Pemahaman pendidikan agama Islam dan Pengaruhnya dalam ketaatan menjalankan ajaran agama Islam siswa di SMP Negeri 5 Tangerang

(1)

Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)

Oleh:

NUR UMI RULIYANA (205011000308)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Islam dan Pengaruhnya dalam Menjalankan Ajaran Agama Islam Siswa di

SMP Negeri 5 Tangerang”. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Latar belakang pemilihan judul tersebut adalah karena penulis melihat bahwa pada zaman sekarang ini, banyak siswa yang belajar pendidikan agama Islam tetapi di dalam dirinya belum terbentuk kepribadian muslim. Mulai dari berpakaian, perkataan, pergaulan dan hal-hal lainnya. Pada kenyataannya juga, masih banyak yang belum mapan melakukan ajaran-ajaran agama seperti shalat, puasa dan akhlak dalam pergaulannya kurang mencerminkan seorang siswa yang beragama Islam. Dan tidak menutup kemungkinan ada pula yang memiliki pemahaman agama yang sangat luas bisa meninggalkan ibadah dan bahkan melakukan hal-hal yang dilarang agama.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ketaatan siswa dalam menjalankan ajaran agama Islam antara siswa yang faham agama dengan siswa yang kurang faham agama di SMP Negeri 5 Tangerang.

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 27 September 2010 sampai 30 Oktober 2010. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan sesuai dengan data yang diperoleh. Teknik sampel yang digunakan adalah cara random sampling (secara acak), dengan demikian maka penulis memberi hak yang sama kepada siswa untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel. Sampel dalam penelitian ini sebesar 12 % dari jumlah populasi 347 siswa yaitu berjumlah 42 orang. Instrumen yang diberikan berupa kuesioner berjumlah 25 butir soal pernyataan. Dalam melakukan analisis terhadap kedua variabel, yaitu mengenai Pemahaman Pendidikan Agama (Variabel Independent/Bebas) dan Ketaatan menjalankan ajaran agama Islam (Variabel Dependent/Terikat), dengan model alat analisis tes “t”.

Kesimpulan bahwa Terdapat perbedaan tingkat ketaatan menjalankan ajaran agama Islam antara siswa yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama. Dapat dilihat diperolehnya to = 6,8228 pada taraf signifikansi 5% diperoleh t tabel = 2,02 (6,8228 > 2,02), maka Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Sedangkan pada taraf signifikansi 1% t tabel = 2,71 (6,8228 > 2,71), maka Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Maka pada taraf signifikansi 5% dan 1% Hipotesis alternatif diterima (Ha) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dalam ketaatan menjalankan ajaran agama Islam antara yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama.


(3)

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, yang telah berhasil merubah peradaban dari jaman Jahiliyah menuju jaman Islamiyah yakni Dinul Islam, dan semoga kita semua mendapat syafaat beliau ketika harta benda tidak lagi berguna bagi umat manusia.

Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan berbagai pihak. oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan FITK beserta Pembantu Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nurlena Rifa’I M.A.Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini dengan ridho dan ikhlas.

4. Bapak H. Mulyono Sobar, S.Pd., Selaku Kepala Sekolah beserta seluruh jajaran guru dan staff SMP Negeri 5 Tangerang, khususnya Bapak Wahyudi S.Pd., dan Ibu Yeni Nuraeni S.Ag., yang telah memberikan izin dan membantu penulis untuk melaksanakan penelitian di tempat tersebut.

5. Segenap Ibu/Bapak Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN syarif Hidyatullah Jakarta yang telah memberi ilmu yang tidak ternilai kepada penulis.


(4)

kakak ku (Syofia Wahida & M. Nurdin) dan adikku (Fitriani Mudrikah) yang telah memberikan motivasi serta do’a kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan SI.

7. Mahasiswa UIN Syahid Angkatan 2005 Non Regular FITK Jurusan PAI kelas A dan B. Roihana, Hotlina, Tatu, Meliyana, Lina, Erdi, ka’ diah, ka’ bacen, Umi. dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk keikutsertaan kalian dalam memberikan dukungan moril.

8. Yayasan MI Al-mursyidiyyah, khususnya Ibu kepala Sekolah dan seluruh dewan guru yang telah memberikan motivasi, pengertian dan waktunya untuk menyempatkan penulis menyelesaikan tugas ini di sela-sela waktu mengajar.

Hanya ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis sampaikan, semoga bantuan dan do’anya yang telah diberikan dapat menjadi catatan amal kebaikan di hadapan Allah Swt, Amin.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang budiman untuk perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi yang membacanya, dan kepada lembaga pendidikan untuk memotivasi para guru agar lebih giat dalam mengajar guna peningkatan mutu pendidikan. Semoga Allah Swt selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayahnya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, 20 Januari 2011 Penulis,


(5)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 5

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Perumusan Dan Pembatasan Masalah ... 5

D.Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS A.Kajian Teori... 7

1. Pemahaman Pendidikan Agama Islam ... 7

a. Pengertian Pemahaman Pendidikan Agama Islam ... 7

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 10

c. Ruang Lingkup dan Materi Pendidikan Agama Islam ... 12

2. Ketaatan Menjalankan ajaran Agama Islam ... 13

a. Pengertian Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama Islam ... 13

b. Nilai – nilai Dalam Ajaran Islam ... 17

1. Aqidah ... 18

2. Ibadah ... 19

3. Akhlak ... 21

B. Kerangka berfikir... 28

C. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 5 Tangerang

1. Pendahuluan ... 38

2. Visi dan Misis SMP Negeri 5 Tangerang ... 39

3. Keadaan Guru, Staf, administrasi dan karyawan ... 39

4. Keadaan Siswa SMP Negeri 5 Tangerang ... 41

5. Prestasi siswa SMP Negeri 5 Tangerang ... 42

6. Sarana dan Prasarana... 43

7. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 45

8. Struktur Organisasi SMP Negeri 5 Tangerang ... 45

9. Pelaksanaan PAI SMP Negeri 5 Tangerang ... 47

B. Deskripsi Data ... 48

C. Analisis Data ... 51

D. Interpretasi Data ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN


(7)

Tabel 1 Kisi-kisi Variabel X (Pemahaman Pendidikan Agama) ... 33

Tabel 2 Kisi-Kisi Variabel Y (Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama) ... 34

Tabel 3 Kondisi Guru ... 39

Tabel 4 Tenaga Administrasi ... 39

Tabel 5 Keadaan Siswa SMPN 5 Tangerang ... 40

Tabel 6 Rekapitulasi Agama Siswa Tahun Ajaran 2010-2011 ... 41

Tabel 7 Prestasi Akademik Siswa SMPN 5 Tangerang ... 41

Tabel 8 Prestasi Non Akademik Siswa SMPN 5 Tangerang ... 42

Tabel 9 Sarana dan Prasarana ... 42

Tabel 10 Keadaan Buku ... 43

Tabel 11 Alat Peraga ... 43

Tabel 12 Struktur Organisasi SMPN 5 Tangerang ... 45

Tabel 13 Daftar Siswa yang lebih memahami Agama ... 47

Tabel 14 Daftar Siswa yang kurang Memahami Agama ... 48

Tabel 15 Skor Perbedaan antara Variabel X dengan Variabel Y ... 48


(8)

Hlm Lampiran 1 Hasil wawancara ... 60

Lampiran 2 Instrumen Penelitian Pemahaman Pendidikan Agama Islam Dalam Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama Islam ... 62 Lampiran 3 Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ... 68 Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian. ... 69 Lampiran 5 Surat Keterangan Melakukan Penelitian Di SMP Negeri 5


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar belakang masalah

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah Swt. Dengan segala pemberiannya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa di rasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah Swt yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia seharusnya mendapatkan suatu bimbingan sehingga didalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah Swt. Untuk itu manusia membutuhkan adanya pendidikan.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, tahu dan dapat membedakan mana prilaku yang baik dan mana prilaku yang tidak baik. Dan dengan pendidikan pula manusia dapat menduduki tempat yang terpuji didunia.

Dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 yang berbunyi: ”Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,


(10)

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab”.1

Dalam kenyataan hidup sehari-hari, kita menyaksikan banyak kaum intelegensia, yaitu orang-orang yang banyak pengetahuannya, tidak mampu memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat. Mereka cenderung berfikir bebas tanpa mengenal ikatan-ikatan, berperasaan tanpa adanya tenggang rasa, bertingkah laku tanpa mengenal baik, buruk atau halal dan haram kalau demikian keadaan manusia, maka kemudian manusia itu akan meruntuhkan nilai-nilai kemanusiannya sendiri dan berubahlah dari makhluk Tuhan yang tinggi derajatnya kepada makhluk Tuhan yang hina.2 Untuk itu diperlukan pengendalian kecendrungan tersebut, sehingga tidak mudah menerima rangsangan yang mengarah kepada kesalahan. Dan untuk itu dibutuhkan agama dalam bentuk pengamalan ajaran-ajarannya yang dilakukan dengan istiqomah (terus menerus) dan khusyu dalam kehidupannya, karena ajaran-ajaran agama didalamnya dapat membimbing manusia kearah kepada kebaikan dan kebenaran.3

Tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XI, Pasal 29 ayat 1 yaitu: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini menunjukkan bahwa pendidikan agama adalah sangat penting.

Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara pada Tanggal 26 April 1972 sebagai berikut: Dalam pendidikan kita itu, jelas Pendidikan Agama merupakan bagian yang penting, karena dalam pancasila sendiri kita menegaskan Ketuhanan yang Maha Esa. Pendidikan Agama berdasarkan keyakinan agama

1

Undang-undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam), h. 37.

2

Sahilun A. Nasir & Hafi Anshari, Pokok-Pokok Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, (Surabaya: Al-ikhlas, 1984), Cet. 2, h. 57-58.

3

Heny narendrany Hidayati & Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Press, 2007), cet. 1, h. 72.


(11)

pemeluknya masing-masing bukanlah membuka lapangan yang terpisah dari pendidikan nasional kita, melainkan harus menjiwai.4

Secara Umum, Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (GBPP PAI, 1994).5

Menurut Prof. Dr. Zakiyah Darajat bahwa pendidikan Agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, agar agama ini benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari.6

Pendidikan Agama Islam tidak tertuju kepada pembentukan kemampuan akal saja. Dengan pengetahuan agama, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam. Selain pengetahuan, pengembangan dan pemahaman keagamaan dalam diri seseorang juga sangat penting. Seseorang yang memiliki pemahaman agama akan melaksanakan ajaran agama dengan penuh keikhlasan semata-mata hanya kepada Allah.

Dalam Penanaman ajaran-ajaran agama pada usia remaja sangat penting. Karena pada usia remaja ini banyak terjadi kegoncangan atau ketidakstabilan dalam beragama. Kadang-kadang mereka tekun dalam beribadah, tetapi pada waktu lain mereka enggan melaksanakannya. Oleh karena itu, sebaiknya mereka diberi bimbingan agama agar menjadikan pedoman hidup baginya.

Sudarsono S.H mengatakan, dalam kenyataan sehari-hari menunjukkan, bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma agama, bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama.7 Oleh karena itu, bagaimana agar

4

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,

(Jakarta: Kalam Mulia, 1997), h. 19. 5

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, h. 78.

6

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), Cet.17, h.66. 7


(12)

pendidikan agama Islam yang diajarkan disekolah tidak hanya ada dalam sebuah konsep, akan tetapi yang lebih penting adalah aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun Di zaman sekarang ini, banyak siswa yang belajar pendidikan agama Islam tetapi di dalam dirinya belum terbentuk kepribadian muslim. Mulai dari berpakaian, perkataan, pergaulan dan hal-hal lainnya. Pada kenyataannya juga, masih banyak yang belum mapan melakukan ajaran-ajaran agama seperti shalat, puasa dan akhlak dalam pergaulannya kurang mencerminkan seorang siswa yang beragama Islam. Sering kita mendengar bahkan melihat secara langsung perkelahian antar pelajar yang mengakibatkan kerusakan dan bahkan membuat korban jiwa. Tidak jarang pula sekelompok pelajar membuat ulah yang bermacam-macam di tempat umum sehingga mengganggu orang lain.

Dari uraian di atas dapat diprekdisikan bahwa seseorang yang memiliki pemahaman agama Islam, ia cenderung akan selalu taat menjalankan ajaran agama. Sebaliknya bagi seseorang yang tidak atau kurang memiliki pemahaman tentang agama Islam, ia akan bersikap acuh untuk melaksanakan ibadah yang sebenarnya diwajibkan dalam ajaran Islam. Dan Tidak menutup kemungkinan ada pula yang memiliki pemahaman agama yang sangat luas bisa meninggalkan ibadah dan bahkan melakukan hal-hal yang dilarang agama.

Penulis beranggapan bahwa pemahaman Pendidikan Agama Islam yang dimiliki pelajar, mempunyai hubungan dengan ketaatan menjalankan ajaran agama Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENGARUHNYA DALAM KETAATAN

MENJALANKAN AJARAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 5

TANGERANG ”.

SMP Negeri 5 Tangerang adalah merupakan salah satu sekolah Menengah Pertama yang notabennya pendidikan agama sangat minim. Dikarenakan pelajaran PAI dilaksanakan 1 kali pertemuan (2 jam) dalam


(13)

seminggu. Seperti lembaga lain, SMP Negeri 5 Tangerang melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal sehingga menghasilkan lulusan (anak didik) yang berkualitas, baik dalam bidang IPTEK maupun IMTAQ. Untuk kualitas bidang IMTAQ, PAI dijadikan jalan khusus untuk mencapainya. Melalui pembelajaran PAI, diharapkan dapat meningkatkan IMTAQ siswa sehingga mereka dapat merealisasikan dalam sikap dan prilaku hidupnnya sesuai dengan tujuan pendidikan, khususnya tujuan PAI itu sendiri.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap mata pelajaran PAI yang di ajarkan di sekolah.

2. Bagaimana kesadaran siswa terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam. 3. Bagaimana guru menggunakan media dan metode dalam meningkatkan

pemahamaan siswa terhadap pelajaran PAI.

4. Bagaimana upaya guru PAI untuk meningkatkan siswa dalam menjalankan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5. Apakah ada perbedaan siswa yang paham dengan siswa yang kurang paham agama Islam dalam ketaatan menjalankan ajaran agama Islam?

C.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis serta untuk lebih terarahnya penelitian ini kiranya perlu di kemukakan penjelasan istilah serta pembatasan masalah antara lain:

a. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada kelas IX SMPN 5 Tangerang.

b. Yang di maksud dengan ”Pemahaman” adalah kemampuan yang dimiliki anak didik dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yang telah diperolehnya di sekolah


(14)

c. Yang di maksud ”Pendidikan Agama Islam” adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai ajaran Islam baik itu proses pembelajaran maupun kegiatan yang bercirikan Islam.

d. Nilai-nilai ajaran Islam yang akan diteliti meliputi aqidah, ibadah dan akhlak.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut penulis menentukan rumusan masalah: Apakah ada pengaruh pemahaman agama Islam antara siswa yang paham agama dengan siswa yang kurang paham agama terhadap ketaatan menjalankan ajaran agama Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perbedaan pemahaman pendidikan agama Islam siswa SMP Negeri 5 Tangerang dapat berpengaruh dalam ketaatan mereka menjalankan ajaran agama Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah: a. Menjadi bahan masukan untuk dapat memperbaiki kelemahan dan

kekurangan yang ada pada diri seseorang, serta mampu meningkatkan pribadi agar tidak menyimpang dari Al-Quran dan As-sunnah.

b. Sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa mengenai pendidikan agama Islam, sehingga dapat memperbaiki kualitas ibadah dalam diri siswa umumnya dan guru agama itu sendiri khususnya.

c. Sebagai sumbangan pendidikan untuk mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan.

d. Sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I).


