Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian

Mereka terlihat hidup dalam dunianya sendiri dan tidak memberikan respon kepada orang lain yang ada di sekitarnya Copel, 2007. Kedua, adalah gangguan komunikasi verbal dan non verbal. Mereka membisu atau hanya mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak mengandung arti dan tidak biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Anak autisme dalam berbicara sering memperlihatkan pola pembicaraan yang khas, misalnya ekolalia yakni mengulangi apa yang dikatakan kepadanya, atau pembalikan kata ganti Copel, 2007. Gejala ketiga yaitu aktivitas dan minat yang terbatas dan diulang- ulang. Misalnya dengan kaku meletakkan mainan ataupun barang- barang di suatu tempat dan mereka akan merasa bingung bila kebiasaan tersebut diubah Copel, 2007. Gejala utama yang dialami oleh anak autisme menurut Mangunsong 2002 adalah memiliki: a. Gangguan interaksi sosial, seperti pada bayi atau balita autisme tidak berespon normal ketika diangkat atau dipeluk. Pada saat berinteraksi dengan orang tua, saudara kandung, ataupun orang lain anak-anak dengan autisme tidak menunjukkan perbedaan respon dan enggan berinteraksi dengan aktif. Anak dengan autisme tidak berminat pada orang lain, cenderung asyik sendiri dengan benda-benda dan lebih senang menyendiri, tersenyum pada situasi yang tidak tepat, menghindari kontak mata, dan tidak bermain seperti anak normal biasanya. b. Gangguan komunikasi seperti tidak ingin berkomunikasi untuk tujuan sosial. Mereka yang mampu bicara mengalami abnormalitas dalam intonasi, nada, volume, dan isi bahasa. Anak autisme sering tidak memahami ketika diajak bicara, sering mengulang kata-kata tanpa bermaksud berkomunikasi, dan mengalami gangguan komunikasi non verbal. c. Gangguan perilaku, seperti repetitif atau pegulangan seperti gerakan memutar-mutar objek, bergerak maju mundur, dan lain- lain. Anak autisme sering terlihat asyik sendiri dengan objek tertentu dan tidak suka perubahan yang ada di lingkungannya ataupun perubahan rutinitas. Menurut Handojo 2008 penyandang autisme mempunyai karakteristik antara lain selektif berlebihan terhadap rangsang, kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru, respon stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial, dan mempunyai respon unik terhadap imbalan. Handojo juga menggolongkan perilaku autistik dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif berlebihan dan perilaku yang defisit berkekurangan. Perilaku berlebihan seperti hiperaktif dan tantrum berupa menjerit, berteriak, mengamuk, memukul, dan bahkan menyakiti dirinya sendiri. Sedangkan perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, menyendiri, emosi tidak tepat, bermain tapi tidak benar, menangis tanpa sebab dan melamun.