Aspek Kesehatan Fisik Aspek Kesehatan Mental

13 1. Puasa membiasakan umat pelakunya untuk berdisiplin dan bersatu-padu, cinta keadilan dan persamaan antarsesama. Puasa juga membentuk sifat kasih rahmat dan ihsan pada orang-orang mukmin, hingga masyarakat terjaga dari kejahatan dan kerusakan karena telah tercipta solidaritas yang tinggi dan ukhuwah yang berdasarkann pada iman di antara mereka. 2. Puasa memberikan pengalaman langsung tentang keadaan dan penderitaan yang dialami oleh kaum fakir miskin atau mereka yang menderita musibah kelaparan dan sebagainya. Lantaran memiliki pengalaman ini, akan tumbuh dalam diri orang-orang berpuasa rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama, khususnya terhadap mereka yang melarat. Hal ini sejalan dengan perbuatan Nabi Yusuf saat ditanya : “mengapa Anda banyak berpuasa, padahal Anda seorang pemegang pembendaharaan negara?” Jawab Yusuf: “Saya takut kenyang lalu melupakan orang-orang yang lapar miskin.

c. Aspek Kesehatan Fisik

Dalam aspek ini, puasa dapat memberikan manfaat bagi pelakunya, antara lain bahwa puasa dapat membersihkan perut usus dan memperbaiki pencernaan serta membersihkan badan dari kotoran yang merusak lemak. Rasulullah saw pernah besabda “Puasalah kalian, supaya kalian hidup sehat.” HR. Ibnu Sunniy dan Abu Nuaim. Selain itu, para ahli kedokteran juga mengakui bahwa banyak penyakit yang berasal dari masalah perut. Karena itu, mereka menyimpulkan bahwa ibadah puasa adalah terapi mujarab untuk menyegarkan kembali jasmani manusia. Eksperiman menunjukan banyak gejala penyakit yang bisa ditangkal dengan menjalani terapi puasa.

d. Aspek Kesehatan Mental

1. Puasa sebagai pencegah gangguan kejiwaan Pakar ilmu jiwa menyimpulkan bahwa yang mendorongmelatar belakangi manusia bertindak, berprilaku dan bekerja adalah berdasarkan kebutuhan- kebutuhan yang dapat dibagi kepada dua macam, 18 yaitu; a Kebutuhan jasmani 18 Zakiah Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1989, hal 26 14 Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan pokok dari kebutuhan manusia, jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan terguncang atau terasa sakit. Diantara kebutuhan yang dirasakan oleh manusia adalah makan, minum, dan seks. Proses jasmani ini berjalan terus menerus mulai dari si anak lahir sampai tua. Makanan dan minuman adalah kebutuhan tubuh yang berkepanjangan, terjadinya tidak dipelajari dan tidak dapat dielakan. Karena itulah manusia selalu berusaha mencari makanan dan minuman agar ia dapat menyambung hidupnya. Puasa mengurangkan kesempatan untuk makan, dan berkurangnya makanan dan minuman yang masuk, maka akan berkurang otot-otot dalam tubuh manusia. Sehingga dorongan hawa nafsu akan menurun pula. 19 Salah-satu tujuan dari puasa ialah mengalahkan musuh-musuh Allah yaitu setan. Setan itu masuk ke dalam manusia melalui syahwat. Syahwat itu biasa kuat dengan sebab makan dan minum. Cara untuk mencegah setan itu ialah dengan sedikit makan atau berpuasa. 20 Kebutuhan seks juga tidak dipelajari akan tetapi kebutuhan mulai dirasakan apabila manusia sudah mencapai kematangan tertentu, yang dimulai dari masa remaja. Dirasakan kebutuhan tersebut juga menimbulkan ketegangan tertentu pada tubuh. Hal inilah yang mendorog manusia mencari jalan untuk memenuhinya. 21 Diantara hikmah puasa yang terpenting ialah memperkuat mental, sehingga dapat menguasai dorongan yang datang dari dalam diri berupa dorongan biologis, maupun kegoncangan emosi yang diakibatkan oleh tidak tersalurnya dorongan biologis itu. b Kebutuhan rohani Dari segi kejiwaan, diakui bahwa suatu kebiasaan dalam memenuhi kebutuhan akan mendorong orang untuk melakukannya pada waktu-waktu yang telah menjadi kebiasaannya itu. Sebabnya adalah karena pemenuhan kebutuhan tersebut mendatangkan kepuasan dan kelegaan. Apabila manusia mampu mengendalikan diri dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang pokok 19 Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, hal 30 20 Utsman Ibn Hasan Ibn Ahmad al-Syakir, Durroh al-Nashihin, Indonesia : Dar al-Ihya al-Kutub al- „Arabiyyah, ttp, hal 13 21 Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, hal. 28 15 tersebut, ia akan sering melakukan pelanggaran terhadap hak orang lain dan selanjutnya akan menyebabkan pertengkaran, perkelahian bahkan yang dapat membahayakan orang banyak. 