26
b. Memiliki penilaian self evaluation wawasan diri yang rasional dengan
harga diri yang tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral, dan tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu juga dapat menilai prilaku orang
lain yang rasional dan tidak menusiawi sebagai gejala prilaku yang menyimpang.
c. Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat.
d. Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat dan mampu
memuaskannya dengan cara yang sehat, namun tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri.
e. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan memilliki motif hidup
yang sehat dan kesadaran tinggi. b.
Memiliki tujuan hidup yang wajar, tepat, dan realitas sehingga bisa dicapai dengan kemampuan sendiri serta memilliki keuletan dalam mengejar
tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya.
36
Berdasarkan uraian-uraian diatas mengenai indikator kesehatan mental, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental mengandung banyak arti, yakni tidak
hanya terhindarnya seseorang dari gejala gangguan-gangguan kejiwaan tetapi lebih bersifat kemampuan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya.
C. Puasa Dan Kesehatan Mental
1. Hubungan Puasa Dengan Kesehatan Mental
Peranan puasa dalam menciptakan kesehatan mental cukup besar, baik sebagai pengobatan terhadap gangguan kejiwaan, sebagai pencegahan agar tidak
terjadi gangguan kejiwaan, maupun sebagai alat untuk kesehatan mental. Dalam ibadah puasa, kejujuran yang dituntut adalah jujur terhadap diri
sendiri di samping jujur kepada orang lain. Orang yang tahu persis apakah seseorang itu berpuasa atau tidak, adalah dirinya sendiri. Orang lain dapat
dibohonginya. Sebab menelan air waktu berkumur-kumur sudah menyebabkan
36
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, Bandung, PT. Pustaka Setia, 1999, Cet. 1, hal. 13-14
27
puasa itu batal, walaupun ia meneruskan puasanya, tidak makan, minum maupun yang membatalkan puasa.
Puasa juga merupakan hubungan ruhani antara mahkluk dengan kholiknya, orang yang sedang mengerjakan puasa dengan khusus tidak akan
merasa sendiri. Puasa bertujuan agar manusia selalu dekat dengan Allah SWT, sehingga mendorong manusia untuk berusaha dan tidak tergelincir serta
terperosok kepada gelisah, bersalah, dan tidak tenang. Adapun kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa seperti cemas, adanya konfllik,
hingga timbul rasa gelisah dan frustasi. Oleh karena itu, hubungan ibadah puasa dengan kesehatan mental sangat erat, karena ibadah puasa mampu menyehatkan
mental manusia.
2. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis
Adapun kerangka berfikir tersebut, bahwa penulis berkesimpulan yakni adanya pengaruh antara ibadah puasa dengan kesehatan mental. Apabila siswa
menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar, maka jiwa atau mentalnya akan baik, karena jiwa atau mental yang sehat akan mempengaruhi gaya hidup yang
normal, berkepribadian yang baik hingga dapat tercipta masyarakat yang baik pula.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil Ho dan hipotesis alternatif Ha , dengan :
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang positif antara hubungan puasa terhadap
kesehatan mental siswa. Ha
= Terdapat pengaruh yang positif antara hubungan puasa terhadap mental, yang tercermin prilaku siswa.
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai penelitian adalah MTs. Al-Khairiyah jalan Azalea 2 Kedoya Selatan Jakarta Barat. Sedangkan waktu dan pelaksanaannya
adalah pada hari Senin, tanggal 2 Mei - 31 Agustus 2011.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu : 2.
Puasa adalah variabel X sebagai variabel terikat. 3.
Kesehatan mental adalah variabel Y sebagai variabel bebas.
C. Metode Penelitian
Penggunaan metode penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan data yang valid, akurat dan sifnifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan
untuk mengungkapkan masalah yang diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yakni pendekatan yang hasil temuannya diperoleh melalui hitungan atau statistik yang berbasis angka. Pendekatan kuantitatif biasanya dipakai untuk
menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendekripsikan statistik, untuk menunjukan hubungan antar variabel.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis yakni penelitain yang menggambarkan, mengungkapkan dan memaparkan data
yang diperoleh dari hasil penelitian secara jelas dan apa adanya, sehingga hasil penelitian ini dapat tergambarkan dengan jelas. Penelitian deskriptif dimaksudkan
untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena yang terjadi di lapangan mengenai berbagai gejala yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas,
yaitu melalui angket, observasi dan wawancara.