7. Kegiatan Ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di SMA Negeri 1 Parung adalah: B. Inggris, karya ilmiah remaja, paskibra, pancak silat, karate,
rohis, marawis, pramuka, PMR, volly ball, futsal dan basket.
7
B. Deskripsi Data
Data penelitian tentang model pembentukan kepribadian Islami siswa melalui pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Parung diperoleh melalui
observasi, wawancara dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam untuk mendapatkan gambaran
tentang keadaan SMA Negeri 1 Parung. Sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas III SMA Negeri 1 Parung
Untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa, maka terlebih dahulu
angket tersebut dianalisa dalam bentuk tabel prosentase dan kemudian diuraikan secara rinci.
Data yang diambil tentang model Pembentukan Kepribadian Islami Siswa Melalui Pendidikan Agama Islam, masing-masing jawaban diberikan
empat alternatif jawaban antara lain; 1 Selalu, 2 Sering, 3 Kadang-kadang, 4 Tidak Pernah.
C. Model yang digunakan di SMA Negeri 1 Parung dalam membentuk
pribadi yang Islami
Dalam pendidikan Islam banyak model yang diterapkan dan digunakan dalam pembentukan kepribadian. Namun demikian, di SMA Negeri 1 Parung
model yang digunakan dalam membentukan pribadi siswa yang islami antara lain: Model keteladanan, model pembiasaan, model kedisiplinan, model mendidik
7
Jamaluddin, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wawancara pribadi, Parung: 16 November, 2010
melalui ibrah mengambil pelajaran, Mendidik melalui mauidhzah nasihat,
model mendidik melalui targhib dan Tarhib.
8
Model tersebut digunakan guru pada saat melakukan proses belajar mengajar. Dengan demikian; siswa diajarkan untuk membiasakan perbuatan baik
dan menjauhi keburukan. Dengan melaksanakan shalat seseorang secara otomatis ia akan membiasan prilaku terpuji dengan catatan shalat yang ia lakukan
bermakna dalam kehidupan. 1. Model keteladanan
Model keteladanan ini dimaksudkan adalah upaya untuk membumikan segenap teori yang telah dipelajari kedalam diri seorang pendidik untuk
dipraktekkan dalam prilaku sehari-sehari. Pendidikan lewat keteladanan dengan memberi contoh-contoh konkrit
kepada para siswa. Dalam pembentukan kepribadian, pemberian contoh sangat ditekankan. Guru harus memberikan uswah yang baik bagi para siswanya baik
dalam ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lainnya, karena nilai mereka dinilai dari aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan.
2. Model pembiasaan Model pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses
pembentukan kepribadian, karena model ini adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma kemudian membiasakan anak
didik untuk melakukannya. model ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah amaliah, seperti jama’ah shalat kesopanan pada guru, pergaulan dengan sesama
siswa, sehingga tidak asing di jumpai di sekolah sebagaimana seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya; maka mereka dilatih dan
dibiasakan untuk bertindak demikian.
8
An-Nahlawy Dalam Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : Rosda Karya, hlm.137.
3. Mendidik melalui ibrah mengambil pelajaran Ibrah ialah kondisi yang memungkinkan orang sampai dari pengetahuan
yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya adalah perenungan dan tafakur.
Tujuan pendidikan dari Ibrah adalah mengantarkan pendengar kepada suatu kepuasan pikir akan salah satu perkara aqidah, yang didalam kalbu
menggerakkan, atau mendidik perasaan Rabbaniyyah Ketuhanan, sebagaimana menanamkan, mengokohkan dan menumbuhkan akidah tauhid, petunjukkan
kepada syara’ Allah dan kepatuhan kepada segala perintah-Nya. 4. Mendidik melalui mauidhzah nasihat
Model tersebut harus mengandung tiga unsur antara lain; Uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang. Hal ini siswa,
misalnya sopan santun, keharusan rajin dalam beramal. motivasi untuk melakukan kebaikan;, Peringatan tentang dosa atau bahaya yang akan muncul dari adanya
larangan, bagi dirinaya sendiri maupun orang lain. Dengan kata lain mendidik melalui nasehat adalah nasihat atau peringatan
atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mendidik melalui kedisiplinan Disiplin adalah kesediaan untuk mematuhi ketentuan dan peraturan-
peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan tetapi kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-
peraturan itu. Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa apa yang dilakukan tersebut
tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi. 6. Mendidik melalui targhib dan Tarhib
Model ini adalah janji-janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap suatu maslahat, knikmatan, atau kesenangan akhirat yang pasti
dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan melakukan
amal sholeh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung bahaya atau perbuatan yang buruk. al-Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat
melakukan kesalahan yang dilarang oleh Allah. Model ini dalam teori belajar modern dikenal dengan reward dan
funisment. Yaitu suatu model dimana hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi dari aktifitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka
ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukum ketika ia tidak dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa.
D. Pengolahan Data