22 Dapatlah kita katakan bahwa puasa merupakan salah satu cara pengendalian dri manusia dalam menghadapi kebutuhan pokoknya yang dinamakan puasa orang awam atau puasa yang paling sederhana. Puasa yang demikian itu telah memenuhi syarat minimal untuk sahnya puasa dan dapat menjadi alat pencegah preventif terhadap terjadinya gangguan kejiwaan. 23 2. Puasa sebagai pembinaan kesehatan mental Yang dituntut oleh puasa adalah kejujuran terhadap dirinya sendiri disamping jujur kepada orang lain. Karena puasa itu ibadah batin yang tidak biasa disaksikan oleh panca indra dengan ibadah lain yang hanya mengetahuinya ialah Allah swt. Sifat jujur telah tertanam pada diri seseorang, maka dirinya akan merasa tentram, ia tidak akan dihinggapi oleh rasa takut atau rasa dosa, karena segala sesuatunya jelas dan tidak ada yang palsu atau disembunyikan. Dalam ilmu kesehan mental, terdapat suatu cara penyesuaian diri yang tidak sehat yang disebut pembelaan sancity , yaitu orang yang tidak berani mengakui kepada dirinya bahwa ia telah melangar nilai-nilai yang dianutnya sendiri. 24 Ibadah puasa mencegah terjadinya gangguan-gangguan kejiwan. Nilai puasa itu benar-benar menjangkau lubuk yang terdalam pada diri manusia yang menunjang kepada pembinaan ahklak mulia. 3. Puasa sebagai pengobatan terhadap gangguan kejiwaan Pengobatan kejiwaan yang paling baik adalah menghilangkan penyebab terjadinya gangguan tersebut. Diantara penyebab gangguan kejiwaan yang banyak terdapat adalah rasa berdosa atau bersalah dan rasa dendam. Apabila seseorang merasa dirinya bersalah kepada manusia atau berdosa kepada Allah swt, ia akan menderita, dan penderitaan tersebut semakin lama semakin berat, ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan yang agak 22 Utsman al-syakir, Durroh al-Nashihin, hal 31 23 Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, hal 12 24 Darajat, Puasa Meningkatkan kesehatan Mental, hal 32 16 berat disertai dengan penyakit jasmani bahkan mungkin akan mengubah jalan hidupnya. Penderitaan yang amat berat adalah merasa berdosa, ia telah mencoba dan mohon ampun kepada Allah swt, namun rasa dosa dan penyesalannya tidak hilang juga. Maka laksanakanlah puasa, terlebih lagi di bulan Ramadhan dengan tekun serta perbanyak ibadah, amal shaleh dan mohon ampun kepada Allah swt. 25 4. Indikator Puasa Yang Baik Sedemikian penting dan baiknya hikmah puasa bagi berbagai segi kehidupan manusia, tentunya setiap orang ingin melaksanakannya, meraih manfaat dan keuntungan bagi dirinya, terutama manfaat rohaniah-kejiwaan yang sangat didambakan oleh setiap orang. Berikut ciri puasa yang baik, antara lain : 26 a. Dapat mengantarkan sikap hidup takwa Orang yang bertakwa sebagai buah dari ketaatan dan kepatuhan menjalankan perintah dan menjauhi larangannya akan selalu berkata benar, berkata yang menyejukkan, bertindak jujur dan adil, dermawan, memenuhi janji, tidak mendendam, berkasih sayang, dan sebagainya. Berbagai bentuk ahklak mulia itulah indikasi takwa yang bisa terlihat karena hakikat takwa tempatnya tersembunyi, yaitu di dalam hati nurani yang tidak tampak kecuali oleh Allah swt. Puasa dalam hal ini akan bisa mengantar manusia kepada ketakwaan yang lebih baik daripada sebelumnya. Puasa melatih manusia ikhlas hati, mawas diri, amanah, jujur, bekerja tanpa pamrih, takut dan malu semata-mata karena merasa berada dalam pengawasan Allah swt. Takwa merupakan target yang hendak dicapai dari aktivitas puasa, bukan lapar, haus, atau mengekang seks semata, seperti pada agama-agama lain yang berarti semakin menderita maka nilai puasa semakin baik. Nabi saw. Menjelaskan bahwa ada sekian banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh hasil 25 Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, hal 20 26 Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik Dan Psikis, Gema Insani Press, 2003, Cet. Ke-1, hal. 