5.2.2 Perbedaan Komponen Biaya-Penerimaan-Pendapatan
Untuk melihat seberapa besar perbedaan pendapatan antara TRI Mitra dengan TRI Murni, maka yang pertama harus kita hitung adalah biaya total. Biaya total adalah
total biaya tidak tetap variable cost ditambah dengan total biaya tetap fixed cost. Biaya tidak tetap variable cost merupakan biaya yang secara langsung
berkaitan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan input variable yang dipakai. Dalam penelitian ini, maka yang termasuk dalam komponen biaya tidak
tetap yaitu biaya saprodi, biaya tenaga kerja dan biaya timbang dan transportasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Komponen Biaya Tidak Tetap Usahatani Tebu dalam Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
No. Biaya Tidak Tetap Biaya
TRI Mitra TRI Murni
1. Biaya Saprodi
Rp. 674.960.000 Rp. 455.884.000 2.
Biaya Tenaga Kerja Rp. 645.720.000 Rp. 451.560.000
3. Biaya Timbang dan Transportasi
Rp. 884.560.000 Rp. 589.360.000
Total Rp. 2.205.240.000 Rp. 1.496.804.000
Sumber: Data diolah dari Lampiran 3 – 7
Biaya tetap fixed cost merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besarnya kecilnya produksi. Dalam penelitian ini, maka yang termasuk
dalam komponen biaya tetap yaitu sewa lahan dan penyusutan alat-alat pertanian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Komponen Biaya Tetap Usahatani Tebu dalam Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
No. Biaya Tetap Biaya
TRI Mitra TRI Murni
1. Biaya Penyusutan
Rp. 6.955.833 Rp. 5.280.833 2.
Biaya Sewa Lahan Rp. 236.000.000
Total Rp. 242.955.833 Rp. 5.280.833
Sumber: Data diolah dari Lampiran 8 – 10
Tabel 9. Biaya Total Usahatani Tebu dalam Tebu Rakyat Intensifikasi TRI No. Biaya Total
Biaya TRI Mitra
TRI Murni 1.
Biaya Tidak Tetap Rp. 2.205.240.000
Rp. 1.496.804.000 2.
Biaya Tetap Rp. 242.955.833 Rp. 5.280.833
Total Rp. 2.448.195.833 Rp. 1.502.084.833
Sumber: Data diolah dari Lampiran 13 – 14
Tabel 9 menunjukkan biaya total usaha tani tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra adalah sebesar Rp. 2.448.195.833 dan untuk Tebu
Rakyat Intensifikasi TRI Murni adalah sebesar Rp. 1.502.084.833. Penerimaan yang dihasilkan merupakan hasil dari produksi gula yang didapat dari
sistem bagi hasil antara petani tebu dengan pabrik gula yaitu 65 untuk petani dan 35 untuk pabrik gula dikali dengan harga gula yang berlaku dengan rumus
sebagai berikut. Produksi Gula = Rendemen x Produksi Tebu yang digiling
100 Pabrik Gula = 35 x Produksi Gula yang dihasilkan
Petani = 65 x Produksi Gula yang dihasilkan
Penerimaan = Produksi Gula Petani x Harga Gula
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, tingkat rendemen tebu rata-rata sekitar 6 – 6,5 maka hasil
dari produksi gula yang dihasilkan usaha tani tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra dan Murni adalah sebagai berikut.
