam masyarakat. Keduanya melihat kemunculan


(49)

gerakan lingkungan hidup memiliki kemiripan dengan latar belakang kemunculan gerakan sosial, yakni lahir dari ketidakpuasan terhadap sejumlah nilai- nilai yang selama ini dianut masyarakat dan mewakili upaya-upaya kolektif untuk menginstitusionalkan nilai-nilai alternatif. Ketidakpuasan masyarakat misalnya adalah keprihatinan akan hilangnya tempat-tempat alami, kekecewaan terhadap pengaruh industrialisme pada kehidupan perkotaan, keinginan untuk menjauh dari kota dan kembali ke suasana pedesaan, dan pandangan terhadap alam sebagai sumber pencerahan spiritual, moral, dan estetis. Selain itu, meluasnya nilai-nilai pro-lingkungan diduga ikut didorong faktor-faktor seperti pertumbuhan kelompok pekerjaan yang dekat dan sering bersentuhan dengan isu-isu lingkungan serta adanya peningkatan standar kehidupan –yang tampaknya telah memungkinkan sebagian orang untuk mulai berpikir tentang nilai-nilai dan hal-hal non-material

2.4.2 Kelompok Pecinta Alam

Kelompok pecinta alam merupakan salah satu kelompok yang mempunyai bentuk kegiatan dalam rangka membina anggota atau masyarakat untuk lebih mencintai alam dan lingkungannya. Disamping itu, kelompok pecinta alam juga berfungsi sebagai media untuk menyebarkan informasi, penyegaran dan pembahasan masalah-masalah yang berkaitan dengan upaya-upaya konservasi sumber daya alam.


(50)

Selama ini kelompok atau perkumpulan pecinta alam lebih dikenal dalam lingkungan pemuda, khususnya para pelajar dan mahasiswa. Melalui wadah tersebut mereka melakukan kegiatan rekreasi serta mencari tantangan atau petualangan di alam bebas, kegiatan tersebut biasanya dilakukan pada hari-hari libur atau liburan semester. Kelompok pecinta alam tersebut sebagian besar anggotanya dari unsur generasi muda yang biasanya tumbuh dan berkembang secara swadaya dengan aktivitas yang berbeda-beda, sampai saat ini belum ada ketentuan yang mengatur organisasi pecinta alam baik mengenai kriteria organisasi maupun syarat-syarat pembentukannya. Karena itu organisasi pecinta alam menjadi sangat bervariasi dan kadang-kadang mudah sekali memudar atau tidak aktif sehingga pemerintah sulit

untuk mengadakan monitoring dan pembinaan secara maksimal

Pecinta alam di Indonesia saat ini belum dirasakan sebagai salah satu akar gerakan lingkungan, terbukti dalam korelasinya saat ini dengan banyaknya kelompok pecinta alam seiring pula dengan kerusakan yang tidak terkendali. Dimanakah letak penyimpangan ini karena keberadaan pecinta alam dalam tataran yang ideal dapat menumbuhkembangkan generasi yang peduli lingkungan. Ini patut dikembangkan baik dalam pola gerakan maupun pengembangan organisasinya. Model gerakan lingkungan yang berasal dari pecinta alam pada periode kelahirannya lebih menekankan pada kecintaan terhadap alam yang diwujudkan dengan naik gunung, camping, pelatihan konservasi, dan penghijauan di lereng-lereng gunung


(51)

Ketika kita menoleh kebelakang melihat sejarah asal mula terbentuknya organsasi ini di Indonesia maka dapat dikatakan bahwa pecinta alam Indonesia ini berawal dari sekedar aktifitas untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan dalam menghadapi suatu kondisi masyarakat pada saat itu yang kurang beruntung dari kebijakan pemerintah. Sekelompok pemuda dari kalangan kampus (Universitas Indonesia) yang aktif menyuarakan aspirasi masyarakat, disaat mereka lelah dengan aktifitas kemahasiswaan (demonstrasi, diskusi politik dan lain-lain) mereka melakukan kegiatan mendaki gunung, berawal dari sini sehingga mereka membentuk organisasi mahasiswa pecinta alam.

Dalam hal ini Kompas USU adalah organisasi yang bergerak dibidang pecinta alam dan studi lingkungan hidup. Sebuah organisasi yang potensial dalam membangun dan menjaga lingkungan hidup yang kini semakin rusak. Dengan adanya organisasi tersebut, sebenarnya penglibatan para pecinta lingkungan dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup sangat ideal, oleh karena itu perlu disadari dan menjadi catatan bersama bahwa penglibatan pecinta lingkungan dalam melestarikan alam sejak dini sangat penting dan sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan lingkungan, sekarang dan yang akan datang.

