38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Mekanisme Pelaksanaan Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
Sebelum adanya Program Tebu Rakyat Intensifikasi TRI, dahulunya pabrik gula menyewa lahan milik petani untuk menanam tebu dan petani hanya mendapatkan
hasil penerimaan dari sewa lahan tanpa memperhitungkan hasil produksi yang didapat dari lahan yang disewakannya. Tentunya hal ini membuat petani tebu
tidak berkembang dalam mengolah usahataninya. Berdasarkan hal tersebut, maka diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 1975 yang kemudian melahirkan
sistem Tebu Rakyat Intensifikasi TRI yang menempatkan petani sebagai produsen tebu utama dan pabrik gula sebagai perusahaan pembimbing yang
sekaligus menjadi mitra usaha petani tebu. Pelaksanaan TRI diatur dalam fungsi mekanisme yang ada pada SK Mentan No
081994 yaitu: Petani dan PG Gula dengan fungsi pelaksana
KUD dengan dukungan Bank Pemberi Kredit dengan fungsi pelayanan dan Fungsi pengaturan dan Pembina dilakukan oleh instansi dan lembaga sektoral
yang berperan dalam pengaturan dan pembinaan program TRI.
5.1.1 Pola Manajemen
Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi sudah dilaksanakan di daerah penelitian lebih dari 20 tahun yaitu sejak berdirinya pabrik gula pada tahun 1982. Sistem Tebu
Rakyat Intensifikasi di daerah penelitian terdiri dari Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi Mitra dan Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi Murni.
Universitas Sumatera Utara
Hasil panen dari usaha tani Tebu Rakyat Intensifikasi TRI diangkut ke pabrik gula untuk diolah menjadi gula. Gula yang diterima petani merupakan hasil
perhitungan hubungan bagi hasil antara petani TRI dan pabrik gula, yaitu 65 untuk petani dan 35 untuk panrik gula. Bagi hasil ini didasarkan pada rendemen
yang dicapai. Rendemen adalah kadar gula yang terkandung di dalam tebu. Dengan porsi tersebut, semakin besar rendemen maka semakin besar pula gula
yang diperoleh petani maupun Pabrik Gula dari setiap ton tebu. Bagi hasil tersebut dirumuskan sebagai berikut.
Produksi Gula = Rendemen x Produksi Tebu yang digiling 100
Pabrik Gula = 35 x Produksi Gula yang dihasilkan Petani
= 65 x Produksi Gula yang dihasilkan
5.1.2 Teknis Pelaksanaan
Dalam hal pembudidayaannya, umumnya pola tanam Tebu Rakyat Intensifikasi Mitra dan Tebu Rakyat Intensifikasi Murni sama yaitu Pola tanam Plant Cane
PC dan Ratoon. Plant Cane PC adalah pelaksanaan budidaya tanaman tebu giling yang dilakukan pada lahan bukaan baru. Ratoon adalah penumbuhan
kembali tebu sisa tebang setelah penebangan plant cane. Penanaman plant cane dilakukan pada lahan yang baru dibuka dan lahan tebu
yang sudah dua kali ratoon atau tiga kali tebang. Satu petak lahan biasanya dilakukan dua kali ratoon dalam tiga periode tebang dan satu kali plant cane.
Namun, pola ini bisa saja berubah tergantung pada kualitas tebu yang dihasilkan. Pada proses budidaya plant cane, kegiatan yang dilakukan lebih banyak dari pada
saat ratoon. Kegiatan plant cane utama yang tidak ada pada ratoon adalah
Universitas Sumatera Utara
pengolahan tanah dan penanaman. Berikut adalah proses kegiatan dalam pola tanam Plant Cane.
Menyiapkan Lahan
Sebelum penanaman tebu lahan konversi dan lahan rotasi terlebih dahulu diolah tanahnya untuk menjamin perkecambahan yang tinggi :
Untuk areal baru terlebih dahulu dilakukan pembabatan rumput kemudian rerumputan dibakar, ini dilakukan + 2 bulan sebelum tanam.
Untuk areal konversi, sesudah selesai tebangan tebu ratoon tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane, biasanya hanya sampai ratoon ke 3,
segera dilakukan pembakaran lahan klaras, baru dilakukan pengolahan tanah.
Untuk areal rotasi eks tembakau, selesai panen kutip daun terakhir, dibersihkan lahan lalu dilakukan pengolahan tanah.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penggemburan, dan pembuatan juringan. Dengan demikian perkecambahan tebu berjalan normal.
Pembajakan plowing Upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas olah
tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada. Biasanya
hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang masih cukup besar.
Universitas Sumatera Utara
Penggemburan harrowing Memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi lebih kecil.
Tujuannya umtuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang
diinginkan. Pembuatan juringan furrowing
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur tanaman dapat dibuat. Alur tanaman dibuat menggunakan Wing Ridger dengan
kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter. Alur tanaman ini dibuat untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu.
Pembibitan
Kebutuhan bibit yang diperlukan adalah 11.000 batang per hektar. Bibit yang bisa digunakan, yaitu bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan.
Bibit pucuk diambil dari tebu yang berumur 12 bulan dengan mengambil 2 sampai 3 tunas muda dengan panjang 20 cm. Bibit batang muda berasal dari tebu yang
berumur 5 sampai 7 bulan yang diambil dari seluruh batang tebu yang dibagi menjadi 2 atau 3 bagian untuk masing-masing stek. Bibit rayungan adalah bibit
yang diambil dari tebu yang memang dibudidayakan untuk keperluan pembibitan. Bibit rayungan adalah bibit tebu yang diambil dari pucuk tebu yang sudah mati.