(15)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGUJIAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pemahaman Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi kata Pemahaman berasal dari kata ”paham” yang berarti mengerti benar atau memahami benar.1 Sedangkan secara terminologi, para ahli pendidikan memberikan definisi pemahaman, diantaranya:

Elizabeth B. Hurcock dalam bukunya perkembangan anak, bahwa pemahaman adalah ”kemampuan untuk menangkap sikap, arti atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas atau lengkap tentang hal tersebut.”2

Menurut Anas Sudjiono pemahaman adalah ”kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan”3

1

Peter Salim, Kamus Populer Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet.1, h. 1075

2

Elizabeth B. Hurcock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1992) Cet. 2, h. 38 3

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 4, h. 50


(16)

Menurut Daryanto dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, Kemampuan Pemahaman dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Menerjemahkan (Translation), yaitu bukan saja pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.

b. Menginterpretasi (interpretation) yaitu, kemampuan untuk mengenal dan memahami.

c. Mengekstrapolasi (extrapolation) yaitu, lebih tinggi sifatnya dari menerjemahkan dan menafsirkan, ia memenuhi kemampuan intelektual yang lebih tinggi.4

Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap pemahaman, seseorang yang memiliki pemahaman tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari dan mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.

Dalam ajaran Islam banyak sekali mengandung konsep dan prinsip. Yaitu muslim, mukmin, takwa, syahadat, zakat, puasa, haji, syarat, rukun, adalah sebagian dari sekian banyak konsep yang dimaksud.5

Konsep-konsep dalam ajaran Islam memang harus diketahui dan dipahami. Konsep-konsep dalam ajaran Islam tidaknya penting dilihat dari sudut sistem pengetahuan, tetapi juga penting dilihat dari sudut sistem pengalaman. Pemahaman yang benar tentang konsep itu dapat membantu benarnya pengamalan ajaran Islam.

Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat menjelaskan, mempertahankan, memperaktekkan, membedakan, menduga,

4

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 6, h. 106 5 Daryanto, Evaluasi Pendidikan…h. 116


(17)

menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan.

Setelah mengetahui beberapa definisi mengenai pemahaman, penulis akan menjelaskan beberapa pengertian mengenai pendidikan. Pendidikan dapat diartikan dari sudut pandang bahasa dan istilah.

Dalam bahasa yunani pendidikan (Paedagogike) adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata ”paes” yang berarti anak dan kata ”Ago” yang berarti aku membimbing. Jadi ”paedagogik” berarti aku membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar dalam bahasa yunani disebut ”paedagogos”.6

Dalam bahasa Arab disebut ”tarbiyah” dengan kata kerja Rabba. Kata kerja rabba memiliki arti mendidik dan telah digunakan pada zaman Nabi. Dalam bentuk kata benda, rabba juga digunakan untuk Tuhan, karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara. Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah addaba, dan allama.7

Mengenai pengertian pendidikan secara istilah yang dikemukakan oleh para tokoh yaitu:

Jhon Dewey tokoh pendidikan terkemuka menyatakan bahwa pendidikan adalah ”Proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional, kearah alam sesama manusia”.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa ” Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakat”.8

6

Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2001), Cet. Ke 2, h. 70.

7

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet. Ke-2, h. 25 8

Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), Cet.1, h. 4.


(18)

Menurut Al-Ghazali pendidikan adalah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri pada Allah sehingga menjadi manusia yang sempurna.9

Dapat diambil suatu kesimpulan atas semua pendapat di atas, bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang bersifat bimbingan yang dilakukan secara sadar dan memiliki tujuan untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia muslim yang mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah Swt, baik kepada Sang Pencipta, sesama manusia, dan sesama makhluk lainya.10

Dari pengertian pemahaman, dan pendidikan agama Islam dapat disimpulkan bahwa pemahaman pendidikan agama Islam adalah seseorang yang mampu memahami arti atau konsep ajaran-ajaran agama, sehingga ajaran-ajaran agama itu benar-benar menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam pribadinya, di mana ajaran-ajaran agama itu benar-benar difahami, diyakini kebenarannya, diamalkan, menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol bagi perbuatan-perbuatannya, pada pemikirannya dan sikap mentalnya.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin dicapai dengan pendidikan. Masalahnya adalah manusia yang bagaimanakah yang ingin

9

Abidin Ibn Rush, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), Cet. Ke-1, h. 56.

10

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 1998), h. 41.


(19)

dibentuk melalui pendidikan. Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Abd. Halim Soebahar menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim. Menurutnya, bahwa tujuan demikian identik dengan tujuan hidup setiap orang muslim. Adapun tujuan hidup seorang muslim adalah menghamba (Ibadah) kepada Allah.

Dalam Firman-Nya:

















”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”.(QS Adz Dzariat: 56) 11

Abidin Ibnu Rusn dalam bukunya mengatakan bahwa Al- Ghazali merumuskan tujuan pendidikan sebagai berikut:

1. Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadraan diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah 2. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.

3. Mewjudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.

4. Membentuk manusia berakhlak mulia suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.

5. Mengemangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang manusiawi.12

Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama bertujuan memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang ajaran agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga semua manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia.13

11

Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam mulia, 2002)), Cet.1, h. 17-20

12

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet.1, h. 60

13

Kurikulum GBPP/SLTP. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Departemen Agama RI, 1999), h. 1


(20)

Dalam kurikulum berbasis kompetensi untuk pendidikan agama Islam, ditetapkan standar kompetensi yaitu kemampuan dasar yang harus dimiliki para siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran yang meliputi: 1. Beriman kepada Allah Swt. Dan lima rukun iman yang laib dengan

megetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal horizontal.

2. Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat Al-quran serta mengetahui hukum bacaannya dan mampu mengimplementasikannyan ke dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mampu beribadah dengan baik sesuia tuntunan syariat Islam, baik ibadah wajib maupun ibadah sunat.

4. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, para sahabat , tabi’in, serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam untuk kepentingan hidup sehari-hari masa kini dan masa depan.

5. Mampu mengamalkan sistem muamalah Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 14

c. Ruang Lingkup dan Materi Pendidikan Agama Islam

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain adalah:

1. Hubungan manusia dengan Allah SWT (Hablum Minallah) 2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia (Hablum Minannas) 3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (Hablim min Nafsi) 4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya

(Hablum Minal Alam).15

Pada tingkat sekolah dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat unsur pokok yaitu: keimanan, ibadah, Al-Quran, dan Akhlak. Sedangkan pada sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah umum (SMU) disamping keempat unsur pokok tersebut diatas maka unsur muamalah dan syari’ah semakin dikembangkan. Unsur pokok Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan.

14

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 142 15

Kurikulum GBPP/SLTP. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Departemen Agama RI, 1999), h. 3


(21)

Materi merupakan salah satu unsur dalam tujuan pendidikan. Materi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan anak didik memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman yang disampaikan seorang pendidik.

Secara garis besar materi bidang pendidikan agama itu terdiri dari bidang Aqidah, Ibadah dan Akhlak.

1. Bidang Aqidah: ini merupakan bidang yang sangat prinsipil bagi ajaran Islam, yaitu bertugas untuk mengajarkan makhluk untuk percaya (iman) kepada Allah.

2. Bidang Ibadah: bidang ini merupakan implementasi dari pengakuan (iman) seorang hamba kepada Tuhannya dan cenderung untuk diartikan sebagai bagian ritual (ibadah mahdah/langsung) bentuknya berupa shalat, puasa, zakat, dan haji.

3. Bidang Akhlak: bidang ini menekankan pada ketinggian perilaku moral seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari dimana hal ini dapat dikatakan sebagai cermin dari kualitas iman seseorang.16

Dari seluruh materi pendidikan agama Islam diharapkan bahwa peserta didik dapat meyakini, memahami, serta mengamalkan segala ajaran Islam dan menjauhi segala larangannya. Dan diharapkan bahwa mereka dapat menjadi manusia yang berprilaku dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam.

2. Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama Islam

a. Pengertian Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama Islam

Ketaatan berasal dari kata taat, yang diberi awalan ke dan akhiran

an. Taat mempunyai pengertian yang sama dengan takwa, akar katanya adalah w.q.y., artinya antara lain: takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban.17

16

Dirjen Bimbaga, Buku Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1998) h.4

17

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.3, h.361


(22)

Takwa ialah keadaan yang diliputi rasa takut kepada Allah Swt. Takwa ialah keadaan yang mendorong seseorang menjauhi dosa dan kesalahan.18 Karena itu orang yang bertakwa adalah orang yang patuh menjalankan aturan agama, terutama ibadah seperti: shalat, puasa, membayar zakat, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama, dan memenuhi kewajiban.

