Kekuasaan adalah kemampuan seseorang ataupun kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atu kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku sarjana-sarjana yang melihat kekuatan sebagai inti dari politik, beranggapan bahwa politik adalah semua
kegiatan yang
menyangkut masalah
merebutkan dan
mempertahankan kekuasaan yang biasanya dianggap bahwa perjuangan kekuasaan power struggle ini mempunyai tujuan yang
menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Pendekatan ini banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas
ruang lingkupnya dan juga menutup gejala-gejala sosial seperti serikat buruh, organisasi keagamaan, organisasi kemanusiaan dan
kaum militer. Bidang ilmu yang membahas khusus masalah ini disebut politikologi studi pembentukan pembagian kekuasaan.
c. Konflik dan Kerjasama
Perbedaan politik yang menjadi ciri dan menjadi sumber dari tindakan-tindakan dari tema-tema politik, adalah perbedaan antara
kawan-lawan. Pernyataan ini diperjelas dengan ucapan seorang negarawan Inggris yang menyatakan
“we have no permanent friends but we have a permanent policies” yang artinya kami tidak
mempunyai kepentingan yang kekal abadi.
64
Politik adalah perbuatan kemasyarakatan yaitu perbuatan yang diarahkan kepada kelakuan orang-orang lain yaitu bertujuan
64
Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 2
untuk mengatur secara mengikat konflik-konflik kemasyarakatan mengenai nilai-nilai. Lebih lanjut dinyatakan, politik terdiri dari
pertarungan antara aktor-aktor yang mempunyai keinginan- keinginan yang saling bertentangan mengenai pokok-pokok
pertentangan masyarakat.
65
d. Kebijakan Policy
Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif. Kehidupan politik menurut pendirian yang
lazim, meliputi semua aktivitas yang berpengaruh terhadap kebijaksanaan ini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa politik adalah
tindakan yang dijalankan menurut suatu rencana tertentu, terorganisasi dan terarah yang secara tekun berusaha menghasilkan,
mempertahankan atau merubah susunan kemasyarakatan.
66
e. Pembagian Distibution atau Alokasi Allocation
Harold D. Laswell mengatikan politik dengan siapa memperoleh, bilamana, dengan cara apa? J. J jong mengartikan
bahwa : ―…...proses politik akan kita artikan sebagai keseluruhan dari
perbuatan-perbuatan daripada interaksi-interaksi antara orang-orang dan hubungan-hubungan dalam ruang ketegangan antara kuasa
65
A. Hoogerwerf. Politikologi: Pengertian dan problem-problem Jakarta: Erlangga, 1985, 45
66
A. Hoogerwerf. Politikologi: Pengertian dan problem-problem, 43
Negara dan rakyat Negara, antara pemerintah dan warga penduduk, sebagaimana lebih lanjut dibatasi dan dipengaruhi oleh data-data
yuridis. ―Pistis‖, sosial, ekonomi, teknik dan geografis, sepanjang perbuatan-perbuatan dan interaksi-interaksi ini, pemerintahan ini,
yang merupakan pembagian kembali secara umum dari nilai-nilai non materiil yang berorientasi pada keadaan dan bilamana perlu
akan dipertahankan dengan tangan besi.‖
67
Secara singkatnya Harold D. Laswell memberikan pengertian bahwa politik masyaakat Who gets what, when dan how. What disini
terutama berupa kekuasaan atau otoritas pilitik. Sedangkan siapa, kapan, dan bagaimana adalah masalah-masalah yang menentukan
bentuk pengelolaan politik suatu masyarakat.
68
Menurut Deliar Noer politik adalah …..segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud untuk
mempengauhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.
69
Sedangkan menurut Miriam Budiarjo politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sisitem
politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan- tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tindakan-tindakannya.