175-230 17 dari puasanya kecuali lapar dan dahaga. Hal ini karena dia dalam berpuasa tidak berupaya meningkatkan kadar ketakwaannya. b. Membangun kepercayaan diri Secara psikis, do‟a memiliki pengaruh terhadap rohani. Senjata orang beriman ini menjadikan jiwa tenang dan tabah. Doa memperkuat semangat juang dan mendatangkan optimisme. Dengan doa, manusia memiliki kepercayaan diri sehingga tidak minder. Doa adalah terapi psikomatik seperti takut, cemas, ragu- ragu, dan sebagainya. Ia stabilisator jiwa terutama saat jiwa mengalami guncangan dan tekanan berat seperti stres dan depresi. Anjuran itu bertambah kuat menjelang waktu-waktu yang diduga kuat doa akan mudah dikabulkan, di antaranya yaitu waktu antara azan dan iqamah, waktu berpergian, waktu sulit dan terdesak, waktu turun hujan pertama kali, waktu perang berkecamuk, hari jum‟at, hari Arafah, malam hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Lailatul Qadar, doa orang yang llemah dan tertindas, serta doa saat tengah menjalani ibadah puasa. c. Mampu mengurangi tekanan jiwa Problem utama kesehatan jiwa manusia adalah timbulnya berbagai stresor psikososial pada masyarakat, seperti ketidakmampuan mengikuti perkembangan zaman, kesenjangan komunikasi, beban kerja yang menumpuk, target yang tidak tercapai, dan persaingan tidak sehat. Akibatnya, banyak orang menderita ketegangan, kecemasan, depresi, tidak puas, kecewa, curiga berlebihan kepada orang lain, dan sebagainya. Tekanan-tekanan psikologis seperti kescewa, tidak bahagia, tajut, dan persaingan tidak sehat, berkorelasi tinggi terhadap menurunnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan intervensi penyakit yang dapat diketahui dari fisik, tingkah laku, alam perasaan, dan cara berpikir seseorang. Salah satu hikmah puasa adalah melatih dengan sengaja tidak memenuhi kebutuhan pokok jasmani pada waktu yang biasa. Jika orang berpuasa karena Allah merenungkan pengalaman tidak terpenuhinya kebutuhan pokok sehari-hari, ia akan menemukan suatu pelajaran dan latihan menghadapi kesulitan. Apabila kemampuan menghadapi dorongan dan kebutuhan pokok jasmani berhasil diraih dalam berpuasa selama satu bulan, maka seharusnya secara berangsur-angsur ia 18 dapat melatih diri untuk menghadapi kebutuhan pokok kejiwaan dan sosial yang selama ini tidak dapat diatasinya. d. Memupuk Solidaritas Sosial Banyak orang menyerukan solidaritas sosial, namun banyak pula yang hanya sebatas retorika, teori, aksesoris, dan kata-kata, belum pada tahapan aksi dan praktik langsung. Di sinilah nilai kelebihan dari puasa yakni dapat memupuk solidaritas sosial. Seperti kita ketahui, sebagian masyarakat terdiri dari golongan dhuafa dan mustadh‟afin. Mereka apakah lemah karena faktor kultural atau struktural mengalami kesusahan dan penderitaan hidup. Setiap dari mereka manahan lapar dan dahaga, sementara belak makanan tidak ada sama sekali kalau tidak menipis. Puasa baginya adalah hal wajar yang dialami mereka sehari-hari. Ditambah lagi ketika berpuasa dia tidak bisa turut bersuka cita asaat berbuka kecuali sekadar syukur di tenga sebagian masyarakat merayakan buka puasa dengan pesta. Mereka membutuhkan kasih sayang dan kepedulian. Dengan puasa, orang-orang kaya akan merasakan betapa sakit dan perihnya menahan lapar, padahal itu hanya sementara waktu. Perasaan ini akan mengingatkan mereka kepada sebagian saudaranya yang dhuafa dan mustadh‟afin yang senantiasa merasakan lapar dan dahaga sepanjang waktu. Dari pengalaman ini, maka akan timbullah sikap murah hati, guna menolong mereka yang serba kekurangan dan lemah, yang pada akhirnya akan melahirkan pula sikap kasih sayang kepada sesama muslim. Maka jelaslah kehidupan masyarakat muslim akan semakin kokoh dan lestari. 