Takwa tidaknya seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari. Bagi orang yang takwa segala ajaran yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadits Nabi dilaksanakan dengan baik, sehingga tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari merupakan realisasi dari ajaran yang dianutnya. Seseorang yang takwa mampu mengontrol dan memerangi hawa nafsunya.

Glock dan Stark19 berpendapat, untuk melihat tingkat ketakwaan seseorang dalam menjalankan ajaran agama dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu:

1. Keterlibatan Ritual (Ritual Involvement), yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. 2. Keterlibatan ideologis (ideological Involvement), yaitu tingkatan

sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing.

3. Keterlibatan intelektual (Intellectual Involvement), yaitu sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya.

4. Keterlibatan pengalaman (Experiential Involvment), yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan.

18

Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menyukseskan Pergaulan Anda, Ter. Dari Kaifa

Tata’amal Ma’a an-Nas Oleh Ahmad Subandi, (Jakarta: Lentera, 1998), h. 45 19

Djamaludin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, (Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1989), h.11


(23)

5. Keterlibatan secara konsekuen (Consequential Involvment), yaitu mengukur sejauh mana seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa individu yang taat ialah menjalankan segala ajaran agama yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadits Nabi dilaksanakan dengan baik, sehingga tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari merupakan realisasi dari ajaran yang dianutnya. Dan seseorang yang taat tidak saja dapat dilihat dan dianalisis dari aspek ibadah saja, seperti shalat, puasa, membayar zakat, melainkan juga dari aspek-aspek yang lain, seperti tingkah lakunya sehari-hari apakah mencerminkan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.

Mengenai pengertian agama, Menurut Harun Nasution kata agama dikenal juga dengan kata din dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Salah satu pendapat mengatakan bahwa kata agama tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun temurun. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan. Karena memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya. 20

Zakiah Darajat mengatakan bahwa agama yaitu keyakinan kepada ajaran agama yang meliputi akidah dan syari’ah serta kesediaan mengamalkan ajarannya. Tanpa agama, hidup itu akan rusak dan tidak beres menurut keyakinan yang diajarkan Islam.21

Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang

20

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 2008), h. 1.

21

Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1996), Cet.1, h. 75.


(24)

nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat dan alam sekitarnya.

Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan prilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah (Akhlak).22

Dapat disimpulakan bahwa agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (Aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan mu’amalah (syari’ah), dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

Sedangkan mengenai pengertian Islam, Moh. Toriquddin mengatakan bahwa Islam (bahasa arab) adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). Di dalam Dairah al-Ma’arif al-Islamiyah dikatakan Islam berarti tunduk dan menyerah atau penyerahan diri. Dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan taat, yakni tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangan-Nya. Perintah dan larangan Allah itu tertuang dalam ajaran Islam.23

Dari segi terminologi, Harun Nasution mengatakan bahwa ”Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia”.24

22

Abu Ahmadi & Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. 4, h. 4.

23

Moh. Toriquddin, Spekularitas Tasawuf, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet.1, h. 60.


(25)

Menurut Abudin Nata Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah Swt. Nama Islam itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan Tuhan sendiri.25 Hal tersebut dapat dipahami dari petunjuk ayat Al-Quran yang ditunjukan oleh Allah Swt. Dalam surat Al- Imran Ayat 19 yang berbunyi:



















...

”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

Islam”. (Q.S Al-Imran: 19)26

Dari pengertian ketaatan (ketakwaan) serta pengertian agama Islam, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang taat menjalankan ajaran agama Islam dapat dilihat dari aspek ibadah saja, seperti shalat, puasa, membayar zakat, selain itu melainkan juga dari aspek-aspek yang lain, seperti tingkah lakunya merupakan realisasi dari ajaran yang dianutnya, . Seseorang yang takwa mampu mengontrol dan memerangi hawa nafsunya.

b. Nilai-nilai Dalam Ajaran Islam

Ajaran Islam bersifat universal dan berlaku setiap zaman. Keabadian dan keaktualan Islam telah dibuktikan sepanjang sejarahnya, dimana setiap kurun waktu dan perkembangan peradaban manusia senantiasa dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui Al-quran sebagai landasannya. Keuniversalan ajaran Islam pada hakikatnya terwujud dari hal yang paling mendasar dan pokok dari seluruh konsep Islam, yaitu keyakinan akan keesaan Allah.

25

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam ,(Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2003), cet.8. h.65.

26


(26)

Sebagai sumber nilai, agama Islam memberikan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia dalam menciptakan dan mengembangkan budaya serta memberikan pemecahan terhadap segala persoalan hidup dan kehidupan. Di dalamnya mengandung ketentuan-ketentuan keimanan, ibadah, mu’amalah dan pola tingkah laku dalam berhubungan dengan sesama makhluk yang menentukan proses berfikir, merasa dan pembentukan kata hati.

Di dalam Islam terdapat beberapa aspek penting yang mendasari nilai-nilai sebagai pedoman umat manusia selaku penerimanya, yaitu aqidah, Ibadah dan akhlak. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas mengenai aqidah, ibadah dan akhlak.

1. Aqidah

Dari segi bahasa, Aqidah berasal dari al ’aqdu yang berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan. Sedangkan menurut istilah, terdapat dua pengertian yaitu pengertian secara umum dan secara khusus:

a. Secara umum, aqidah adalah hukum yang qath’i tanpa keragunan lagi, baik berdasarkan syar’i (naqli) maupun hasil pemikiran yang sehat (aqli), seperti i’tikad yang benar atau salah.

b.Secara khusus, aqidah adalah pokok-pokok ajaran din Islam dan hukum-hukumnya yang qath’i.27 Seperti mengimani terhadap enam hal yang lazim disebut dengan rukun iman, yang tertuang dalam firman Allah dalam surat Annisa ayat 136 sebagai berikut:











































































.

27 Saefuddaulah & Ahmad Basyuni, Akhlak (Ijtima’iyyah),(Jakarta: PT Pamator, 1998), h. 5


(27)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat

sejauh-jauhnya.(Q.S An-Nisa:36) .28

Dengan demikian, aqidah itu meliputi Rukun Iman yang enam yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat, Iman kepada kitab, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari kiamat dan Iman kepada Qada’ dan Qadar.

Aqidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah. Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh diberikan kepada yang lain, karena akan berakibat musyrik yang berdampak pada motivasi kerja yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah.

Aqidah dalam Islam selanjutnya harus berpengaruh ke dalam aktivitas yang dilakukan manusia, sehingga berbagai aktivitas tersebut bernilai ibadah. Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa iman ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan tidak bercampur syak atau ragu, serta memberi pengaruh pada pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.29

2. Ibadah

28

Al-quran dan terjemahannya, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010), cet.5, h 101 29

Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT Raja Grifindo Persada, 2004), Cet. 9, h. 84


(28)

Allah Swt menciptakan manusia bukannya tanpa tujuan, Dia telah menjelaskan tujuan penciptaan manusia yaitu untuk menyembah-Nya atau beribadah kepada-Nya. Dalam Firman-Nya :



















Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.(QS Adz Dzariyat:56).30

Ibadah adalah kata masdar dari ’abada yang berarti: memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Orang yang menyembah disebut ’abid. Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan. Inilah pengertian ibadah menurut lughawi.

Adapun Ibadah menurut istilah agama Islam adalah Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa kekhidmatan yakni: Bersikap khidmat terhadap yang dipuja, dengan segenap jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan-Nya dan senantiasa memohonkan rahmat dan karunia-Nya.31

Menurut Harun Nasution yang di kutip oleh Abdullah Karim. Manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan material. Sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spiritual. Pendidikan jasmani manusia harus di sempurnakan dengan pendidikan rohani.

Dalam Islam, ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadah seperti, shalat, puasa, zakat dan haji, bertujuan membuat roh manusia senantiasa dekat pada Allah Swt.

Keadaan senantiasa dekat pada Allah sebagai zat Yang Mahasuci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral.

