BAB II KEWENANGAN POLRI SEBAGAI PENYIDIK DALAM PENANGANAN
TINDAK PIDANA DI BIDANG KEHUTANAN A.
Eksistensi kayu Ilegal 1. Praktik kayu Ilegal
Indonesia mempunyai luas hutan yang menempati urutan ke tiga dunia setelah Brazil dan Zaire. Luas hutan Indonesia kini diperkirakan mencapai 120, 35
juta ha, atu 63 persen luas daratan.
47
Hutan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi
Indonesia, dengan sumbangan yang cukup tinggi bagi pendapatan ekspor, lapangan kerja serta sumber pendapatan masyarakat lokal. Sekitar 300.000 orang
bekerja pada industri pengelolaan kayu dan paling tidak 14 juta orang menggantungkan hidupnya secara langsung pada hutan. Hasil hutan mencakup
lebih dari 11 persen dari pendapatan ekspor selama 1994-1999. Walaupun begitu besar sumbangan hutan pada kesejahteraan sosial dan ekonomi, akan tetapi
manfaat ini dihasilkan tanpa mempertimbangankan kelestarian hutan.
48
Laju perusakan hutan Indonesia juga sangat besar mencapai 1,6 juta hingga 2,1 juta ha
per tahun dan salah satu penyebab kerusakan hutan ini adalah kayu ilegal.
49
Kayu Ilegal hingga saat ini masih menjadi suatu permasalahan yang sulit untuk diberantas dan masih terjadi hampir di seluruh dunia. Yang paling parah
47
Herdiman, V., Memutuskan Mata Rantai Illegal Logging, Majalah Lingkungan Hidup OZON, Vol.4, No. 3, Jakarta: Yayasan Cahaya Reformasi Semesta, Desember 2003, hal. 22.
48
Colfer, C.J.P., dan Reksosudarmo, I.A.P., Kemana Harus Melangkah? Masyarakat, Hutan dan Perumusan Kebijakan di Indonesia, Edisi I, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
49
Herdiman, V., Loc. Cit.
G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009
justru banyak dilakukan dikawasan Asia Pasifik, khususnya di negara-negara Amerika Latin, Benua Afrika dan negara-negara dalam Association of South East
Asian Nation ASEAN. Indonesia termasuk salah satu sasaran operasi kayu ilegal yang merupakan suatu kejahatan yang mempunyai jaringan sindikat dalam skala
internasional. Hasil kayu ilegal itu banyak di ekspor keluar negeri seperti RRC, Malaysia, Singapura bahkan ke Eropa, yang kemudian kayu yang diekspor ini
ternyata kembali diekspor negara-negara tersebut ke Indonesia dalam bentuk olahan.
50
Praktik-praktik kayu ilegal merupakan permasalahan yang berdampak multidimensi yang berhubungan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya ekologi
lingkungan. Data dari Departemen Kehutanan
51
bahwa laju kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai 3,8 juta hektar per tahun dan negara telah kehilangan
Rp.83 miliar per hari akibat kayu ilegal . Kerugian yang dialami negara tersebut merupakan angka kerugian minimum oleh karena kerugian yang disebutkan di
atas belum termasuk punahnya spesies langka, terganggunya habitat satwa, bencana banjir dan erosi yang ditimbulkan serta biaya-biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk merehabilitasi hutan dan sebagainya. Kerugian secara ekologis berupa hilangnya jenis spesies keanekaragaman hayati tidak
50
Tim BEINEWS, “Jalan Berliku Membasmi Kayu Ilegal”, Dikutip dari www.bexi.co.idartikelkomoditasjalan.htm, Diakses tanggal 20 Mei 2009.
51
Menteri Kehutanan RI, “Enforcement Economic Program Conservation International- Indonesia EEPCI”, Dikutip dari www.mofrinet.cbn.net.idinformasiumum, Diakses tanggal 20 Mei
2009.
G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009
dapat dihitung secara finansial. Menurut data Greenomics
52
, kerugian ekologis akibat kayu ilegal , khususnya untuk menangkal banjir saja, setidaknya
pemerintah harus mengeluarkan dana yang mencapai Rp. 15 triliun per tahun. Angka itu tentu saja akan lebih besar lagi jika memperhitungkan tambahan
anggaran masing-masing daerah. Biaya tersebut biasanya dilakukan untuk menanggulangi banjir yang tiap tahun terus terjadi karena kerusakan hutan yang
semakin meningkat tiap tahunnya, sementara dana dari pemerintah pusat hanya berupa stimulasi.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kayu Ilegal