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman hendaknya dipersiapkan bibit dan pupuk dasar. Masa penanaman Februari sd Juli, yang setiap bulannya dibagi menjadi dua
bagian yaitu A dan B. Bagian A penanaman mulai tanggal 1-15 dan bagian B
Universitas Sumatera Utara
penanaman mulai tanggal 15-30 setiap bulannya. Contoh : penanaman dilakukan pada tanggal 1 Februari maka dinyatakan dengan masa tanam 2A. Bibit bagal stek
2-3 mata yang telah diseleksi di KBD disebar dan diletakkan di dasar juringan dengan overlapping 100 double stek atau single stek tergantung varietas.
Kemudian ditutup dengan tanah kasuran setebal 3-5 cm pada musim hujan dan 6- 10 cm pada musim kemarau. Sebelum peletakan bibit bagal pada dasar juringan
dilakukan terlebih dahulu penaburan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk Halei 400KgHa dan pupuk Urea 100KgHa. Pupuk diberikan secara sekaligus.
Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati atau tumbuh secara tidak normal. Pada penyulaman tanaman tebu dilakukan saat 5 -7 hari
setelah tanam. Dalam kegiatan penyulaman diikuti dengan penyiraman agar tidak mati.
Penyiraman
Penyiramanpengairan pada waktu tanam tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kering tidak disiram selain itu penyiraman juga tidak boleh terlambat. Untuk
tebu lahan kering, air tergantung dari hujan. Sedangkan tebu lahan sawah dari irigasi.
Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun, supaya jangan mengadakan persaingan dengan tanaman tebu dan merintangi tumbuhnya.
Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan, saat tanaman tebu berumur 2 – 6
minggu, sebelum turun tanah sampai dengan tebu umur 4 bulan, lahan harus bebas
Universitas Sumatera Utara
gulma. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan tenaga manusia atau herbisida atau menggunakan cangkul koret.
Pemupukan
Sebelum pemupukan rumput harus dibersihkan terlebih dahulu, apabila memupuk sekaligus dengan beberapa jenis, pupuk dicampur terlebih dahulu sampai
homogen baru disebarkan dalam sekali perlakuan. Pupuk diletakkan di lubang pupuk sejauh 7
– 10 cm dari bibit dan ditimbun tanah, setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu.
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu: 1. Pemupukan I: dilakukan pada saat tebu berumur 3 bulan dengan menggunakan
pupuk dasar seperti urea dan ZA. 2. Pemupukan II: dilakukan pada saat tebu berumur 7 bulan dengan
menggunakan pupuk kombinasi yaitu Urea, ZA, Phonska.
Bumbun
Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3 – 4 minggu. Tebal
bumbunan tidak boleh lebih dari 5 – 8 cm secara merata. Ruas bibit harus
tertimbun tanah agar tidak cepat mengering. Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.
Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan. Perempalan daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih
dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang.
Universitas Sumatera Utara
Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.
Klentek
Merupakan pengelupasan daun kering atau daun yang tidak berguna untuk meringankan beban, tanaman, memperlancar sirkulasi udara dan photosynthesa.
Klenek I : Sebelum bumbun terakhir 4 - 5 bulan
Klenek II : Umur tebu 7 bulan
Klenek III : Umur tebu 11 bulan 1-2 bulan sebelum tebang
Panen Tebang
Tebu ditebang setelah berumur 11 – 14 bulan. Dalam proses panen atau
penebangan tebu, tebu yang dipanen harus memiliki kriteria manis, bersih dan segar. Kegiatan pasca panen dimulai dengan pengangkutan tebu ke sarana
transportasi kemudian dibawa ke pabrik untuk digiling. Untuk tebu yang akan dikepras, batang yang ditebang sebatas permukaan tanah aslinya meninggalkan
batang 15 – 20 cm di bawah permukaan tanah. Untuk tebu yang tidak dikepras,
seluruh batang dicabutdicongkel. Persentase kotoran maksimum 5. Jangka waktu sejak tebang sampai dengan digiling tidak lebih dari 36 jam.
Keprasan Ratoon
Merupakan tanaman yang tumbuh setelah ditanam pertama ditebang. Tebu di lahan sawah dikepras 1 kali untuk dapat dipelihara kembali ratoon 1 dengan
urutan sebagai berikut: Pembersihan lahan bekas tebangan
Pengeprasan paling lambat 7 hari setelah tebang
Universitas Sumatera Utara
Cara pengeprasan dengan cara membongkar guludan sehingga tanah agak rata, tanaman dikepras pada pangkal batang.
Penyulaman dengan bibit bagal 2 mata tunas Penyiraman setelah tanaman berumur 2
– 3 minggu, cara dan interval penyiraman sama dengan tanaman pertama.
Pembumbunan 3 kali Bumbun I:
Umur 1 – 1,5 Bulan
Bumbun II: Umur 2
– 3 Bulan Bumbun III:
Umur 4 – 5 Bulan
Tebu pada lahan kering dapat dikepras sampai 3 kali. Pengeprasan sama seperti tebu pada lahan sawah.
Pengolahan
Setelah tebu di panenditebang, tebu diangkut ke pabrik gula untuk diolah menjadi gula putih dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja secara
otomatis. Beberapa tahap pengolahan gula putih yaitu: pemerahan cairan tebu nira, penjernihan, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, pengeringan
pengemasan dan penyimpanan.
5.2 Perbedaan Pendapatan Masyarakat Sistem TRI Mitra dengan Sistem TRI Murni