30

Al-quran dan terjemahannya, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010), cet.5. h. 700 31

M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Ciputat : PT Mitra Cahaya Utama, 2008), Cet. 1, h. 16


(29)

Peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.32 Jadi seseorang yang tidak mneyempurnakan pendidikan jasmani dengan pendidikan rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup duniawi. Untuk menyempurnakan pendidikan jasmani dengan pendidikan rohani manusia di perintahkan untuk beribadah.

H. Baihaqi dalam bukunya ”Fiqih Ibadah”Menyatakan bahwa dari segi pelaksanaannya, ibadah dapat dibagi menjadi tiga:

a. Ibadah Jasmaniyah Ruhiyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya memerlukan kegiatan dan kekuatan fisik di sertai jiwa yang penuh ikhlas dan khusu’ kepada Allah Swt, seperti shalat dan puasa.

b. Ibadah Ruhaniyah Maliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya berkaitan dengan harta, seperti Zakat.

c. Ibadah jasmaniyah Ruhaniyah Maliyah, yaitu ibadah yang pelaksanaannya di samping memerlukan kekuatan fisik dan mental, juga memerlukan materi, seperti haji. 33

Dengan demikian ibadah meliputi segala hal yang disukai Allah dan yang diridhai-Nya, baik berupa perkataan, maupun berupa perbuatan, baik terang maupun tersembunyi, yang dikerjakan untuk mengharapkan pahala di akhirat, dikerjakan sebagai tanda pengabdian kita kepada Allah SWT.

3. Akhlak

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaiamana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya.34

32

Abdullah Karim,Pelajaran Agama Islam, (Banjarmasin: Center for community development Studies (comdes), 2004) Cet.1, h. 77.

33

H. Baihaqi. A.K. Fiqih Ibadah (Bandung: M2S Anggota Ikapi, 1996), Cet.1. h. 13 34


(30)

Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata

khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta),

makhluq (yang diciptakan) dan khalq (Penciptaan).

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat, yaitu:

a. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran.

b. Menurut Ibrahim Anis, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannnya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

c. Menurut Abdul Karim Zaidan, Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meningalkannya.35

Akhlak ini merupakan pokok atau esensi ajaran Islam pula, karena dengan akhlak terbinalah mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan Akhlak ini pula nantinya dapat dilihat tentang corak dan hakekat manusia yang sebenarnya.

Sehingga Nabi bersabda:

)

(

Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk

menyempurnakan keutamaan akhlak” (H.R. Ahmadan

Baihaqie).

Seseorang yang berakhlak mulia, selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak, melakukan kewajibannya terhadap dirinya sendiri, yang menjadi hak

35

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga pengkajian dan Pengamalan Islam(LPPI), 1999), Cet-1, h.1


(31)

dirinya. Terhadap Tuhannya, yang menjadi hak Tuhannya, terhadap sesama manusia, yang menjadi hak manusia lainnya terhadap makhluk hidup lainnya, terhadap alam dan lingkungan dan terhadap segala yang ada secara harmonis.36

Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya.

Akhlak dapat dibagi menjadi dua macam, antara lain yaitu: 1. Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-Karimah adalah akhlak yang mulia atau akhlak yang baik. Amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu:

a. Akhlak terhadap Allah

Seorang Muslim hendaknya melihat kebaikan dan kenikmatan yang tidak bisa di hitungnya yang berikan Allah Swt. Hendaknya dia mensyukuri-Nya dengan lisan, mengucapkan pujian kepada-Nya, dan di barengi dengan tindakan kebajikan di dalam menaati-Nya. Adapun cara kita berahlak baik kepada Allah antara lain adalah:

1) Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam al-Quran sebagai pedoman hidup dan kehidupan;

2) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya;

3) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan Allah; 4) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah;

5) Menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar ilahi setelah beriktiar maksimal;

6) Memohon ampun hanya kepada Allah; 7) Bertaubat hanya kepada Allah;

8) Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.37

36

Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), h. 11 37


(32)

b. Akhlak yang baik terhadap diri sendiri

Seorang muslim dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan santun dalam menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama-pertama harus dijaga dan terpelihara kebersihan serta pembinaannya.

Kemudian jiwa juga sebaiknya senantiasa mendapat pembinaan secara khusus siang dan malam, serta pengawasam sepenuhnya dari saat ke saat, mengharapkannya di dalam perbuatan-perbuatan yang baik, mendorongnya kepada ketaatan, seperti usaha dalam mencegahnya dari kejahatan dan kerusakan dengan penuh disiplin dan ketekunan menuju perbaikan dan pembinaan manusia mukmin yang kamil seutuhnya.

Moh. Ardani dalam bukunya menyatakan bahwa untuk menjalankan perintah Allah dan bimbingan Nabi Muhammad Saw. Maka setiap umat Islam harus berakhlak dan bersikap sebagai berikut:

a. Hindarkan minuman beracun/keras b. Hindarkan Perbuatan yang Tidak Baik c. Memelihara kesucian jiwa

d. Pemaaf dan Pemohon Maaf e. Sikap Sederhana dan Jujur f. Hindarkan perbuatan tercela. 38

c. Akhlak yang baik terhadap sesama manusia

Manusia sesuai dengan tabi’at dan instinknya selalu cenderung untuk berkumpul dengan orang lain, bekerja sama dengan mereka. Ini

38

Moh. Ardani, Niai-nilai Akhlak(Budi Pekerti dalam Ibadah), (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), Cet. 1. h. 43


(33)

termasuk bagian yang dianjurkan Islam, kerena Islam telah menciptakan hubungan kemasyarakatan yang hangat dengan ikatan-ikatan iman yang kuat.

Agama Islam mengatur tatanan hubungan ini mulai dari yang paling dekat yaitu kedua orang tua, setelah itu Islam beralih kepada hubungan dengan suami istri, kemudian dengan anak-anak. Dari sini beralih kepada hubungan dengan saudara-saudara.Seiring itu pula, Islam mengembangkan hubungan ini menyentuh komunitas masyarkat luas. 39 2. Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak yang tercela (Akhlak Al-Mazmumah) secara umum adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut diatas.

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlaq yang tercela, diantaranya:

a. Berbohong

Bohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Berdusta atau bohong ada tiga macam: Berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati.

Pernyataan di atas memberikan penjelasan bahwa apabila seseorang suka berdusta maka ia adalah orang munafik. Maka ia akan ditulis disisi Allah sebagai orang munafik, dan ia akan dibebani dosa dirinya dan dosa orang-orang yang meniru perbuatannya. 40

b. Takabur (Sombong)

Takabur adalah penyakit hati dan bisa merusak iman seseorang. Takabur merupakan sikap mental yang merasa diri lebih besar, lebih kaya dan lebih panadai, tanpa merasa ada bimbingan petunjuk dari Allah. Kareana ia merasa serba mampu, orang lain dianggap rendah.

39

Muhammad Khair Fatimah, Etika Muslim Sehari-hari,Ter. Dari Al-Adab Al-Islamiyah fi linaasyiah, Oleh Biqadarin, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), h. 265-266

40


(34)

Meremehkan orang lain dan merasa diri lebih termasuk ciri-ciri takabur sikap. Sedangkan takabur perbuatan, seperti memaksa yang lemah mengikuti kehendaknya dan suka menceritakan kejelekan orang lain. Setiap muslim sepatutnya meninggalkan sikap takabur ini, sebab bisa menimbulkan kerugian bagi orang lain dan juga dirinya sendiri.41 c. Dengki

Dengki dalam Bahasa Arabnya adalah ”Hasad”, ialah rasa atau

sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berharap kenikmatan itu hilang dari dirinya .

Sifat dengki diharamkan karena seseorang tidak ridha atas apa yang ditakdirkan oleh Allah, dengan menjadikan seseorang lebih utama daripada yang lainnya. Maka sifat ini tidak mendapat toleransi untuk dikerjakan.42

d. Kikir

Kikir atau pelit merupakan sifat cinta keduniaan. Ia membawa kekuatan serakah, rakus, atau tamak. Bila cinta dunia sudah menguasai hati seseorang, maka ia akan memberikan kekuatan pada orang tersebut untuk menjadi serakah, rakus, atau tamak.43

Seseorang yang kikir, adalah orang yang dadanya sempit, jiwanya kerdil, kurang bergembira, banyak diliputi kesedihan dan nestapa, hampir-hampir dia tidak dapat memenuhi segala kebutuhannya dan tidak mendapatkan bantuan dari setiap keinginannya.44

e. Tidak mempunyai muru’ah yang baik

41

Jejen Musfah, Bahkan Tuhanpun Menangis, (Jakarta: Hikmah, 2003), Cet.1, h. 89.

