8. Respon Stres Berdasarkan Urutan Lahir Saudara Kandung
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Urutan Lahir Saudara Kandung dari Anak Autisme di Tangerang Selatan
Tahun 2014 n=15 No. Urutan Lahir
Frekuensi n Persentase
1. Anak pertama
8 53.3
2. Anak kedua
5 33.3
3. Anak ketiga
2 13.3
Total 15
100.0
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil mayoritas responden yang mengalami respon stres yaitu anak yang lahir pertama sebanyak
8 responden 53,3, urutan lahir kedua 5 responden 33,3, dan urutan ketiga 2 responden 13,3.
59
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang
dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan
penelitian.
A. Gambaran Karakteristik Responden.
Karakteristik dari responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, urutan lahir, dan hubungan dengan anak autis. Gambaran umum dari
usia diperoleh hasil dari 30 responden, mayoritas responden berusia 15-17 tahun sebanyak 14 orang 46,7. Responden berusia 11-14 tahun sebanyak
8 orang 26,7, usia 18 tahun sebanyak 6 orang 20,0, dan usia 8-10 tahun sebanyak 2 orang 6,7.
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil mayoritas responden perempuan sebanyak 17 responden 56,7 dan laki-laki sebanyak 13 orang
43,3. Jika dilihat dari urutan lahir mayoritas responden merupakan anak pertama sebanyak 16 responden 53,3 , anak kedua sebanyak 11 responden
36,7 dan anak ketiga sebanyak 3 responden 10,0. Berdasarkan hubungan dengan anak autis diperoleh hasil mayoritas
responden merupakan kakak dari anak autisme sebanyak 23 responden 76,7
dan responden yang merupakan adik dari anak autisme sebanyak 7 orang 23,3.
B. Gambaran Stres Pada Saudara Kandung anak Autis
Berdasarkan distribusi frekuensi nilai stres didapatkan hasil dari 30 responden yang mengalami respon stres sebanyak 15 responden 50,0.
Stres merupakan suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu
merespon peristiwa itu pada level psikologis, emosional, kognitif dan perilaku Richard, 2011.
Penyebab stres atau stresor adalah tuntutan untuk menyesuaikan diri. Menurut Nasir dan Muhith 2011, sumber-sumber stres yang biasa terjadi
dalam kehidupan yaitu sumber stres dari individu, sumber stres dalam keluarga, dan sumber stres dalam lingkungan dan komunitas. Sumber stres
dalam keluarga salah satunya adalah mempunyai anggota keluarga yang sakit ataupun cacat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraiya 2008 menyebutkan, perawatan anak autisme dapat menyebabkan stres pada orang
tua. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan stres pada orang tua yang memiliki anak autisme meliputi kebingungan diagnosa, karakteristik pada
anak autisme, serangkaian tes dan tempat terapi yang belum terbukti, dan sikap orang lain terhadap anak autisme mereka.
Selain stres yang dapat terjadi pada orang tua yang memiliki anak dengan autisme, stres juga dapat dialami oleh saudara kandung. Keadaan autisme ini
dapat menyebabkan beberapa dari saudara kandung merasa malu atau dipermalukan, dan mungkin secara bersamaan merasa bersalah, marah dan
cemburu terhadap saudaranya yang sakit. Selain itu, untuk dapat berpartisipasi dalam aktivitas ekstrakulikuler, ataupun kegiatan sosial akan
berkurang karena kebiasaan sehari-hari terbebani oleh kondisi saudaranya yang sakit Wong, 2006.
Stres yang berat akan menyebabkan perilaku yang tidak efisien dan tidak efektif, tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang adaptif, dan sedikit
menggunakan sistem. Dalam kasus yang cukup berat, stres bisa membebani dan mempengaruhi kepribadian Fauziah, 2005.
Bagi keluarga-keluarga yang tidak berhasil keluar dari tekanan hidup dan memiliki level stres yang tinggi akan mempengaruhi pandangan FQoL
Family Quality of Live sebuah keluarga. Mereka memaknai kesehatan keluarga yang buruk, kesejahteraan ekonomi yang rendah, relasi keluarga
yang kurang harmonis, sedikit mendapat dukungan sosial dan dukungan bagi anak, dan sedikit meluangkan waktu bagi keluarga untuk kegiatan
kebersamaan serta interaksi sosial yang terbatas dengan komunitas Hartanto, 2013.
Responden yang tidak mengalami respon stres sebanyak 15 responden 50,0. Hal ini dapat terjadi karena saudara kandung sudah dapat menerima
keadaan saudaranya yang autisme. Faktor yang mempengaruhi munculnya penerimaan saudara kandung terhadap anak autisme yaitu persepsi terhadap
individu yang menyandang autisme, kesiapan individu dalam menghadapi
anak autisme, hubungan antar anggota keluarga, pola asuh orang tua dan komunikasi yang digunakan antar anggota keluarga Octaviana, 2009.
1. Respon Stres Fisiologis
Berdasarkan distribusi frekuensi dilihat dari respon stres fisiologis diperoleh hasil dari 30 responden, yang mengalami respon
stres fisiologis sebanyak 18 responden 60,0 dan yang tidak mengalami respon stres fisiologis sebanyak 12 responden 40,0.
Respon fisiologis ditandai dengan sulit tidur dengan nyenyak, cepat lelah, nafsu makan berubah, sakit kepala, dan pusing. Kusmiati dan
Desminiarti 1990 dalam National Safety Council 2003 mengatakan hal ini dapat disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi
jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh yang tidak normal.
Hans Selye 1946 dalam Nasir dan Muhith 2011 menjelaskan gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot, dan daya
tahan tubuh menurun. Stres menyebabkan terjadinya mekanisme pertahanan tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada
meningkatnya volume darah. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujan untuk menyiapkan
energi untuk keperluan adaptasi. Epinefrin dan norepinefrin teraktivasi mengakibatkan denyut jantung meningkat dan terjadi
peningkatan darah ke otot. Selain itu juga terjadi peningkatan pengambilan O
2
dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Respon stres seperti ini jika dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan stres akan menimbulkan dampak yang serius. Fauziah
2005 mengatakan, pada sistem fisiologis stres dapat menyebabkan kelemahan dan menurunkan kemampuan seseorang dalam melawan
virus atau bakteri. Hal ini disebabkan karena pada tahap ini cadangan energi untuk penyesuaian telah terkuras. Cadangan energi telah habis
dan menipis akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres Hans Selye, 1946 dalam Nasir dan Muhith, 2011.
Pada saudara kandung khususnya remaja hal ini akan mengganggu proses perkembangan mereka seperti mengganggu
kesehatan fisik mereka, menurunkan kemampuan bersaing di sekolah dan menurunkan aktivitas remaja Kristanti, 2013.
2. Respon Stres Kognitif
Dilihat dari distribusi frekuensi berdasarkan respon stres kognitif diperoleh hasil dari 30 responden yang mengalami respon
stres kognitif sebanyak 16 responden 53,3 dan yang tidak mengalami respon stres kognitif sebanyak 14 responden 46,7.
Respon kognitif dapat terlihat melalui terganggunya proses kognitif individu, seperti sulit berkonsentrasi dengan baik, merasa
tidak tenang, merasa kurang mendapat perhatian dari orang tua, sulit percaya terhadap orang lain, merasa bosan, sulit mengingat sesuatu
dengan baik, dan sulit menyelesaikan tugas tepat waktu. Respon kognitif ini dapat disebabkan karena lapang persepsi
menjadi terbatas dan proses berpikir menjadi terpecah-pecah