Tabel 10. Produksi Gula Usahatani Tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
Produksi Gula Petani
Pabrik Gula TRI Mitra
467.158,25 kg
251.546,75 kg
TRI Murni 287.313 kg
154.707 kg Sumber: Data diolah dari Lampiran 11
Tabel 10 menunjukkan bahwa produksi gula yang dihasilkan dari sistem bagi hasil antara petani dan pabrik gula yaitu 467.158,25 kg untuk petani TRI Mitra
dan 287.313 kg untuk TRI Murni dengan harga gula yang berlaku adalah Rp. 8.000kg. Maka, penerimaan dari hasil produksi gula tersebut adalah sebagai
berikut. TRI Mitra = 467.158,25 kg x Rp. 8.000kg
= Rp. 3.737.266.000
TRI Murni = 287.313 kg x Rp. 8.000kg
= Rp. 2.298.504.000
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, penerimaan dari hasil produksi Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra adalah sebesar Rp. 3.737.266.000 dan
penerimaan dari hasil produksi Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Murni adalah sebesar Rp. 2.298.504.000. Maka, pendapatan dari usaha tani tebu dalam sistem
Tebu Rakyat Intensifikasi TRI tersebut adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Pendapatan Usahatani Tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
TRI Mitra TRI Murni
Penerimaan Rp. 3.737.266.000
Rp. 2.298.504.000 Biaya Total
Rp. 2.448.195.833 Rp. 1.502.084.833
Pendapatan Rp. 1.289.070.167
Rp. 796.419.167
Sumber: Data diolah dari Lampiran 15 Tabel 11 menunjukkan bahwa pendapatan usaha tani tebu dalam sistem Tebu
Rakyat Intensifikasi TRI Mitra adalah sebesar Rp.1.289.070.167 dan pendapatan usaha tani tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Murni adalah
sebesar Rp. 796.419.167. Maka besar perbedaan pendapatan antara sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
Murni adalah sebesar Rp. 492.651.000 Selisih antara Rp.1.289.070.167 dengan
Rp. 796.419.167. Untuk membandingkan pendapatan rata-rata petani TRI Mitra dengan pendapatan
rata-rata petani TRI Murni, digunakan uji non parametris Kolmogorov Smirnov Test. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan
antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, apakah perbedaan tersebut bermakna secara statistik atau tidak.
Berdasarkan Output dari hasil SPSS pada Lampiran 16, hasil Two-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan nilai signifikansi pada Test Statistic yang
didapat adalah 0,000. Maka hasil tersebut menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata 0,05 0,000 0,05. Berdasarkan kriteria pengujian, artinya
Ho ditolak. Artinya, ada perbedaan yang bermakna atau signifikan antara
Universitas Sumatera Utara
pendapatan rata-rata petani dengan sistem TRI Mitra dengan pendapatan rata-rata
petani dengan sistem TRI Murni.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 15 rata-rata Pendapatan Tebu Rakyat Intensifikasi Mitra adalah Rp. 42.969.006 dan rata-rata Pendapatan Tebu
Rakyat Intensifikasi Murni adalah Rp. 26.547.306. Terlihat jelas bahwa pendapatan rata-rata petani dengan sistem TRI Mitra lebih tinggi daripada
pendapatan rata-rata petani dengan sistem TRI Murni. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukan efisiensi yang tinggi, karena ada
kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran
efisiensi. Ukuran efisiensi pendapatan dapat dihitung melalui perbandingan penerimaaan dengan biaya yang dikeluarkan RC ratio yang menunjukan berapa
penerimaan yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi.
RC ratio adalah besaran nilai yang menunjukkan perbandingan antara penerimaan usahatani dengan total biaya. Secara garis besar dapat diketahui bahwa suatu
usahatani akan mendapatkan keuntungan apabila penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya usahataninya. Secara sistematis RC rasio dapat
dirumuskan sebagai berikut: RC Ratio = Total Penerimaan
Total Biaya
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. RC Ratio Usaha Tani Tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
TRI Mitra TRI Murni
Penerimaan Rp. 3.737.266.000
Rp. 2.298.504.000 Biaya Total
Rp. 2.448.195.833 Rp. 1.502.084.833
RC Ratio 1,5
1,5
Tabel 12 menunjukkan nilai RC Ratio untuk usahatani tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra adalah 1,5. Artinya untuk setiap Rp. 100.000
biaya yang dikeluarkan, maka usahatani tersebut menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 150.000. Dengan RC 1, maka usahatani Tebu Rakyat Intensifikasi
TRI Mitra dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai RC Ratio untuk usahatani tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi
TRI Murni adalah 1,5. Artinya untuk setiap Rp. 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usahatani tersebut menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 150.000. Dengan
RC 1, maka usahatani Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Murni dikatakan layak untuk diusahakan.