42Sa’id Hawwa,

Tazkiyatun Nafs Ter., Dari Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil-Anfus, (Jakarta: Darus Salam, 2005), Cet-3, h. 220.

43

Muhammad Muhyidin, The True Power Of Keart, (Jogjakarta: DIVA press, 2007), Cet. 1, h. 210.

44

Muhammad bin Ibrahim Al Hamad, Akhlak-Akhlak Buruk, Ter. Dari Suul Khuluq, Oleh, Pustaka Darul Ilmi, (Pustaka Darul ilmi, 2007), h.49


(35)

Yang dimaksud dengan muru’ah yaitu adab atau tata kerama. Artinya adab yang baik atau tata kerama yang baik. Orang yang tidak mempunyai muru’ah yang baik membiarkan dirinya ke dalam hal-hal yang bisa menimbulkan tuduhan yang tidak baik terhadap dirinya atau hal-hal yang bisa menimbulkan fitnah, sehingga dirinya dibiarkan dari noda hitam, dan dengan sendirinya kehormatan dirinya tidak terpelihara dengan baik.

Orang yang tidak mempunyai muru’ah yang baik selalu mengejar kesenangan hidup duniawian dan akalnya tidak dapat menundukkan hawa nafsu yang sebagian besar bisa menimbulkan keburukan dan kejahatan. Sedang orang yang afif sanggup mengendalikan nafsunya dan tidak mau menjadi hamba syahwat.45

Melihat betapa urgennya akhlak dalam kehidupan sehari-hari, maka penanaman akhlak dalam kehidupan sehari-hari harus dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus. Memulai dari hal-hal yang kecil, seperti cara makan dan minum, adab berbicara, adab ke kamar kecil, cara berpakaian yang Islami, dan lain-lain, karena akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, tetapi harus disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata (uswatun hasanah).

B. Kerangka Berfikir

45Anwar Masy’ari,

Akhlak Al-Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu Ofset,1990), Cet 1, h. 178


(36)

Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

Seseorang yang mengetahui objek tertentu, bukan berarti orang tersebut sudah memiliki pemahaman objek tertentu pula. Hal ini disebabkan karena pemahaman merupakan salah satu tingkat yang kedudukannya lebih tinggi dari tingkat kognisi pengetahuan.

Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.

dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, memperaktekkan, membedakan, menduga, menerangkan, memberikan contoh dan memperkirakan sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pemahaman dan pengalaman ibadah akan melaksanakannya dengan penuh keikhlasan semata-mata hanya kepada Allah.

Manusia, diciptakan Allah SWT untuk menyembah-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan meninggalkan seluruh laranga-Nya. Dengan mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan itu, manusia akan mendapatkan kebaikan bagi agama dan dunianya. Kemudian ia akan dipertanyakan dan diperhitungkan di hadapan Allah SWT.

Bagi orang yang memiliki pemahaman tentang agama Islam, ia cenderung akan selalu taat menjalankan ajaran-ajaran agama Allah, seperti shalat puasa, membayar zakat, serta tingkah lakunya sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai ajaran agama. Sebalikya bagi orang yang tidak atau kurang memiliki pemahaman tentang agama Islam, ia akan bersikap acuh untuk melaksanakan ibadah yang sebenarnya diwajibkan dalam ajaran Islam.

Tinggi rendahnya tingkat seseorang dalam ketaatan menjalankan ajaran agama Islam dapat ditentukan dari tinggi rendahnya pemahaman ajaran agama yang dimilikinya. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan ada yang


(37)

memiliki pengetahuan agama yang sangat luas bisa meninggalkan ibadah dan bahkan melakukan hal-hal yang di larang agama.

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, untuk menguji penelitian ini, maka penulis memprediksikan bahwa pemahaman Pendidikan Agama Islam yang dimiliki pelajar, mempunyai hubungan dengan ketaatan menjalankan ajaran agama Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam ketaatan menjalankan ajaran agama Islam antara yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama.

Ho : Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan dalam ketaatan menjalankan ajaran agama Islam antara yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang dipakai pada Penelitian ini adalah metode deskriptif Yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena-fenomena yang ada. Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang hasil temuannya diperoleh melalui hitungan atau statistik atau berbasis pada angka.

Dari metode yang digunakan di atas untuk mengumpulkan data-data tersebut penulis mengadakan dua macam penelitian, penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

1. Library Research (penelitian kepustakaan), bertujuan untuk mengkaji

masalah-masalah yang erat kaitanya dengan masalah yang diteliti. Penulis akan melakukan penelaahan literatur buku-buku dari perpustakaan yang ada kaitannya dengan materi pembahasan, baik berupa artikel-artikel, makalah-makalah, maupun literatur lain yang dipandang perlu guna memperoleh teori-teori dan gambaran yang lebih jelas.

2. Field Research (penelitian lapangan), bertujuan untuk mendapatkan data

faktual yang ada di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penulis mengadakan penelitian langsung ke tempat yang dijadikan objek penelitian, yakni SMPN 5 Tangerang untuk mencari data tentang


(39)

Pemahaman Pendidikan agama Islam dan pengaruhnya terhadap ketaatan menjalankan ajaran agama Islam.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis mengambil tempat di SMP Negeri 5 Tangerang, yang berlokasi di Jalan Daan Mogot No. 82 Kota Tangerang.

Adapun waktu yang digunakan pada penelitian ini yaitu terhitung dari tanggal 27 September sampai dengan 30 Oktober 2010 pada semester I tahun ajaran 2010 – 2011.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah ”Keseluruhan subjek penelitian.” 1

Populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui.

Adapun populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 5 Tangerang, pada tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 347 dari 10 kelas. Penelitian ini tidak dilakukan untuk meneliti semua individu dalam populasi, maka untuk meneliti objek yang akan diteliti diwakilkan oleh sebagian populasi yaitu dengan menggunakan sampel.

2. Sampel

Sampel adalah cara mengumpulkan data dengan jalan mencatat atau meneliti sebagian kecil saja dari seluruh elemen yang menjadi objek penelitian.2

1

Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1998), Cet .13, h. 130

2

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. 8, h. 28


(40)

Dalam menentukan sampel yang diambil, penulis mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: ”Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar (lebih dari 100), dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.3

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis hanya mengambil 12% dari keseluruhan populasi tersebut, atau sebanyak 42 orang, dengan perhitungan sebagai berikut: 12 x 347 = 41,64 di bulatkan menjadi 42.

100

Adapun penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara acak (random sampling), yaitu pengambilan atau penentuan ukuran jumlah anggota sampel dan teknik pemilihan anggota yang masuk ke dalam sampel tersebut dipilih secara acak.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data sangat dibutuhkan adanya teknik yang tepat dan relevan dengan jenis data yang ingin dicari. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung ke tempat penelitian SMP Negeri 5 Tangerang untuk mengamati siswa, guru dan sarana-sarana pendukung kegiatan pendidikan, sebagai data penelitian..

2. Tes

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai agama Islam. Dari hasil tes yang diadakan, sampel yang ada akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang lebih memahami agama dengan nilai 76 sampai

3


(41)

100, dan kelompok yang kurang memahami agama dengan nilai 56 sampai 72.

3. Angket

Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketaatan siswa dalam menjalankan ajaran agama Islam setelah memperoleh pengetahuan mengenai agama.

4. Wawancara

Teknik wawancara penulis lakukan karena peranan guru agama sangat besar untuk meningkatkan pengetahuan dan bisa menambah kesadaran para siswa dalam menjalankan ajaran agama. Karena itulah penulis menganggap penting mencari informasi dari guru agama.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang diberikan lebih dari satu nilai. Dalam penelitian ini di kaji hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah Pemahaman Pendidikan Agama. Sedangkan variabel terikatnya adalah Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama Islam.