27 e. Sebagai pengendalian diri Kemampuan mengendalikan diri amat penting dalam kehidupan manusia. Apabila seseorang tidak mampu mengatasi dorongan dan kebutuhannya dengan cara yang baik dan wajar, ia akann sering menghadapi kesulitan, misalnya melanggar kaidah-kaidah agama, keetentuan hukum, hak orang lain, merugikan 27 Edy A. Effendi, Ribuan Hikmah Puasa, Jakarta: Puspa Swara, 1997, Cet. Ke-1, hal. 40 19 diri sendiri, bahkan lebih dari itu dapat menimbulkan bencana perkelahian, peperangan, dan permusuhan antar negara, suku, ras dan golongan. Ukuran kemampuan pengendalian diri seseorang bergantung pada nafsu. Seseorang yang mampu mengendalikan nafsu, ia juga tidak akan mampu mengendalikan akal dan hatinya. Dilihat dari funngsinya, nafsu yang menyertai hidup dan kehidupan dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, nafsu yang melayani kepentingan dan kebutuhan jasmani, dan kedua, hafsu yang melayani kepentingan dan kebutuhan rohani. Puasa dalam hal ini melatih manusia mengendalikan diri selain meningkatkan keimanan. Anjuran berpuasa dengan menehan diri dari kata-kata dan prilaku negatif seperti emosi, jorok, dusta, dan lainnya, melatih manusia untuk menghindari kejahatan seperti memprovokasi dan berkarakter mulia seperti berkasih sayang. f. Menyehatkan emosional Puasa erat kaitannya dengan kemampuan menahan diri imsak. Puasa merupakan wahana penempatan mental hingga seseorang mampu bertahan menghadapi ujian dan cobaan serta siap menghadapi perjuangan dan pengorbanan yang lebih berat. Puasa melatih kedisiplinan dan mengendalikan diri. Mengendalikan diri luas cakupannya, termasuk di dalamnya adalah mengendalikan diri dari sikap emosional. Aktivitas puasa sangat efektif dalam upaya melatih sikap meredam marah. Marah berasal dari nafsu yang dibimbing setan. Setan masuk ke dalam manusia melalui aliran darah. Dalam kondisi berpuasa, tubuuh lemah akibat manahan haus dan lapar. Kondisi ini akan menjadikan kekuatan dan energi setan turut melemah. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa puasa adalah perisai junnah. Temasuk perisai dari gangguan marah yang disebabkan oleh nafsu setan. Orang yang menjadikan puasa dituntut untuk memelihara emosinya. Emosi tidak boleh dibiarkan lepas. Puasa itu mulia. Kemulian puasa tidak boleh dirusak dengan prilaku kampungan yang tidak terkontrol dan jangan menjadikan nilai puasa lenyap. 20 g. Dapat melatih kesabaran Menurut sahabat Ali bin Abi Thalib dan Imam al-Ghazali, sabar dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1 sabar dalam ketaatan, yakni menahan kesusahan dan kesukaran dalam mengerjakan amal ibadah,2 sabar dari kamaksiatan, yakni menahan diri dari mengerjakan kemaksiatan, kemungkaran, dan kedurhakaan, dan 3 sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan, yaitu tabah, tidak mengeluh, serta tidak berputus asa atas musibah dan berbagai penderitaan hidup yang menimpanya. Karena kaitannya yang lekat antara puasa dan kesabaran, Al- Qur‟an sering menyebut puasa dengan menggunakan bahasa sabar. Allah swt. berfirman, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar puasa dan shalat...’ al-Baqarah : 45 Dengan latihan kesabaran, secara psikis orang yang berpuasa lebih memiliki kesiapan dan ketahanan dalam menghadapi derita, ujian, dan cobaan hidup tahammul sebab dia telah terlatih, terbiasa, dan tertempa mentalnya. Dia tidak mudah mengeluh dan berputus asa. Menurut pandangan Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin, sebagaimana ditulis Wahjotomo dalam keadaan lapar karena puasa sebenarnya akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu : 1. Bersih hati, bersinarnya kecerdasan dan tembusnya penglihatan mata hati. 2. Halus dan bersihnya hati yang dengan itu dipersiapkan untuk memperoleh ketekunan berzikir. 3. Terlepasnya dari nafsu-nafsu yang hina, sehingga terhindar dari jebakan- jebakannkenikmatan, kegembiraan, dan kufur nikmat. 4. Tidak melupakan cobaan Allah yang ditimpakan kepada orang lain. 5. Hancurnya nafsu-nafsu syahwat pada perbuatan-perbuatan maksiat ataupun jahat. 6. Menolak tidur atau dapat mengurangi frekuensi tidur yang tinggi. 7. Memudahkan dorongan untuk semakin rajin beribadah. 8. Memiliki badan yang sehat sehingga kecil kemungkinan untuk menggapai penyakit. 9. Dapat meringankan biaya pembelanjaan. 21 10. Lebih kemungkinan untuk hidup tidak boros, sehingga dapat menyisihkan kelebihan makan atau lainnya untuk para yatim dan fakir miskin. 28

B. HAKIKAT KESEHATAN MENTAL