Semakin besar nilai RC rasio, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Dari hasil RC Rasio TRI Mitra dan TRI Murni, nilai RC ratio TRI
Mitra sama dengan nilai RC ratio TRI Murni. Ini menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi.
5.3 Strategi Pengembangan Pengelolaan Usaha Tani Tebu dengan sistem TRI 5.3.1 Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra
Analisis Faktor Internal
Universitas Sumatera Utara
Analisis faktor internal diperlukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada pada usaha tani tebu sebagai bahan pertimbangan dalam
perumusan strategi pengembangan pengelolaan usaha tani tebu dalam sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra. Faktor yang menjadi kekuatan dalam
pengembangan pengelolaan usaha tani tebu TRI Mitra antara lain modal usaha tani yang memadai; tingkat rendemen tebu; produksi tebu; keterlibatan kelompok
tani; pendapatan yang dihasilkan. Sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan antara lain biaya usaha tani yang cukup tinggi; ketersediaan lembaga
pendukung; masa tunggu yang relatif lama.
Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan pengelolaan usaha tani tebu dalam sistem Tebu
Rakyat Intensifikasi TRI Mitra. Faktor eksternal yang menjadi peluang antara lain sistem bagi hasil yang menguntungkan; varietas tebu yang unggul dan
pengaruh keberadaan Pabrik Gula. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman antara lain pengaruh keberadaan gula rafinasi raw sugar; harga gula
yang rendahjatuh; minat petani tebu yang mulai berkurang dan upah tenaga kerja.
Tahap Masukan
Tahap masukan terdiri dari matriks IFE Internal Factor Evaluation dan EFE External Factor Evaluation. Tahap ini merupakan tahap awal dalam
merumuskan strategi setelah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal.
Matriks IFE
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis internal, diperoleh kekuatan stregths dan kelemahan weaknesses. Faktor-faktor strategis internal
diperolah dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Pemberian peringkat rating berdasarkan besar kecilnya pengaruh yang ada pada
faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 sangat baik, nilai 3 baik, nilai 2 kurang baik dan nilai 1 tidak baik. Pembobotan ditentukan secara subjektif,
berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha tani dengan jumlah bobot tidak melebihi 100. Bobot masing-masing faktor dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut. Bobot = Rating x Total Bobot
Total Rating Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor
internal strategis, kemudian diberi bobot dan rating maka diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.
Tabel 13. Evaluasi Faktor Internal Usaha Tani Tebu Rakyat Intensifikasi Mitra
No. Faktor Internal
Bobot Rating
Skor Kekuatan
1. Modal usaha tani tebu
10 3
30 2.
Tingkat rendemen tebu 10
3 30
3. Produksi tebu
10 3
30 4.
Keterlibatan kelompok tani 10
3 30
5. Pendapatan yang dihasilkan
10 3
30
Total 50
15 150
Kelemahan
1. Biaya usaha tani tebu
20 2
40 2.
Ketersediaan lembaga pendukung 20
2 40
3. Masa tunggu yang relatif lama
10 1
10
Total 50
5 90
Sumber: Data diolah dari Lampiran 17 18
Universitas Sumatera Utara
Matriks EFE
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis eksternal, diperoleh peluang opportunities dan ancaman threats. Faktor-faktor strategis eksternal
diperolah dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Pemberian peringkat rating berdasarkan besar kecilnya pengaruh yang ada pada
faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 sangat baik, nilai 3 baik, nilai 2 kurang baik dan nilai 1 tidak baik. Pembobotan ditentukan secara subjektif,
berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha tani dengan jumlah bobot tidak melebihi 100. Bobot masing-masing faktor dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut. Bobot = Rating x Total Bobot
Total Rating Dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor
eksternal, kemudian diberi bobot dan rating maka diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.
Tabel 14. Evaluasi Faktor Eksternal Usahatani Tebu Rakyat Intensifikasi Mitra
No. Faktor Eksternal
Bobot Rating
Skor Peluang
1 Sistem bagi hasil
16,67 3
50,01 2
Varietas tebu unggul 16,67
3 50,01
3 Pengaruh keberadaan Pabrik Gula
16,67 3
50,01
Total 50
9 150,03
Ancaman
1 Pengaruh keberadaan gula rafinasi
7,14 1
7,14 2
Harga gula 14,28
2 28,56
3 Minat petani tebu
14,28 2
28,56 4
Upah tenaga kerja 14,28
2 28,56
Total 50
7 92,82
Sumber: Data diolah dari Lampiran 19
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal dan Matriks Strategi Eksternal Pengembangan Pengelolaan Usahatani Tebu dengan
sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra No.
Faktor Internal Bobot
Rating Skor
Kekuatan
1. Modal usaha tani tebu
10 3
30 2.
Tingkat rendemen tebu 10
3 30
3. Produksi tebu
10 3
30 4.
Keterlibatan kelompok tani 10
3 30
5. Pendapatan yang dihasilkan
10 3
30
Total 50
15 150
Kelemahan
1. Biaya usaha tani tebu
20 2
40 2.
Ketersediaan lembaga pendukung 20
2 40
3. Masa tunggu yang relatif lama
10 1
10
Total 50
5 90
Selisih Kekuatan – Kelemahan
60 No.
Faktor Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang
1 Sistem bagi hasil
16,67 3
50,01 2
Varietas tebu unggul 16,67
3 50,01
3 Pengaruh keberadaan Pabrik Gula
16,67 3
50,01
Total 50
9 150,03
Ancaman
1 Pengaruh keberadaan gula rafinasi
7,14 1
7,14 2
Harga gula 14,28
2 28,56
3 Minat petani tebu
14,28 2
28,56 4
Upah tenaga kerja 14,28
2 28,56
Total 50
7 92,82
Selisih Peluang – Ancaman
57,21 Sumber: Data diolah dari Lampiran 17, 18 19
Setelah melakukan perhitungan bobot dari masing – masing faktor internal
maupun eksternal kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks posisi. Matriks posisi digunakan untuk melihat posisi strategi pengembangan pengelolaan
usaha tani tebu dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
tabel diperoleh nilai x 0 yaitu 60 dan nilai y 0 yaitu 57,21 posisi titik koordinatnya dapat dilihat pada koordinat kartesius berikut:
Y
+
57,21
X - 60
X+
Y-
Gambar 2. Matriks Posisi SWOT Pengembangan Pengelolaan Usahatani Tebu dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra
Dari hasil – hasil matriks internal – eksternal yang diperoleh dari nilai total skor
pembobotan pada usaha tani tebu dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra diperoleh faktor internal bernilai 60 yang artinya nilai ini merupakan selisih
antara kekuatan dan kelemahan, dimana kekuatan lebih besar dibandingkan dengan kelemahan. Dan untuk faktor eksternal, bernilai 57,21 yang artinya
merupakan selisih antara peluang dan ancaman, dimana nilai peluang lebih besar daripada nilai ancaman.
FAKTOR EKSTERNAL
Kadran I
Mendukung Strategi agresif
Kadran III
Mendukung Strategi turn-around
F A
K T
O R
I N
T E
R N
A L
Kadran IV
Mendukung Strategi defensif
Kadran II
Mendukung Strategi diversifikasi
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini menunjukkan bagaimana usaha tani tebu dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra tersebut memperoleh strategi lebih detail dan
mengetahui reaksi besar kecilnya strategi pengembangan pengelolaan usaha tani tebu dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra tersebut, maka strategi
pengembangan ini berada pada daerah kuadran I Stategi agresif. Situasi pada daerah I merupakan situasi yang menguntungkan. Dimana usaha tani tebu dengan
sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra memiliki kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kekuatan dan peluang tersebut adalah
modal usaha tani yang memadai; tingkat rendemen tebu; produksi tebu; keterlibatan kelompok tani; pendapatan yang dihasilkan; sistem bagi hasil yang
menguntungkan; varietas tebu yang unggul dan pengaruh keberadaan Pabrik Gula. Oleh karena itu, kekuatan dan peluang yang dimiliki tersebut mampu mengatasi
kelemahan-kelemahan yang muncul dan mengantisipasi ancaman-ancaman
dengan beberapa strategi yang tepat. Strategi agresif ini lebih fokus kepada SO Strength-Opportunity, yaitu dengan memaksimalkan kekuatan yang ada untuk
menghasilkan peluang sebesar-besarnya.
