Definisi Puasa HAKIKAT PUASA

6

BAB II KAJIAN TEORI

A. HAKIKAT PUASA

1. Definisi Puasa

Menurut bahasa syiam , puasa berarti “ menahan dari sesuatu” 4 . Menurut syara’ ialah : “menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan seperti makan, minum dan bersenggama dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah SWT semata-mata, dengan disertai niat syarat-syarat tertentu. 5 Adapun puasa dalam istilah fiqih adalah : يصلا ةين عم سْمشلا ْوٌرغ ىلا رْجفلْا عْوٌط نم ع مجلاو رشلاو لْك ْلا كْرتوٌه يصلا ىل عت ه Artinya : Puasa ialah meninggalkan ma kan, minum, dan jima’ mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat karena Allah swt. 6 Sedangkan menurut Imam Barakat Abdullah Ba‟lawiy Al-Hadad 7 menyebutkan bahwa puasa itu memiliki ruh jiwa dan bentuk. Bentuk dari puasa adalah menahan diri dari makan, minum, bersetubuh dengan istri mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan suatu niat ibadah. Sedangkan jiwaruh dari puasa ini adalah menahan diri dari melakukan perbuatan dosa dan hal-hal haram lainnya, dan sebaliknya melakukan amala-amalan fardhu wajib. Dengan demikian, orang berpuasa dari makan, minum dan bersetubuh di siang hari tetapi tidak menahan diri dari perbuatan dosa dan hal-hal haram lainnya, baik perkataan maupun perbuatan, maka ia hanya akan mendapat rasa haus dan lapar semata. Ketentuan yang mewajibkan puasa ialah firman Allah swt. 4 El-Bahayi el-Choli, Al syiam, Cairo : Qadadar Street , Seri II, hal. 20 5 M.Baghir al-Habsyi, Fiqih Praktis, Bandung: Mizan, 1999, Cet ke-I, hal. 341 6 al-Habsyi, Fiqih Praktis, hal. 342 7 al-Habsyi, Fiqih Praktis, hal. 343 7                Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang bertaqwa QS. Al-Baqarah, ayat 183. 8 Adapun Syarat Wajib dan Sahnya Puasa sebagai berikut: 1. Syarat wajib puasa a. Beragama Islam b. Baligh dan berakal ; anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa, tetapi apabila kuat mengerjakannya, boleh diajak berpuasa sebagai latihan. c. Suci dari haidh dan nifas ini tertentu bagi wanita d. Kuasa ada kekuatan, kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang sudah tua. Orang sakit dan orang tua, mereka boleh tidak berpuasa, tetapi wajib membayar fidyah. 2. Syarat sahnya puasa ; a. Islam b. Tamyiz, artinya orang-oranganak-anak yang dapat membedakan antara baik dan buruk, tegasnya bukan anak yang terlalu kecil dan bukan orang gila. c. Suci dari haidh dan nifas, wanita yang sedang haidh dan nifas tidak sah jika mereka berpuasa, tetapi wajib qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan hari yang ia tinggalkan. d. Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. 9 8 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Puasa, N.V. Bulan Bintang, Jakarta 1983, Cet. Ke-9, hal. 35 9 Slamet Abidin, Fiqih Ibadah, Bandung : CV Pustaka Setia, 1998, Cet. ke-I, hal. 252-253 8 Dalam melaksanakan ibadah puasa, disyaratkan melakukan hal-hal sebagai berikut; 1. Niat Puasa harus dengan niat didalam hati yang diucapkan pada malam harinya puasa Ramadhan. Sempurnanya niat harus jelas untuk berpuasa besok memenuhi kewajiban karena Allah swt, berikut sabda Nabi saw : ةس خلا هاور هل ايص ا ف رْجفلا لْبق ايصلا ع ْجي ْ ل ْ Artinya : Barangsiapa tidak berniat berpuasa pada malam hari sebelum fajar tiba, maka tidak puasa baginya HR. Lima ahli hadits . 10 2. Sahur Makan sahur menurut ijma‟ umat Islam adalah sunnah dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Waktu sahur adalah dari pertengahan malam sampai terbit fajar dan disunnatkan mengakhirkannya. Sabda Nabi Saw. ةكرب رْ حسلا ف َ اف اْورحست س و راخبلا هاور Artinya : Makan sahurlah kamu karena makan sahur itu barokah HR. Bukhari Muslim. 11 Orang yang berpuasa hendaknya menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan seperti makan, minum, bersenggama dan juga harus menahan diri dari godaan-godaan yang berupa hinaan dari orang lain maupun cacian. Oleh karena itu, apabila sedang berpuasa maka perbanyaklah bersabar dalam menghadapi tantangan untuk menjalankan ibadah puasa. 12 Adapun hal-hal yang membatalkan puasa yaitu : 1. Yang wajib qadha saja a. Makan atau minum secara sengaja,termasuk juga memasukan sesuatu benda,bukan makanan ke dalam tubuh melalui saluran yang biasa, seperti: mulut, hidung, dan telinga. 10 Abidin, Fiqih Ibadah, hal. 248 11 Abidin, Fiqih Ibadah, hal. 249 12 Abidin, Fiqih Ibadah, hal. 250 9 b. Muntah dengan sengaja. c. Haid dan nifas. d. Istimna‟ masturbasi, yaitu dengan sengaja melakukan sesuatu yang menimbulkan rangsangan syahwat dan menyebabkan keluarnya mani. e. Membatalkan niat puasa. f. Makan, minum, atau melakukan jima‟ karena mengira matahari telah terbenam atau fajar belum terbit. 13 g. Gila. h. Murtad. i. Pingsan, apabila pingsan seluruh siangna dan tidak sadar sesaat pun, alau saar diwaktu siang,maka puasanya tetap sah. 2. Yang wajib qadha dan kaffarat Tidak ada larangan bagi seorang suami melakukan jima‟ dengan istrinya dimalam hari dimalam ramadhan. Tetapi jika ia melakukan di siang hari, ketika sedang berpuasa, maka selain batal puasanya ia pun wajib kaffarat selain mengqadha. Adapun kaffaratnya memerdekakan budak, atau jika tidak mampu memerdekakan budak, maka berpuasa dua bulan berturut-turut atau memberi akan orang miskin masing-masing sebanyak satu mudd atau kira-kira 600 gr makanan pokok. 14

2. Macam-macam puasa