70
67
Ibid, 45-46
68
Amien Rais, cakrawal Islam Antara cita dan fakta, Bandung, Mizan, 1991, 30
69
Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al- Qur‟an, 37
70
Ibid, 37
2. Politik Dalam Pandangan Islam
Islam adalah satu-satunya agama suci yakni agama Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjadi penutup agama-
agama yang telah dibawa sebelumnya oleh para nabi. Islam adalah agama yang paling sempurna. Didalamnya terdapat semua jawaban atas pertanyaan
dalam kehidupan ini yang terdapat dalam al- Qur’an yang merupakan
mu’jizat paling tinggi yang diberikan Allah Swt. kepada Rasulallah Saw. Dalam al-
Qur’an segala hal dalam tentang kehidupan manusia diatur dan diberikan petunjuknya, seperti tauhid, akhlaq dan ibadah muamalah.
Politik juga dapat disimpulkan atau dikategorikan kedalam bidang ibadah muamalah, yang didalamnya mengatur tentang hubungan manusia dalam
ruang lingkup pemerintahan. Para ahli sepakat bahwa perkembangan pemikiran politik itu
mempunyai hubungan langsung yang tidak terpisah dengan perkembangan sejarah, hal ini dibuktikan dengan jelas dalam ―Pemikiran Politik Islam‖
dimana sejarah Islam itu sendiilah yang membawa dan mencetuskan ―Politik Islam‖ dengan ―Sejarah Islam‖ sejalan dengan masing-masing
saling menyempurnakan ibarat darah dan daging.
71
Dalam Islam politik pertama kali dilakukan oleh nabi-nabi, para nabi diutus oleh Allah Swt untuk membentuk manusia, mengadakan masyarakat
dan ummat dengan tujuan untuk melaksanakan ajaran-ajaran dan perintah Allah Swt. dalam satu lembaga yang berkuasa ―Divine Soverenigty―.
Sebagai contoh yang dialami oleh Nabi Daud As dan Nabi Sulaiman As
71
Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 11
yang bertindak sebagai raja. Bukti lain yang tidak kalah mengagumkannya yaitu ketika Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulallah mendirikan Negara
Madinah yang dimulai dengan peringatan hijrah. Dimana menurut H.A.R Gibb hijrah dapat dipandang pada umumnya sebagai satu titik perubahan
yang memberi satu permulaan masa baru dalam hidup :Muhammad‖ dan akhlaqnya.
72
Dengan sendirinya jika ditinjau Negara yang didirikan Rasulallah Saw beserta kaum muslimin di Madinah, maka ia telah melakukan satu
tindakan politik jika diukur dengan istilah politik dewasa ini. Politik dalam Islam disebut siyasah yang bermakna mengatur urusan
ummat, yang dilaksanakan oleh Negara Pemerintah maupun ummat. Dal;am al-
Qur’an tidak tertulis secara tekstuil mengenai kata siyasah. Namun dalam al-
Qur’an QS. An-Nisa ayat 58-59 membahas tentang menyerahkkan amanat dan penghormatan kepada pemimpin.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
72
Ibid, 26
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. [58] Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnya”. QS. An-Nisa : 58-59 Dua ayat di atas yaitu 58 dan 59 QS. An-Nisa adalah dasar yang
telah diturunkan oleh Allah Swt dengan wahyu sebagai poko pertama didalam mendirikan sesuatu kekuasaan, atau suatu pemerintahan, sekaligus
untuk menaati pemimpin yang memimpin ummat. Yang pertama adalah menyerahkan amanat kepada ahlinya.
Tegasnya, hendaklah seluruh pelaksana pemerintahan, seluruh aparat pemerintah diberika kepada orang yang bisa memegang amanat, orang yang
ahli. Hak pertama ialah kepada rakyat, atau dalam istilah agama, pada ummat pilihan utama puncak pimpinan Negara, yang juga bisa disebut
dengan khalifah, sultan dan presiden. Yang kedua ialah pemerintah untuk menaati Allah Swt. Rasul dan Ulil Amri pemimpin, dengan syariat tidak
betentangan dengan hukum-hukum Allah Swt. yang terdapat dalam al- Qur’an dan al-Hadits yang menjadi petunjuk hidup ummat Islam.