Peranan pemuda juga sangat penting sebagai generasi penerus yang akan mewarisi lingkungan hidup yang baik. Diharapkan masyarakat akan mendorong adanya kader-kader perintis dalam lingkungan hidup yang lahir dari kalangan ge-nerasi muda sehingga pembangunan yang berkelanjutan ini sejalan pula dengan terpeliharanya kelestarian lingkungan, misalnya dengan kegiatan karya wisata di alam


(52)

bebas merupakan salah satu program yang mendekatkan generasi muda dengan lingkungan hidup.

Salah satu cara yang ditempuh untuk melibatkan peranan pemuda yaitu melalui pecinta alam dan lingkungan dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah pada studi lingkungan hidup. Melibatkan pecinta lingkungan dalam kegiatan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Mulai dari langkah-langkah untuk menjaga kebersihan, tata cara pelestarian serta manfaat-manfaat dari lingkungan yang bersih, dan ini juga bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang bertujuan menjaga kelestarian lingkungan hidup, maka kebiasaan ini mulai terinternalisasi kedalam diri individu atau pecinta lingkungan tersebut. Untuk berpartisipasi lebih jauh lagi mungkin dengan melakukan sosialisasi tentang kesadaran akan lingkungan hidup dan kepedulian terhadap kondisi lingkungan yang sudah sangat memprihatin kan saat ini kepada masyarakat.

Isu gerakan lingkungan dalam tubuh pecinta alam baik itu mapala (mahasiswa pecinta alam), sispala (siswa pecinta alam), atau organisasi pecinta alam umum lainnya belum memperlihatkan sebuah sinergi gerakan lingkungan yang dinamis. Saat ini lebih banyak pada kegiatan-kegiatan alam terbuka seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan beragam kegiatan lainnya yang lebih memperlihatkan corak penggiat alam terbuka.


(53)

Dalam konteks gerakan lingkungan pecinta alam sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting terutama untuk pembinaan dan usaha menumbuhkembangkan generasi yang peduli lingkungan serta tangguh dalam setiap kondisi alam, hal ini bisa dipupuk dalam kegiatan pendidikan dasar pecinta alam. George Junus Aditjondro dalam bukunya Pola-Pola Gerakan Lingkungan mengatakan, terdapat tiga komponen gerakan lingkungan yaitu pertama, aktivis lingkungan publik yaitu orang yang concerned untuk memperbaiki kondisi lingkungan disekitar mereka. Kedua, aktifis lingkungan terorganisir atau sukarela yaitu organisasi seperti Sierra Club atau Enviromental Defense Fund di Amerika Serikat atau WALHI dan SKEPHI di Indonesia. Ketiga, organisasi lingkungan institusional yaitu birokrasi publik ynag menangani yurisdiksi terhadap kebijakan sosial lingkungan atau yang terkait dengan lingkungan seperti kantor menteri negara

kependudukan dan lingkungan hidup

pukul 04.32 WIB).

Pecinta alam sebagai organisasi yang bergerak dalam dunia lingkungan dan alam pada hakikatnya berada dalam gerakan enviromentalisme (wawasan lingkungan) yang dalam pengertian lebih luas lagi adalah suatu paham yang menempatkan lingkungan hidup sebagai pola dan gerakannya. Akar gerakan lingkungan dalam pecinta alam sebagai organisasi sukarela dengan pembinaan yang ketat bagi anggota barunya dapat menumbuhkan sikap yang kritis dari setiap anggota anggotanya.


(54)

Dampak pendidikan dasar dari kelompok – kelompok pecinta alam ini hanya terbatas pada anggotanya sendiri, sementara perubahan kearah kepedulian yang lebih radikal terhadap lingkungan belum menyentuh ke masyarakat luas walaupun banyak LSM yang berperan di dalamnya, akan tetapi tidak jarang juga pecinta alam yang terjun langsung memberikan penyadaran lingkungan seperti aksi bersih sungai,

penanaman pohon, dan lain sebagainya

pukul 04.32 WIB ).

2.5 Teori Tindakan Sosial ( Social Action )

Weber dalam buku Sunarto, 2004:12 sebagai pengemuka dari paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu, yang dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang lain maka itu bukan merupakan tindakan sosial. Tindakan seseorang melemparkan batu ke dalam sungai bukan tindakan sosial. Akan tetapi, tindakan tersebut dapat berubah menjadi tindakan sosial kalau dengan melemparkan batu tersebut dimaksudkan untuk menimbulkan reaksi dari orang lain.


(55)

Menurut Marx Weber, tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Dan suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya ( Sunarto, 2004: 12 ).

