Pengertian Pembentukan Kepribadian Pembentukan Kepribadian

9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pembentukan Kepribadian

Pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah sikap kearah kecendrungan terhadap nilai-nilai ke-Islaman. Perubahan sikap tidak terjadi secara spontan, tetapi diantaranya disebabkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide dan perubahan sikap harus dipelajari. Setiap usaha maupun kegiatan yang dilakukan dalam mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar dan landasan tempat berpijak yang kokoh. Pendidikan adalah suatu usaha membentuk manusia harus mempunyai landasan keimanan dan kepada landasan itulah semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan dihubungkan.

1. Pengertian Pembentukan Kepribadian

Istilah pembentukan adalah proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperolah yang lebih baik, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna. 1 Sedangkan kepribadian berasal dari kata personality bahasa Inggris yang berasal dari kata persona bahasa Latin, yang artinya kedok atau topeng yaitu 1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet. Ke-2, h. 39. tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan prilaku, watak atau pribadi seseorang. 2 Menurut Reymond Bernard Cattal yang dikutip oleh Abdul Majid, bahwa ”kepribadian mencakup tingkah laku individu baik yang terbuka lahiriyah maupun yang tersembunyi batiniyah. 3 Secara utuh kepribadian mungkin terbentuk melalui pengaruh lingkungan, terutama pendidikan. Adapun sasaran utama yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak mulia. Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Kepribadian adalah istilah untuk menanamkan tingkah laku seseorang yang secara terintegrasi merupakan suatu kesatuan. b. Manusia karena keturunanya mula-mula hanya merupakan individu, dan barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat menerima pengaruh dari lingkungan sosialnya dengan cara belajar. c. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang sosial seseorang. d. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis seperti bentuk badan, ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keseluruhan dan kesatuan tingkah laku seseorang. e. Kepribadian untuk berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosialnya. 4 Lebih tegas lagi Cattel berpendapat bahwa kepribadian adalah apa yang dapat kita perkirakan termasuk di dalamnya kelakuan seseorang dalam situasi tertentu. 2 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001, Cet. Ke-9, h. 10 3 Abdul Majid, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, Jakarta: Darul Falah, 1999, Cet. Ke-1, h. 78. 4 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Cet. Ke-2, h. 90.-91 Adapun unsur-unsur yang membentuk kepribadian, menurut Cattel antara lain: Pertama, sifat atau unsur dinamik, yaitu berbagai dorongan dari kelakuan yang tujuannya, baik kodrati maupun dipelajari. Kedua, sifat watak. Yang berhubungan dengan ciri yang luas yang tidak berubah dan ia adalah ciri yang membedakan reaksi individu tanpa memandang perasangsang yang menyebabkannya, misalnya cepat memberi reaksi, atau kekuatannya, atau kadar kegiatannya. Ketiga, kekuatan dan kemapuan mental. Yang menentukan kemampuan individu untuk melakukan suatu pekerjaan, yang tercermin dalam kecerdasan, kemampuan khusus dan keterampilan. 5 Dari definisi di atas, diketahui bahwa kepribadian adalah suatu totalitas yang menjadi ciri khas seseorang, yang meliputi prilaku yang nampak, prilaku batin, cara berpikir, falsafah hidupnya dan sebagainya yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin maupun sosial tingkah laku”. Dengan kata lain kepribadian merupakan ciri khas seseorang dan kepribadian dapat dibentuk melalui bimbingan dari luar. Kenyataan ini memberi peluang bagi usaha pendidikan untuk memberi andilnya dalam usaha pembentukan kepribadian. Dalam hal ini diharapkan pembentukan kepribadian dapat diupayakan melalui pendidikan yang sejalan dengan tujuan ajaran Islam. Di bawah ini adalah beberapa teori yang merupakan pijakan untuk mengetahui lebih rinci tentang kepridian antara lain: a. Teori Empirisme Teori ini beranggapan bahwa kepribadian didasarkan pada lingkungan pendidikan yang didapatnya atau perkembangan jiwa seseorang semata-mata bergantung kepada pendidikan dengan segala aktivitasnya, pendidikan merupakan salah satu lingkungan anak didik. Dalam hal ini pendidik dapat berbuat sekehendak hati dalam pembentukan pribadi anak didik sesuai yang diinginkan. Pendidik dapat berbuat sekehendak hatinya seperti pemahat patung kayu atau 5 Abdul Majid, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, h. 78. patung batu darbahan lainya menurut kesukaan pemahat tersebut. Lingkungan dan pendidikan relatif dapat diukur dan dapat dikuasai manusia dan keduanya memegang peranan utama menentukan perkembangan kepribadian manusia. b. Teori Nativisme Teori ini menitik beratkan bahwa “kepribadian terbentuk oleh sifat bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu timbulnya tingkah laku seseorang. Aliran ini dipelopori oleh Arthur Houer. Yang membedakan antara aliran emperisme dan nativisme adalah “ nativisme menitik beratkan penetuan dari tingkah laku dari sudut lingkungan nenek moyang sebelum anak dilahirkan sedang emperis menitik beratkan setelah anak dilahirkan. c. Teori Konvergensi, Teori ini menggabungkan dua aliran diatas. Konvergensi adalah interaksi faktor intern dan faktor lingkungan dalam faktor pembentukan kepribadian, penentuan kepribadian seseorang ditentukan kerja yang integral antara faktor yang internal potensi bawaan maupun faktor eksternal lingkungan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kepribadian menurut aliran konvergensi adalah dipengaruhi oleh faktor ajar. tergantung mana yang lebih dominan aliran ini di pelopori oleh William Stern 1871- 1983.dalam Islampun mengakui bahwa kepribadian dapat dipengaruhi oleh faktor dasar dan faktor ajar. Sebagaimana ada dalam hadist yang maksudnya adalah manusia lahir mempunyai potensi bawaan dan kemudian dapat pula dipengaruhi oleh faktor luar, dalam hal ini adalah orang tuanya. 6 Dari pandangan teori konvergensi tersebut, maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk. 2. Hasil pendidikan adalah tergantung dari pembawaan dan lingkungan. 6 Djunaidatul Munawwaroh Dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: Perspektif Islam dan Umum, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003, Cet. Ke-1, h.57-60. 3. Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik. 7 Penulis menyimpulkan bahwa kepribadian adalah yang menjadi ciri khas seseorang, yang meliputi prilaku yang nampak, pada prilaku seseorang secara batin, cara berpikir, falsafah hidupnya, dan sebagainya yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin maupun sosial tingkah laku.

2. Proses Pembentukan Kepribadian