Kurangnya Pengawasaan Aparat Kehutanan dalam Pengelolaan

pada tahun 2006 jumlah tindak pidana mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 733 tindak pidana dengan persentase penyelesaian 47 , pada tahun 2007 tindak pidana turun menjadi 188 dengan persentase penyelesaian perkara 59 , dan pada tahun 2008 lalu jumlah tindak pidana mengalami penurunan drastis menjadi 85 tindak pidana tetapi dalam persentase penyelesaian perkara mengalami penurunan menjadi 38 . Barang bukti yang disita oleh Polda Sumut terdiri dari: truck, kapal, alat berat, chain saw dan kayu.

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penebangan Hutan Secara Liar

1. Kurangnya Pengawasaan Aparat Kehutanan dalam Pengelolaan

Hutan Hutan merupakan salah satu sub sistem dalam pengelolaan lingkungan hidup yang diartikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan hutan merupakan usaha yang meliputi beberapa aspek seperti perencanaan, organsasi pelaksanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dimana setiap fungsi tersebut saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pengelolaan hutan bertujuan untuk menghasilkan suatu hasil hutan yang dapat dikelola. Akan tetapi harus diperhatikan bahwa dalam melakukan pengelolaan hutan harus diperhatikan berbagai kehidupan ekosistem di dalam hutan yang saling ketergantungan. G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009 Untuk itu dalam aspek pengelolaan hutan ini diperlukan beberapa ilmu yang mendukung, seperti ilmu tanah, agronomi, sosial ekonomi dan lingkungan, bahkan pada perkembangan globalisasi ini diperlukan juga bidang komputerisasi dan ini sangat mendukung melihat pada keadaan semakin banyaknya tuntutan terhadap fungsi hutan dan memberikan informasi yang akurat. Dalam Pasal 4 Undang-undang Pokok Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 menetapkan sasaran pengelolaan lingkungan hidup, yaitu: a Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup. b Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan yang melindungi dan membina lingkungan hidup. c Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. d Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup. e Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. f Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan atau perusakan lingkungan hidup. Mengingat akan luasnya kawasan hutan dan terkait dengan personil petugas kehutanan yang melakukan pengawasan terhadap hutan, maka pengawasan hutan secara langsung terhadap pihak-pihak yang melakukan G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009 penebangan hutan merupakan pekerjaaan yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara polisi hutan dengan kawasan hutan yang harus mereka awasi, yaitu “satu orang polisi hutan mengawasi 5 ribu-12 ribu hektar hutan”. 75 Maka untuk mencapai tujuan pengawasan, kebijakan pengelolaan hutan harus ditujukan untuk membangun kesadaran bersama akan pentingnya kelestarian fungsi hutan. Oleh karena itu, dengan adanya kesadaran bersama akan pentingnya kelestarian fungsi hutan akan menghasilkan suatu penataan dan perencanaan yang baik, sehingga pengelolaan hutan akan berhasil secara maksimal. Pengelolaan hutan dapat menghasilkan nilai tambah karena banyak areal hutan yang sebelumnya jarang terdeteksi menjadi nyata, sehingga menjadi suatu nilai tambah bagi produktivitas hutan. . Dengan adanya pengelolaan hutan, berarti memiliki suatu perencanaan hutan yang mengandung pengertian peruntukan, penyediaan, pengadaan, penggunaan hutan secara serba guna dan kelestarian demi kepentingan: 1 Pengaturan tata air, mencegah adanya banjir, mencegah erosi dan memelihara kesuburan tanah. 2 Produksi hasil hutan dan pemasarannya pada umumnya serta secara khusus untuk keperluan pembangunan, industri dan ekspor. 75 http:www.tempointeraktif.comTempointeraktif_com-Satu Polisi Hutan Mengawasi 12 Ribu Hektar Hutan.htm G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009 3 Sumber mata pencarian yang beraneka ragam bagi rakyat di dalam dan sekitar hutan. 4 Perlindungan alam hayati dan alam khas demi kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pertanahan nasional, rekreasi dan pariwisata. 5 Transmigrasi, pertanian, perkebunan dan peternakan. 76 Di samping pengertian di atas, hutan juga memiliki fungsi yang menguasai hajat hidup orang banyak, antara lain sebagai berikut: 1 Mengatur tata air, mencegah bahaya banjir, mencegah erosi dan memelihara kesuburan tanah. 2 Memenuhi produksi hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk keperluan pembangunan, industri dan ekspor. 3 Membantu pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dan mendorong industri hasil hutan pada khususnya. 4 Melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik. 5 Memberi keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata dan taman buru bagi kepentingan ilmu pengetahuan pendidikan, kebudayaan dan pariwisata. 6 Merupakan salah satu unsur basis strategis pertahanan nasional. 77 76 Arifin Arif, Hutan dan Kehutanan, Yogyakarta:Penerbit Konisius , 2001 hal. 94 77 Ibid, hal. 95 G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009 Dalam pemanfaatan Hak Pengusahaan Hutan HPH, eksistensi sumber daya hutan khususnya di kawasan hutan produksi, para pihak yang memegang HPH diharuskan mampu mengupayakan kelestarian pengusahaannya melalui perencanaan yang mantap ditopang oleh data informasi yang akurat dan rasional, peningkatan produktifitas dan intensitas pengelolaan secara teknologi tepat guna. Tujuan dari pengusahaan hutan yaitu untuk memperoleh dan meningkatkan produk hasil hutan demi kepentingan ekonomi bagi masyarakat, peningkatan devisa negara dan perluasan serta pemerataan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, pengembangan sumber energi non minyak dan penyelenggaraan pengusahaan hutan diselenggarakan berdasarkan asas kelestarian dan asas perusahaan yang meliputi penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengelolaan dan pemasaran hasil. Akan tetapi jika tindakan penebangan pohon dalam kawasan hutan dilakukan oleh pihak yang telah meperoleh dan memiliki HPH telah melampaui batas atau target yang ditentukan oleh instansi pejabat kehutanan, maka tindakan penebangan tersebut digolongkan sebagai tindakan yang melawan hukum. Dengan demikian tindakan penebangan hutan secara liar dalam kawasan hutan dan telah memperoleh surat izin menebang pohon dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Penebangan pohon yang dilakukan oleh orang perorangan di dalam kawasan hutan yang telah ditata atau, telah ditetapkan secara yuridis sebagai kawasan hutan. Perbuatan tersebut tidak mempunyai izin dari pihak yang berwenang G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009 pejabat kehutanan. Misalnya, di dalam pemberian izin pemanfaatan kayu atau izin penebangan tercantum 200 meter kubik, ternyata melakukan penebangan kayu sebanyak 300 meter kubik. Kelebihan kayu tebangan sebanyak 100 meter kubik tersebut adalah tindakan penebangan liar yang patut dikenakan tuntutan hukum. b. Izin penebangan pohon atau izin pemanfaatan kayu, diperoleh subyek hukum di dalam kawasan hutan dimana pelaksanaannya tidak sesuai dengan lokasi yang telah ditunjuk. Misalnya izin penebangan diberikan sebanyak 100 meter kubik di lokasi unit penebangan hutan tertentu, tetapi penebangan pohon tidak dilakukan di lokasi yang dimaksud. 78 Akan tetapi dalam praktiknya, pihak-pihak yang melakukan penebangan secara liar adalah orang-orang yang tidak memiliki izin penebangan. Bukan hanya melakukan penebangan saja, tetapi orang-orang tersebut juga melakukan pencurian terhadap hasil hutan yang telah dikelola oleh pihak yang memiliki HPH. Berdasarkan riset di Dinas Kehutanan Sumatera Utara, pada umumnya orang yang melakukan perambahan terhadap hasil hutan adalah orang-orang yang tidak memiliki izin dan mereka juga melakukan pencurian terhadap hasil hutan yang telah dikelola oleh pihak yang memiliki HPH. Kondisi di atas dipengaruhi oleh keadaan dimana mereka dapat lolos dari pengawasan aparat kehutanan karena melakukan pengawasan terhadap kawasan 78 Alam Setia Zein, Hukum Lingkungan Konservasi Hutan, Jakarta:Penerbit Rineka Cipta, 2000 ,hal. 46 G.P. Hutajulu : Kewenangan Polri Sebagai Penyidik Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Bidang Kehutanan, 2009 hutan dengan jumlah personil yang dibutuhkan masih belum memadai, sehingga aparat kehutanan sangat kesulitan untuk menjangkau setiap kawasan hutan. Oleh karena itu, penebangan hutan secara liar ini didukung oleh kurangnya pengawasan terhadap aktifitas tersebut, dimana aparat petugas juga kurang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga para pelaku penebangan hutan secara liar begitu gampangnya lepas atau menghindar dari pengawasan aparat yang berwenang. 79 Akan tetapi ada juga tindakan penebangan hutan tersebut karena dicukongi atau di backing oleh aparat atau pejabat yang berwenang, dimana petugas dari pejabat tersebut seharusnya mengawasi dan menjaga upaya pelaksanaan pengelolaan hutan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Para pihak yang melakukan penebangan tanpa izin dengan segala cara mendekati orang-orang tertentu yang memiliki wewenang dalam bidang kehutanan, dimana pengusahaan terhadap hasil hutan sangat menguntungkan para pihak-pihak tersebut.

2. Faktor Ekonomi dan Faktor Sosial