Matriks SWOT
Tujuan dari tahap pencocokan matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik.
Empat tipe strategi yang disarankan yaitu strategi SO kekutan - peluang strength - opportunities, strategi WO kelemahan - peluang weaknesses - opportunities,
strategi ST kekuatan - ancaman strength - threats, dan strategi WT kelemahan - ancaman weaknesses - threats.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Matriks SWOT Pengembangan Pengelolaan Usahatani Tebu dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Mitra
Faktor Internal
Faktor Eksternal Kekuatan S :
1. Modal usaha tani tebu 2. Tingkat rendemen tebu
3. Produksi tebu 4. Keterlibatan
kelompok tani
5. Pendapatan yang dihasilkan
Kelemahan W : 1. Biaya usaha tani tebu
2. Ketersediaan Lembaga
Pendukung 3. Masa tunggu yang relatif
lama
Peluang O :
1. Sistem bagi hasil 2. Varietas tebu unggul
3. Pengaruh keberadaan
Pabrik Gula
Strategi SO Menggunakan varietas tebu
yang unggul untuk meningkatkan rendemen dan
produksi tebu; Melibatkan kelompok tani
untuk meningkatkan kerja sama dengan Pabrik Gula
dalam mengolah tebu menjadi gula;
Srategi WO Memanfaatkan Pabrik Gula
sebagai lembaga pendukung dalam usaha tani tebu
Ancaman T :
1. Pengaruh keberadaan gula rafinasi
2. Harga gula 3. Minat petani tebu
4. Upah tenaga kerja
Strategi ST Meningkatkan kerja sama
kelompok tani dalam mengelola usaha taninya
dalam meningkatkan produksi tebu dan kualitas
gula yang dihasilkan sehingga dapat lebih
bersaing Strategi WT
Mendorong minat petani tebu dalam mengelola usaha
taninya
Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap terakhir yaitu tahap “pengambilan keputusan” yaitu tahap yang bertujuan untuk menyusun strategi yang telah digambarkan oleh matriks SWOT, sehingga
strategi yang muncul dapat dijadikan acuan untuk dapat meningkatkan strategi pengembangan pengelolaan usaha tani tebu dengan sistem Tebu Rakyat
Intensifikasi TRI Mitra. Adapun strategi yang dimaksud adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Strategi S-O Strengths-Opportunities Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat digunakan yaitu menggunakan varietas tebu yang unggul untuk meningkatkan rendemen dan
produksi tebu; melibatkan kelompok tani untuk meningkatkan kerja sama dengan Pabrik Gula dalam mengolah tebu menjadi gula.
2. Strategi W-O Weakness-Opportunities Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat digunakan adalah memanfaatkan Pabrik Gula sebagai lembaga pendukung dalam usaha tani
tebu. 3. Strategi S-T Strengths-Threats
Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan usahatani untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Strategi yang
dapat digunakan yaitu meningkatkan kerja sama kelompok tani dalam mengelola usaha taninya dalam meningkatkan produksi tebu dan kualitas gula
yang dihasilkan sehingga dapat lebih bersaing 4. Strategi W-T Weakness-Threats
Strategi W-T adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi yang dapat
digunakan adalah mendorong minat petani tebu dalam mengelola usaha taninya.
Universitas Sumatera Utara
5.3.2 Tebu Rakyat Intensifikasi TRI Murni Analisis Faktor Internal