Paradigma hubungan antara variabel bebas dapat divisualisasikan dalam bentuk konstelasi sebagai berikut:

Keterangan : X: Pemahaman Pendidikan Agama

Y : Ketaatan menjalankan ajaran agama Islam

Pada penelitian ini untuk mengetahui indikator-indikator variabel X yang berhubungan dengan Variabel Y. Maka dapat di lihat pada dimensi variabel di bawah ini dengan menggunakan matriks variabel, seperti tabel dibawah ini:


(42)

Tabel 1.

Kisi-Kisi atau Indikator Variabel X Pemahaman Pendidikan Agama

Dimensi Indikator Item

1. Aqidah 1. Memahami arti iman kepada Allah 2. Mengetahui nama-nama malaikat 3. Mengetahui nama-nama nabi 4. Mengetahui kitab-kitab suci

1 2 3 4

2. Ibadah 1. Memahami Pengertian shalat 2. Mengetahui hukum shalat 3. Mengetahui rukun shalat

4. Mengetahui hikmah melaksanakan shalat 5. Memahami arti puasa

6. Mengetahui hukum puasa

7. Mengetahui hal yang membatalkan puasa 8. Mengetahui hikmah melaksanakan puasa 9. Memahami arti zakat

10. Mengetahui hukum zakat 12. Mengetahui hikmah zakat

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

3. Akhlak 1. Memahami pengertian akhlak 2. Memahami arti akhlak Al-karimah 3. Memahami arti akhlak Al-Mazmumah

16, 17 18,20,22,

24 19,21, 23, 25


(43)

Tabel 2.

Kisi-Kisi atau Indikator Variabel Y Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama

Dimensi Indikator Item

1. Keterlibatan Ideologis, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatic di dalam agama mereka.

1. Percaya adanya sang pencipta yaitu Allah

2. Percaya adanya malaikat 3. Percaya pada Nabi dan Rasul 4. Percaya & mengamalkan kitab

suci umat Islam

1

2

3

4

2. Keterlibatan ritual, yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka

1. shalat 2. Puasa

3. Membayar Zakat

5, 6, 7,8

9,10,11,12

13, 14, 15, 16

3. Keteladanan, yaitu sejauh mana tingkah laku seseorang sehari-hari apakah mencerminkan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya

1. Akhlak Al-karimah 2. Akhlak AL-Mazmumah

17, 19,21, 23, 25

18, 20, 22, 24,

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data sesuai dengan tujuan yang hendak di capai, berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang dikumpulkan menjadi data kuantitatif. Maka teknik yang dilakukan adalah analisis statistik sebagai berikut:


(44)

1. Editing yaitu memperbaiki atau mengedit data yang telah diperoleh dari angket.

2. Scoring yaitu pemberian skor terhadap data angket tentang ketaatan menjalankan ajaran agama Islam.

a. Skor Tes Pemahaman Pendidikan agama

Banyaknya obyek tes yang digunakan untuk mengetahui pemahaman pendidikan agama Islam siswa 25 item. Setiap itemnya mempunyai pilihan jawaban dengan huruf a,b,c dan d. Pemberian skor benar = 1 skor salah = 0

b. Skor ketaatan menjalankan ajaran agama Islam

Sedangkan pada skala ketaatan, peneliti memberikan 3 alternatif jawaban diantaranya yaitu

1. Alternatif jawaban Selalu mempunyai bobot nilai 3

2. Alternatif jawaban Kadang-kadang mempunyai bobot nilai 2 3. Alternatif jawaban Tidak pernah mempunyai bobot nilai 1 3. Tabulating

Langkah selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah di scoring, penulis menggunakan teknik komparatif, yaitu salah satu teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesa mengenai ada tidaknya perbedaan antara variabel yang sedang diteliti”. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis test “t”, mengingat terdapat dua kelompok mean yang dibedakan, yaitu kelompok yang lebih memahami agama (kelompok X) dan kelompok yang kurang memahami agama (kelompok Y), maka rumus yang digunakan adalah:

to =

My Mx SE

My Mx

 

Prosedur test “t” dimulai dengan:

1. Mencari mean kelompok I (Keompok X), dengan rumus:

Mx atau M1 =

Nx X


(45)

2. Mencari mean kelompok II (kelompok Y), dengan rumus:

My atau M2 =

Ny Y

3. Mencari deviasi estándar sekor kelompok X dengan rumus:

SDX atau SD1 =

Ny X

2

4. Mencari deviasi estándar sekor kelompok Y dengan rumus:

SDy atau SD2 =

Ny Y

2

5. Mencari standar error mean kelompok X, dengan rumus:

SEMx atau SEM1 =

1 1 

Nx SD

6. Mencari standar error mean kelompok Y, dengan rumus:

SEMy atau SEM2 =

1 1

Ny SD

7. Mencari estándar error perbedaan antara mean kelompok X dan mean kelompok Y, dengan rumus:

SE Mx - My SE = SE 2 + SE 2 MX MY

8. Mencari to dengan rumus yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu:

to =

My Mx SE

MY MX

 

9. Menguji kebenaran/kepalsuan hipotesa yang diajukan dengan membandingkan besaranya t hasil perhitungan (to) dan t yang tercantum pada tabel “t”, dengan terlebih dahulu menentukan derajat kebebasannya, dengan rumus:


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum SMP Negeri 5 Tangerang

1. Pendahuluan

SMP Negeri 5 Tangerang adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama milik pemerintah yang berada di kabupaten Tangerang dijalan Daan Mogot No. 82 kota Tangerang propinsi Banten. SMP Negeri 5 berdiri sejak tahun 1979 dan mulai dipakai pada tahun 1979. Dan telah diresmikan oleh Wali kota Tangerang H. Wahidin Halim pada tahun 2004. SMPN 5 Tangerang di pimpin oleh Kepala Sekolah H. MULYONO SOBAR, S.Pd.

Tujuan didirikannya SMP Negeri 5 Tangerang adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bernuansa religius;

b. Meningkatkan keterampilan peserta didik sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan;

c. Membentuk kepribadian unggul warga sekolah;

d. Meningkatkan profesional guru dan tenaga kependidikan; e. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik;


(47)

2. Visi dan Misi SMP Negeri 5 Tangerang a. Visi

Visi yang dimiliki oleh SMP Negeri 5 Tangerang adalah menjadikan manusia yang beriman, taqwa, cerdas, berprestasi untuk mencapai kelulusan berstandar nasional dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

b. Misi

Sebagaimana sekolah-sekolah yang lain SMP Negeri 5 Tangerang juga memiliki misi, antara lain:

a Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan masyarakat sekolah melalui kegiatan kerohanian

b. Meningkatkan disiplin dan profesional seluruh sumber daya manusia di lingkungan sekolah

c. Mewujudkan sekolah sebagai masyarakat belajar untuk meraih prestasi melalui kegiatan penunjang proses belajar mengajar di sekolah

d. Melengkapi sarana prasarana serta penyediaan pelatih ekstrakurikuler yang berkualitas sesuai dengan bidangnya

e. Menyediakan sarana prasarana serta unsur penunjangnya sebagai upaya meningkatkan kesadaran warga sekolah

f. Menciptakan warga sekolah yang bebas narkoba melalui kegiatan penyuluhan dan seminar dengan mendatangkan pakarnya

g. Memberikan bekal pendidikan yang memadai kepada siswa untuk berkompetisi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3. Keadaan Guru, Staf Administrasi dan Karyawan

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh data bahwa jumlah guru yang ada di SMP Negeri 5 Tangerang saat ini berjumlah 55 orang. Seiring dengan kemajuan yang telah dicapai oleh SMP Negeri 5 Tangerang, untuk melakukan pembenahan disegala bidang terutama pada kompetensi guru yang ada. Sebagian besar dari guru


(1)

INSTRUMEN PENELITIAN

PERTANYAAN DAN PERNYATAAN PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA DAN PENGARUHNYA DALAM KETAATAN MENJALANKAN

AJARAN AGAMA ISLAM Nama :………….

Kelas :………….. Petunjuk Pengisisan !

1. Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan (Variabel X) yang berhubungan dengan pelajaran agama yang telah diajarkan disekolah, dan pernyataan (Variabel Y) yang berhubungan dengan tingkah laku keagamaan anda sehari-hari. Anda di minta untuk menjawab pertanyaan itu dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang di anggap benar. 2. Jawaban anda tidak akan mempengaruhi sedikitpun terhadap nilai sekolah

anda dan tidak ada kaitannya.

3. angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu kami berharap jawaban yang objektif, jujur dan tidak dapat mengada-ada.

4. semua jawaban menjadi rahasia peneliti

5. Atas kesediaan waktunya kami ucapkan terimakasih A. Variabel (X) Pemahaman Pendidikan Agama

1. Dibawah ini adalah pengertian iman kepada Allah yang paling tepat menurut anda adalah….

a. Percaya adanya Allah

b. Percaya bahwa Allah yang menciptakan langit bumi dan segala isinya c. Percaya adanya Allah dengan cara di yakini didalam hati, di ucapkan

dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal (perbuatan) nyata. d. Patuh segala perintah Allah

2. Nama malaikat yang bertugas mencabut nyawa adalah…..

a. Jibril b. Isrofil c. Izroil d. Munkar

3. Rasul kita yang terakhir adalah…

a. Isa As c. Muhammad saw


(2)

4. Kitab suci yang diturunkan Oleh Allah untuk nabi Daud adalah…

a. Alquran c. Taurat

b. Injil d. Zabur

5. Yang di maksud dengan shalat adalah… a. Perbuatan yang diawali dengan niat

b. Perbuatan yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari

c. Perbatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukunnya.

d. Perbuatan yang harus dilakukan 6. Shalat wajib dilakukan, artinya….

a. Mendapat pahala orang yang mengerjakan dan berdosa orang yang meninggalkannya

b. Mendapat pahala orang yang mengerjakan dan tidak berdosa orang yang meninggalkannya.

c. Mendapat pahala orang yang meninggalkannya dan berdosa orang yang mengerjakannya.

d. Mendapat pahala orang yang meninggalkannya dan tidak berdosa orang yang mengerjakannya.

7. Rukun shalat wajib, kita laksanakan karena… a. Tidak berpengaruh apa pun

b. Jika ditinggalkan, shalatnya tidak sah c. Jika dikerjakan, mendapat pahala d. Jika ditinggalakan, shalatnya tetap sah 8. Hikmah shalat adalah. . .

a. Persaudaraan, perkenalan, persatuan, dan persamaan b. Pencegah terhadap perbuatan keji dan munkar c. Membersihkan harta dan mensucikan diri

d. menanamkan pribadi taqwa dan mendekatkan diri kepada Allah

9. Menahan dari segala yang membatalkan mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari adalah pengertian dari. . . .


(3)

10. Hukum melaksanakan puasa di bulan Ramadhan adalah. . . .

a. Wajib b. Sunnah c. Haram d. Mubah

11. Di antara yang membatalkan puasa yaitu. . . .

a. Makan dan minum b. Berkumur

c. Tidur d. Bertengkar

12. Hikmah puasa adalah. . .

a. Persaudaraan, perkenalan, persatuan, dan persamaan b. Pencegah terhadap perbuatan keji dan munkar c. Membersihkan harta dan mensucikan diri

d. Menanamkan pribadi taqwa dan mendekatkan diri kepada Allah

13. Sejumlah harta yang dikeluarkan dari jenis harta tertentu dan diberikan kepada orang-orang yang tertentu, dengan syarat yang telah ditentukan pula, adalah pengertian dari…

a. Hadiah b. Zakat c. Shadaqah d. infak

14. Hukum mengeluarkan zakat adalah. . .

a. wajib b. sunnah c. haram d. mubah

15. Hikmah zakat adalah. . .

a. persaudaraan, perkenalan, persatuan, dan persamaan b. pencegah terhadap perbuatan keji dan munkar c. membersihkan harta dan mensucikan diri

d. menanamkan pribadi taqwa dan mendekatkan diri kepada Allah 16. Akhlak berasal dari kata Khuluq yang artinya…

a. Budi pekerti b. Adat c. Sifat d. akal

17. Ilmu yang mengajarkan manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya adalah pengertian dari...

a. Akhlak b. As-Sunnah c. Takwa d. Tasawuf 18. Akhlakul Karimah disebut juga . . .

a. Akhlak terpuji b. Akhlak tercela c. Akhlak Tasawuf d. Tarekat


(4)

19. Akhlakul Mazmumah disebut juga…

a.Akhlak Tercela b. Akhlak Terpuji c. Akhlak Tasawuf d. Takwa

20. Akhlak mulia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu… a. Akhlak terhadap Allah,diri sendiri dan manusia b. Akhlak terhadap Allah, hewan, dan diri sendiri c. Akhlak terhadap Diri sendidri, manusia dan hewan d. Akhlak terhadap orang tua, guru dan teman

21. Agar terhindar dari akhlak tercela, sebaiknya kita harus…. a. Sekolah

b. Membaca Al-quran c. Belajar agama

d. Mengingat Allah (Berdzikir)

22. Memberitakan sesuatu yang benar termasuk…

a. Sabar b. adil c. jujur d. berani

23. Orang yang selalu tabah hati dalam menghadapi cobaan disebut orang…

a. Jujur b. adil c. sabar d. qanaah

25. Dani selalu mengganggap dirinya lebih baik dan selalu meremehkan orang lain, sifat yang dimiliki dani adalah….

a. Kikir b. Riya c. Sombong d. iri

B. Variabel Kepatuhan menjalankan ajaran agama Islam

1. Apakah adik-adik yakin dengan tulus hati Tuhan anda adalah Allah? a. Sangat yakin b. Cukup yakin c. Tidak yakin

2. Cara beriman kepada malaikat adalah mencontoh segala perbuatannya, yaitu menunaikan perintah Allah Ta’ala seperti beribadah kepada-Nya, bertasbih tanpa kenal lelah dan tanpa pernah berhenti. Apakah anda selalu bersikap demikian?


(5)

3. Apakah adik-adik yakin bahwa Nabi Muhammad adalah rasul Allah yang terakhir?

a. Sangat yakin b. Cukup yakin c. Tidak yakin 4. Apakah adik-adik setiap hari membaca Al-quran?

a. Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah

5. Apakah adik melaksanakan shalat lima waktu?

a. Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah

6. ketika adik melaksanakan shalat wajib, apakah harus ada paksaan dari orang tua?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 7. Apakah adik-adik melaksanakan shalat di awal waktu?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 8. Apakah ketika perjalanan jauh adik meninggalkan shalat 5 waktu?

a. Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah

9. Ketika bulan Ramadhan, apakah adik melaksanakan puasa sebulan penuh? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 10. Apakah adik-adik melakukan puasa tanpa dipaksa orang lain?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 11. Apakah adik-adik melaksanakan shalat tarawih ketika bulan suci ramdhan? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

12. Apakah adik-adik tetap menjalankan puasa padahal adik sudah merasa tidak kuat?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 13. Apakah adik-adik mengeluarkan zakat pada bulan ramadham?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

14. Apakah adik-adik selalu menyisakan uang jajan untuk orang miskin atau pengemis?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

15. Apakah setiap hari jumat adik-adik selalu menyisakan uang jajan untuk kotak amal masjid?


(6)

16. Apakah adik-adik senantiasa ikhlas dalam beramal sholeh karena Allah? a. Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah

17. Apakah adik-adik selalu senantiasa husnudzan (berprasangka baik) kepada Allah

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

18. Apakah adik-adik terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah (hamdalah, istigfar, subhanallah.dan lain-lain)

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 19. Apakah adik-adik selalu bersikap jujur dalam setiap hal?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 20. Saya selalu iri ketika melihat teman memiliki sesuatu yang saya tidak punya a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

21. Apabila orang yang pernah berbuat kesalahan kepada adik, lalu meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya, apakah kamu akan berusaha memaafkannya?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

22. Apabila saya kesal dengan orang lain, saya selalu mengucapkan kata-kata kotor dan memaki-maki orang tersebut.

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 23. Apakah kamu suka membantah perintah dari orang tua atau guru?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

24. Saya mencontek pada saat ulangan!

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 25. Ketika seseorang menyakiti hati saya, Saya tidak pernah memiliki rasa

dendam pada orang tersebut!

a. Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah