dalam meningkatkan partisispasi anggota untuk menjaga lingkungan hidup maka dapat dilihat dari program kegiatan organisasi Kompas serta implementasinya.
Adapun yang menjadi ciri-ciri dari organisasi s`osial adalah :
1. Rumusan batas-batas operasionalnya organisasi jelas, organisasi akan
mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi
dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat
sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun
tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya. 3.
Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati
bersama. 4.
Adanya norma atau aturan yang mengikat hubungan antar individu.
2.4 Gerakan Lingkungan dan Pecinta Alam
2.4.1 Gerakan Lingkungan dan Gerakan Sosial
Sejarah gerakan lingkungan hidup di dunia dimulai pada kurun waktu antara 1970-1980 tepatnya ketika pada tanggal 22 April 1970 diadakan perayaan Hari Bumi.
Ini merupakan peristiwa awal lahirnya gerakan lingkungan yang diperingati sampai
Universitas Sumatera Utara
saat ini dan mulai saat itu pula gerakan-gerakan lingkungan di Amerika mengalami perubahan dimana persoalan lingkungan menjadi hal yang paling penting dan sangat
diperhatikan, kemudian terjadinya penggabungan organisasi-organisasi lingkungan hidup.
Pada tahun 1980-1988 terjadi perubahan dimana gerakan lingkungan kehilangan ciri spontanitasnya sebagai simbol dari semakin besarnya tingkat
pergantian cara pendekatan, kemudian pada kurun waktu 1988-1992 dimana pada saat itu terjadi bencana-bencana yang menimpa lingkungan dengan semakin banyak
kasus hujan asam, limbah radioaktif, rekayasa genetik, punahnya spesies langka dan sebagainya. Pada tahun 1990 ketika diadakan peringatan Hari Bumi secara besar-
besaran merupakan tonggaktitik puncak dan kesadaran baru tentang gerakan lingkungan 24 April 1990 dirayakan di 140 negara.
Adapun sejarah gerakan lingkungan hidup di Indonesia dapat dilihat setelah masa kepemimpinan Soekarno Orde lama beralih pada masa Soeharto Orde Baru
yang tidak pernah berpihak pada lingkungan. Dimana pada masa itu pemerintah cenderung pada persoalan ekonomi pembangunan, sedangkan persoalan lingkungan
dikesampingkan demi peningkatan ekonomi. Masa kepemimpinan Soekarno dimana pada saat itu penerapan politik lingkungan hidup kerakyatan paham ecopopulism
merupakan gerakan lingkungan hidup, seperti perusahaan-perusahaan asing dinasionalisasikan dan lahan-lahan kritis segera diselamatkan pembentukan panitia
penyelemat hutan, tanah dan air. Pada masa kepemimpinan Soeharto lahir paham eco-developmentalis menempuh jalan refonnasi hukum, dimana hukum adalah alat
Universitas Sumatera Utara
bagi peningkatan ekonomi untuk membuka jalan bagi investasi asing muncul UU Penanaman Modal Asing.
Dengan adanya UUPMA ini memberikan andil yang sangat besar sekali terhadap perubahan lingkungan di Indonesia dimana negara-negara pemodal bebas
mengeksplorasi memanfaatkan sumber daya alam dengan bebas untuk kepentingan ekonomi terutama untuk pemilik modal maka yang terjadi adalah kerusakan
lingkungan, sehingga pada masa kurun waktu 1970-1984 muncullah gerakan lingkungan di Indonesia organisasi-organisasi lingkungan di Indonesia. Salah satu
organisasi yang muncul pada saat itu adalah Mapala UI tanun 1970-an yang berbasis mahasiswa yang masih bertahan sampai sekarang, dan setelah itu mulailah
muncul lembaga-lembaga pusat studi lingkungan hidup, kemudian pada tahun 1970-an dan 1980-an muncullah ormas-ormas baru, seperti WALHI Wahana
Lingkungan hidup Indonesia , FISKA Forum Indonesia untuk swadaya di Bidang Kependudukan, HKTI Himpunan Kerukunan ’Tani Indonesia, Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia HNS, KNPI komite Nasional Pemuda Indonesia, dan lain sebagainya
http:wwwlingkungan-wahyu.blogspot.com2011061.html diakses
pada Jumat 15 Juli 2011 pukul 18:06 WIB.
Gerakan lingkungan hidup environmental movement dikenal juga dengan berbagai nama, seperti environmentalisme dan environmental activism. Ketiga istilah
yang tampak sejenis tersebut digunakan secara berbeda dari satu wacana ke wacana yang lain, namun pada hakekatnya menggambarkan satu fenomena yang sama, yakni
gerakan sosial yang fokus bergerak dibidang perlindungan, pelestarian, dan keadilan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan hidup. Meskipun berada dalam satu wadah besar terdapat beragam aliran pemikiran dalam gerakan lingkungan. Keragaman tersebut tercermin pula pada
pilihan-pilihan aksi, praksis, ataupun metode gerakan mereka sendiri, sebuah kondisi yang membuat aktivisme lingkungan bisa mewujud dalam beragam nada dan warna.
Gerakan lingkungan hidup bisa dilihat sebagai bagian dari perilaku bersama collective behavior yang secara formal mewujud dalam bentuk berbagai kelompok
dan organisasi lingkungan. Mekanisme collective action yang bekerja mampu mempengaruhi faktor-faktor cost and benefits yang membuat seseorang memutuskan
untuk bergabung dan terus terlibat dalam gerakan lingkungan. Faktor-faktor pendorong tersebut penting untuk dipahami karena kelompok dan organisasi lingkungan hidup
pada dasarnya tergolong sebagai organisasi sukarela voluntary organizations, yakni kelompok-kelompok formal yang anggotanya berasal dari individu-individu yang
bergabung secara sukarela; tanpa paksaan, tanpa alasan-alasan komersial; untuk memajukan sejumlah tujuan bersama. Definisi diatas sejalan dengan pembahasan
definisi gerakan sosial, yakni menekankan perbedaan organisasi-organisasi dalam gerakan lingkungan dengan organisasi komersial
http:www.scribd.comdoc37766063Penggunaan-Internet-Oleh-Aktivis-Lingkungan- Di-Indonesia diakses pada Kamis 14 Juli 2011 pukul 11:35 WIB.
Adapun dalam teori gerakan sosial, gerakan sosial terjadi apabila sekelompok individu terlibat dalam suatu usaha yang terorganisir baik untuk merubah ataupun
mempertahankan unsur tertentu dari masyarakat yang lebih luas. Adapun karakteristik dari gerakan sosial yakni adanya pengenalan sasaran, rencana-rencana
Universitas Sumatera Utara
untuk mencapai sasaran, dan adanya ideologi. Gerakan sosial pada umumnya memiliki rangkaian sasaran yang luas yang ditetapkan dengan jelas. Gerakan sosial
yang bertujuan memperbaiki kondisi hidup satu kelompok masyarakat harus merumuskan semua tujuannya secara terperinci dan sarana yang tersedia untuk
mencapai tujuan itu sangat bervariasi. Ideologi gerakan sosial adalah sesuatu yang dapat mempersatukan para anggotanya.
Pandangan menyeluruh tentang elemen-elemen dalam gerakan lingkungan yakni ada tiga komponen gerakan lingkungan yaitu 1 “aktivis lingkungan publik”,
yaitu sebagian besar orang yang concerned untuk memperbaiki kondisi lingkungan disekitar mereka 2 aktivis lingkungan terorganisir atau sukarela seperti WALHI
dan Greenpeace, 3 organisasi gerakan lingkungan institusional”, yaitu birokrasi publik yang memiliki yurisdiksi terhadap kebijakan lingkungan. Istilah “gerakan
lingkungan” melihat bahwa gerakan lingkungan terdiri dari dua elemen, yaitu 1, kelompok-kelompok lingkungan, sebagai perwujudan organisasional dari gerakan
lingkungan; dan 2 attentive public, orang-orang yang meski tidak bergabung ke salah satu kelompok lingkungan, tapi sama-sama mempercayai dan mempraktekkan
nilai-nilai environmentalisme. Orang-orang “awam” ini bisa siapa saja, mereka adalah orang-orang yang mengekspresikan kepedulian mereka terhadap lingkungan
hidup melalui pandangan pribadi mereka, perilaku dan gaya hidup mereka.
Dalam sudut pandang sosiologis atau perspektif gerakan sosial melihat kemunculan gerakan atau kelompok lingkungan berhubungan erat dengan perubahan
nilai-nilai dan struktur sosial dalam masyarakat. Keduanya melihat kemunculan
Universitas Sumatera Utara
gerakan lingkungan hidup memiliki kemiripan dengan latar belakang kemunculan gerakan sosial, yakni lahir dari ketidakpuasan terhadap sejumlah nilai- nilai yang
selama ini dianut masyarakat dan mewakili upaya-upaya kolektif untuk menginstitusionalkan nilai-nilai alternatif. Ketidakpuasan masyarakat misalnya adalah
keprihatinan akan hilangnya tempat-tempat alami, kekecewaan terhadap pengaruh industrialisme pada kehidupan perkotaan, keinginan untuk menjauh dari kota dan
kembali ke suasana pedesaan, dan pandangan terhadap alam sebagai sumber pencerahan spiritual, moral, dan estetis. Selain itu, meluasnya nilai-nilai pro-
lingkungan diduga ikut didorong faktor-faktor seperti pertumbuhan kelompok pekerjaan yang dekat dan sering bersentuhan dengan isu-isu lingkungan serta adanya
peningkatan standar kehidupan –yang tampaknya telah memungkinkan sebagian orang untuk mulai berpikir tentang nilai-nilai dan hal-hal non-material
http:www.scribd.comdoc37766063Penggunaan-Internet-Oleh-Aktivis- Lingkungan-Di-Indonesia diakses pada Kamis 14 Juli 2011 pukul 11:35 WIB.
2.4.2 Kelompok Pecinta Alam