tindakan sosial apa pun wujudnya hanya dapat dimengerti menurut arti subjektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu. Untuk mengetahui arti subjektif
dan motivasi individu yang bertindak, yang diperlukan adalah kemampuan untuk berempati pada peranan orang lain.
Bagi Weber, dunia terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukannya dan ditujukan untuk
mencapai apa yang mereka inginkankehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan. Perhatian Weber pada teori-
teori tindakan berorientasi tujuan dan motivasi pelaku, tidak berarti bahwa ia hanya tertarik pada kelompok kecil, dalam hal ini interaksi spesifik antar individu.
Weber berpendapat bahwa bisa membandingkan struktur beberapa masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat tersebut bertindak,
kejadian historis masa lalu yang mempengaruhi karakter mereka, dan memahami tindakan para pelakunya yang hidup dimasa kini, tetapi tidak mungkin
menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur sosial. http:ilhamfadli.blogspot.com200902paradigma-sosiologi-teori-sosiologi.html
diakses pada tanggal 20 Januari 2011, Selasa pukul 13:05 WIB.
2.6 Teori Aksi Action Theory
Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber. Dalam hal ini ada beberapa asumsi fundamental teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk pada
karya Mac Iver, Znanicki dan Parsons sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dari
situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
Sebagai subyek manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu, tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta
perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.
Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan
sedang, dan yang telah dilakukannya Ritzer, 2002: 46 .
Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksiaction itu bukan perilakubehavour. Aksi merupakan tindakan mekanis
terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu
melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan
mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu.
Sebagian besar para sosiolog memusatkan perhatian mereka kepada persoalan makroskopik evolusi sosial. Meskipun mereka juga mendiskusikan tindakan aktif dan
pandangan kreatif manusia, namun pandangan mereka cenderung melihat kehidupan bermasyarakat sebagai memberikan tekanan kekuasaan terhadap perilaku individu.
Universitas Sumatera Utara
Jadi menilai individu kurang memiliki keaktifan dan pemikiran kreatif sebagaimana dinilai oleh penganut teori aksi modern.
Talcott Parsons menjelaskan bahwa teori aksi memang tidak dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan
dengan unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa unsur-unsur yang mendasar itu tidak berurusan dengan keseluruhan struktur
sosial. Parsons dalam hal ini menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:
• Adanya individu selaku aktor.
• Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
• Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.
• Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang membatasi
tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.
• Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide
abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan Ritzer, 2002: 48 .
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak
menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarism,
Universitas Sumatera Utara
yakni kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.
Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Walaupun
aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Aktor adalah manusia yang aktif, kreatif, dan
evaluatif Ritzer, 2002: 49 .
Dalam hal ini, jika dikaitkan dengan lingkungan sekarang ini menurut Talcott Parsons dengan mengacu pada teori aksi dalam upaya mengatasi permasalahan
lingkungan yakni dapat dilakukan dan dilihat mengacu pada pendekatan individu, dinyatakan bahwa baik buruk lingkungan tergantung pada perilaku individu.
Mengadaptasi dari Parsons, dapat dinyatakan bahwa individu bisa melakukan peran penting baik itu merusak maupun memelihara lingkungan sebab individu memiliki
peran voluntaristik Dwi Susilo, 2008: 178 .
Kajian pertama Parsons memaparkan adanya “teori aksi positivistik”, yang secara keseluruhan merupakan ilustrasi polemik pada positivistik. Menurut Parsons,
secara sederhana teori aksi positivism dapat digambarkan ; 1 tekanan pada rasional, 2 identifikasi rasional dalam prosedur ilmu pengetahuan modern, 3 analisis
beberapa elemen dalam satu bentuk dari kesatuan perilaku, 4 tujuan aksi yang diberikan dari beberapa para pelakunya, 5 perlakuan yang irrasional dalam
pengetahuan. Adapun elemen-elemen sistem general dari suatu aksi adalah :
Universitas Sumatera Utara
keturunan dan linngkungan, maksud dan tujuan, nilai akhir, dan hubungan dari elemen dengan faktor normatif Bachtiar, 2006: 311 .
Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian dari masing-
masing individu tersebut. Talcott Parsons juga melakukan klasifikasi tentang tipe peranan dalam suatu sistem sosial yang disebutnya Pattern Variables, yang
didalamnya berisi tentang interaksi yang avektif, berorientasi pada diri sendiri dan orientasi kelompok.
http:tutorialkuliah.blogspot.com200906teori- tindakandanteorisistemtalcott.html
diakses pada tanggal 20 januari 2011 pukul 13:23 WIB.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan
pendekatan yang bertujuan memperoleh data dari lapangan dalam bentuk angka yang kemudian dianalisis.
Studi deskriptif dalam hal ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi,
situasi, ataupun variabel tersebut Bungin, 2009: 36 .
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kantor sekretariat Kompas USU Jl. Alumni no.2 Kampus USU Padang Bulan, Medan 20155. Lokasi penelitian ini dipilih
berdasarkan pertimbangan diantaranya adalah lokasi tersebut dianggap sesuai dengan judul dan permasalahan penelitian, sehingga diharapkan mampu menjawab
permasalahan penelitian.
3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi
Universitas Sumatera Utara