Pengertian Belajar Korelasi prestasi belajar pendidikan agama islam dengan ketaatan beribadah siswa kelas Viii di SMP Negeri 1 Cireudeu Ciputat

20

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Ketaatan Beribadah

1. Pengertian, Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Belajar

Belajar dalam pengertian umum adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan karena manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya dan pada lingkungannya, maka proses belajar selalu terjadi tanpa henti dalam kehidupan manusia. 14 Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penugasan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah ‘penambahan pengetahuan’. Selanjutnya, ada yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. 15 Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar dapat didefinisikan sebagai akuisisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruktusional yang konkrit, dan diikuti oleh semua siswa sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan dinamis. 16 Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan perilaku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. 17 Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya 14 Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, cet. Ke-2, h. 164 15 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-11, h. 20-21 16 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Pendidikan, 1997, cet. Ke- 9, h. 55 17 Ahmad Mudzakir, et al., Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, cet. Ke-1, h. 34 21 perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. 18 Sehubungan dengan uraian diatas, maka kegiatan belajar itu cenderung diketahui sebagai suatu proses psikologis, terjadi di dalam diri seseorang. Oleh karena itu, sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Dalam hal ini secara global ada tiga teori yakni, teori Ilmu Jiwa Daya, Ilmu Jiwa Gestalt dan Ilmu Jiwa Asosiasi. 1 Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya oleh Salz dan Walff Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu, dapat digunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka, dan istilah asing. Begitu pula dengan daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan pembentukan dari daya-daya itu. Kalau sudah demikian, maka seseorang yang belajar itu akan berhasil. 2 Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagianunsur. Sebab keberadaan keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar, bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan menyeluruh. Dalam mempersoalkan belajar, Koffka berpendapat bahwa hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlakubisa diterapkan dalam kegiatan belajar. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa belajar itu pada pokoknya yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yakni mendapatkan respons yang tepat. Karena penemuan respons yang tepat tergantung pada kesediaan diri si subjek belajar dengan segala panca indranya. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua panca indra itu sangat diperlukan. Menurut teori ini memang mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah itu tergantung pada pengamatan. 3 Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi a Teori Konektionisme dari Thorndike Menurut Thorndike, dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indra sense impresion dengan impuls untuk bertindak impuls to action. Asosiasi yang demikian itu dinamakan ‘connecting’ . Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa, otomatis. b Teori Conditioning dari Pavlov Secara eksplisit dapat dikonklusikan bahwa suatu proses perubahan terjadi karena adanya syarat- syarat conditions yang kemudian menimbulkan reaksi response yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis alami. Pengamat teori ini mengatakan bahwa: “setiap tingkah laku manusia, juga tidak lain adalah hasil dari conditioning yakni hasil dari latihan- latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syaratperangsang-perangsang tertentu yang dialaminya didalam kehidupannya”. Dalam praktek kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya sesuatu tanda. Misalnya anak sekolah mendengar lonceng, kemudian berkumpul; tentara akan mengerjakan atau melakukan segala sesuatu gerakan karena aba- aba dari komandannya; permainan sepak bola akan berhenti kalau mendengar bunyi pluit. 18 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, cet. Ke-3, h. 1 22 Teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis alami, bahwa hal ini sekaligus merupakan suatu kelemahan juga, dari pada teori ini. Ini dapat dikatakan karena teori ini menghiraukan keaktifan dan penentu pribadi dalam peranan latihankebiasaan terlalu menonjol. 4 Teori Konstruktivisme oleh Von Glasersfeld Menurut pandangan teori ini, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar, bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajarsiswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subjek belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan, dan membuat makna, mencari kejelasan dan menentukan justifikasi. Karena itu guru dalam hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar siswa. 19 Dari beberapa teori belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa: a. Belajar merupakan pelatihan daya-daya yang dimiliki setiap individu sesuai fungsinya seperti daya ingat, hafal ataupun menghitung agar keberhasilan dalam belajar mudah diperoleh. b. Belajar merupakan pelatihan pada panca indra dalam mengembangkan kemampuannya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Antara komponen yang satu dengan yang lainnya harus saling berhubungan agar proses belajar individu mudah difahami dan direalisasikan dalam kehidupannya c. Belajar merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan baik fisik, mental, juga tingkah laku yang harus didukung oleh lingkungannya. Belajar juga merupakan sebuah proses mengubah kebiasaan dari hal yang buruk menjadi baik, mengubah sikap dan mental seseorang, yang terpokok bahwa belajar sebagai proses menambah pengetahuan dalam berbagai ilmu dan pengetahuan.

b. Pengertian Prestasi