Dalam pembahasan tindakan sosial, tidak selalu dan semua perilaku dapat dimengerti sebagai suatu manifestasi rasionalitas. Menurut Marx Weber, metode yang bisa dipergunakan untuk memahami arti-arti subjektif tindakan sosial seseorang adalah dengan verstehen. Istilah ini tidak hanya merupakan introspeksi diri sendiri, bukan tindakan subjektif orang lain. Sebaliknya, apa yang dimaksud Weber dengan

verstehen adalah kemampuan untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan

diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu ( Narwoko, 2008: 18 ).

Suatu tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Sosiologi bertujuan untuk memahami (verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya, maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan sosial harus dapat membayangkan dirinya ditempat pelaku untuk dapat ikut menghayati


(56)

Marx Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat ( Narwoko, 2008: 19 ). Keempat jenis tindakan sosial itu adalah :

• Rasionalitas Instrumental. Disini tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.

• Rasionalitas Orientasi Nilai. Dalam tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Artinya, nilai-nilai itu merupakan nilai-nilai akhir bagi individu yang bersangkutan dan bersifat nonrasional, sehingga tidak memperhitungkan alternatif.

• Tindakan Tradisional. Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.

• Tindakan Afektif. Tipe ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perancanaan sadar. Tindakan afektif ini sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu.

Marx Weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial yang diutarakan adalah merupakan tipe ideal dan jarang bisa ditemukan dalam kenyataan. Akan tetapi, terlepas dari persoalan itu, apa yang hendak disampaikan Weber adalah bahwa


(57)

tindakan sosial apa pun wujudnya hanya dapat dimengerti menurut arti subjektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu. Untuk mengetahui arti subjektif dan motivasi individu yang bertindak, yang diperlukan adalah kemampuan untuk berempati pada peranan orang lain.

Bagi Weber, dunia terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukannya dan ditujukan untuk mencapai apa yang mereka inginkan/kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan. Perhatian Weber pada teori-teori tindakan berorientasi tujuan dan motivasi pelaku, tidak berarti bahwa ia hanya tertarik pada kelompok kecil, dalam hal ini interaksi spesifik antar individu.

Weber berpendapat bahwa bisa membandingkan struktur beberapa masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat tersebut bertindak, kejadian historis (masa lalu) yang mempengaruhi karakter mereka, dan memahami tindakan para pelakunya yang hidup dimasa kini, tetapi tidak mungkin menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur sosial. diakses pada tanggal 20 Januari 2011, Selasa pukul 13:05 WIB.

2.6 Teori Aksi ( Action Theory )

Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber. Dalam hal ini ada beberapa asumsi fundamental teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk pada karya Mac Iver, Znanicki dan Parsons sebagai berikut:


(58)

 Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.

 Sebagai subyek manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, tindakan manusia bukan tanpa tujuan-tujuan.

 Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

 Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.

 Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan sedang, dan yang telah dilakukannya ( Ritzer, 2002: 46 ).

Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behavour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu.

Sebagian besar para sosiolog memusatkan perhatian mereka kepada persoalan makroskopik evolusi sosial. Meskipun mereka juga mendiskusikan tindakan aktif dan pandangan kreatif manusia, namun pandangan mereka cenderung melihat kehidupan bermasyarakat sebagai memberikan tekanan kekuasaan terhadap perilaku individu.


(59)

Jadi menilai individu kurang memiliki keaktifan dan pemikiran kreatif sebagaimana dinilai oleh penganut teori aksi modern.

Talcott Parsons menjelaskan bahwa teori aksi memang tidak dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan dengan unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa unsur-unsur yang mendasar itu tidak berurusan dengan keseluruhan struktur sosial. Parsons dalam hal ini menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:

• Adanya individu selaku aktor.

• Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

• Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. • Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang membatasi

tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.

• Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan ( Ritzer, 2002: 48 ).

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarism,


(60)

yakni kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.

Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Aktor adalah manusia yang aktif, kreatif, dan evaluatif ( Ritzer, 2002: 49 ).

Dalam hal ini, jika dikaitkan dengan lingkungan sekarang ini menurut Talcott Parsons dengan mengacu pada teori aksi dalam upaya mengatasi permasalahan lingkungan yakni dapat dilakukan dan dilihat mengacu pada pendekatan individu, dinyatakan bahwa baik buruk lingkungan tergantung pada perilaku individu. Mengadaptasi dari Parsons, dapat dinyatakan bahwa individu bisa melakukan peran penting baik itu merusak maupun memelihara lingkungan sebab individu memiliki peran voluntaristik ( Dwi Susilo, 2008: 178 ).

Kajian pertama Parsons memaparkan adanya “teori aksi positivistik”, yang secara keseluruhan merupakan ilustrasi polemik pada positivistik. Menurut Parsons,

secara sederhana teori aksi positivism dapat digambarkan ; (1) tekanan pada rasional, (2) identifikasi rasional dalam prosedur ilmu pengetahuan modern, (3) analisis

beberapa elemen dalam satu bentuk dari kesatuan perilaku, (4) tujuan aksi yang diberikan dari beberapa para pelakunya, (5) perlakuan yang irrasional dalam pengetahuan. Adapun elemen-elemen sistem general dari suatu aksi adalah :


(61)

keturunan dan linngkungan, maksud dan tujuan, nilai akhir, dan hubungan dari elemen dengan faktor normatif ( Bachtiar, 2006: 311 ).

Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian dari masing-masing individu tersebut. Talcott Parsons juga melakukan klasifikasi tentang tipe peranan dalam suatu sistem sosial yang disebutnya Pattern Variables, yang didalamnya berisi tentang interaksi yang avektif, berorientasi pada diri sendiri dan

orientasi kelompok.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperoleh data dari lapangan dalam bentuk angka yang kemudian dianalisis.

Studi deskriptif dalam hal ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut ( Bungin, 2009: 36 ).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor sekretariat Kompas USU Jl. Alumni no.2 Kampus USU Padang Bulan, Medan 20155. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan diantaranya adalah lokasi tersebut dianggap sesuai dengan judul dan permasalahan penelitian, sehingga diharapkan mampu menjawab permasalahan penelitian.

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel


(1)

24. Setelah bergabung dengan Kompas USU, apakah yang menjadi tujuan awal saudara/i bergabung tercapai ?

a. Sudah tercapai b. Belum tercapai c. Tidak tercapai

25. Terkait dengan tujuan yang tercapai, apakah saudara/i puas dengan apa yang sudah didapatkan di Kompas USU ?

a. Sangat puas b. Puas

c. Kurang puas d. Tidak puas

26. Dari beberapa program kegiatan Kompas USU dibawah ini, kegiatan mana yang paling saudara/i suka ?

a. Penyuluhan dan aksi damai menyuarakan lingkungan hidup b. Aksi bersih lingkungan sungai

c. Penanaman bibit dan pohon d. Konservasi sumber daya alam

e. Diskusi & seminar tentang lingkungan hidup

27. Mengapa saudara/i memilih pilihan tersebut ? a. Karena mencintai lingkungan

b. Karena ingin jalan-jalan c. Karena menjalankan program

28. Apakah kegiatan Kompas USU yang pernah saudar/i ikuti ada yang membatin atau terinternalisasi ke dalam diri saudara/i ?


(2)

V. PARTISIPASI ANGGOTA MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP ( Variabel Terikat )

29. Apakah ada manfaat saudara/i bergabung dengan Kompas USU dalam meningkatkan partisipasi saudara/i untuk menjaga lingkungan hidup ?

a. Ada b. Tidak ada

30. Apakah dengan bergabungnya saudara/i di Kompas USU dapat memperluas wawasan saudara/i tentang lingkungan hidup ?

a. Ya b. Tidak

31. Dengan adanya kegiatan-kegiatan Kompas USU yang telah dilakukan, apakah hal ini meningkatkan partisipasi saudara/i dalam menjaga lingkungan hidup ?

a. Ya b. Tidak

32. Setelah bergabung menjadi anggota Kompas USU, apakah ada perubahan dalam sikap saudara/i untuk peduli terhadap lingkungan hidup ?

a. Ada b. Tidak ada

33. Bagaimana peningkatan partisipasi saudara/i dalam menjaga lingkungan hidup pada saat ini jika dibandingkan dengan sebelum bergabung di Kompas USU ? a. Sangat Meningkat


(3)

LAMPIRAN

Gambar 1

Halaman depan kantor Sekretariat Kompas USU

Gambar 2

Kegiatan aksi penanaman bibit pohon di sekitar USU dalam rangka memperingati Hari Penanaman Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional


(4)

Gambar 3

Kegiatan aksi bersih lingkungan Sungai Babura

Gambar 4


(5)

Gambar 5

Kegiatan Kompas USU bersama 17 Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Sumatera Utara tahun pada 2010

Gambar 6

Aksi sepeda keliling kota dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia


(6)

Gambar 7

Kegiatan pelatihan daur ulang kertas yang dilakukan di Pendopo USU dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Gambar 8


Dokumen yang terkait

Gaya Hidup Mahasiswa Kost (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Sosiologi Kost FISIP USU)

34 168 122

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Peranan organisasi pecinta alam dalam meningkatkan kesadaran lingkungan hidup di kampus: studi kasus terhadap organisasi pecinta alam upi bandung.

3 11 38

Partisipasi, Mahasiswa Pencinta Alam, Pelestarian Lingkungan Hidup.

0 27 36

Peranan organisasi pecinta alam dalam meningkatkan kesadaran lingkungan hidup di kampus: studi kasus terhadap organisasi pecinta alam upi bandung - repository UPI S PKN 1000558 Title

0 0 4

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

0 0 11

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

0 0 2

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

0 0 13

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

2 19 30

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

1 3 3