73
73
Hamka, Tafsir Al-Azhar: Juz V Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983, 136
3. Hubungan Politik dan Dakwah
Setelah matang dalam wacana dan ranah ajaran Islam yang syamil, kaffah dan tawazun, muncullah pergulatan antara perlunya kegiatan tarbiyah
memasuki pentas politik atau tetap konsisten di jalur dakwah. Dakwah, menurut konseptor sekaligus negarawan dunia, ibnu khaldun, akan
menambah kuat solidaritas sosial bagi para pelaku maupun objek dakwah. Akumulasi gerakan dakwah yang profesional dan maksimum, sebagaimana
diterapkan Rasulullah, mengakibatkan output yang baik. Pandangan lain menyatakan, Rasulullah ketika menyampaikan amr ma’ruf adalah dalam
rangka merealisasikan langkah dakwahnya. Pada saat itu tidak hanya pengikutnya saja menyukai, bahkan kalangan kafir Quraisy sekalipun
menaruh simpati. Justru ketika Rasulullah menyampaikan amr ma’ruf pada saat itulah langkah politik Rasulullah dimulai. Karena dengan serta merta
para kafir Quraisy merasa terancam status politiknya dan langsung melakukan penyerangan baik fisik maupun psikis terhadap Rasulullah
maupun pengikutnya.
74
Hubungan fungsional antara politik dan dakwah sering tidak mengerti dengan baik oleh sementara kaum Muslimin. Sehingga banyak
yang menganggap bahwa ketika kegiatan politik berdiri sendiri, terpisah sama sekali dari kegiatan dakwah. Bahkan dalam masyarakat kita, ada kesan
kurang positif terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik selalu
74
Djony Edward, Efek Bola Salju, Partai Keadilan Sejatera Bandung : PT. Syaamil Cipta
Media, 2006, 73-74
mengandung kelicikan, hipokrisi, ambisi buta, pengkhianatan, penipu, dan berbagai konotasi buruk lainnya.
75
Dakwah di ranah politik sebenarnya bukan sesuatu yang bid’ah dalam ajaran Islam. Rasulallah SAW dalam sejarah kenabian justru telah
menginspirasikan bahwa dakwah di ranah politik merupakan sesuatu keniscayaan dalam peradaban Islam.
76
Sedangkan menurut Prof. DR. M. Amien Rais, MA, sebagai cendikiawan muslim mengatakan bahwa
kegiatan; dakwah dalam Islam sesungguhnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, karena amr ma’ruf dan nahi munkarjuga meliputi segala
bidang kehidupan. Tetapi jangan dilupakan bahwa semua pendukung amr ma’ruf dan nahi munkar juga menggunakan segenap jalur kegiatan
kehidupan. Secara demikian, kegiatan budaya, politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain, dapat
dijadikan kegiatan dakwah islamiyah da’wah ila Allah maupun dakwah jahiliyah, yakni dakwah yang menjadikan neraka sebagai
muara akhir da’wah ila an-nar. Dari pemahaman seperti ini mudah kita mengerti bahwa politik pada hakikatnya merupakan bagian dari dakwah.
Politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Tetapi bagaimanapun ia didefinisikan, satu hal sudah pasti, bahwa politik menyangkut kekuasaan.
Dalam pengertian sehari-hari, politik juga berhubungan dengan cara dan proses pengelolahan pemerintahan suatu Negara. Bagi seorang muslim,
kegiatan politik harus menjadi kegiatan yang integral dari kehidupannya
75
M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cinta dan Fakta, Bandung : Mizan, 1991, cet. Ke- III, 23
76
Khuzaifah Hanum, ―Dakwah, Politik dan Indonesia‖ terbit 22 Mei 2012, diakses pada tanggal 17 April 2014 dari
httphanumisme.wordpress.com20120522dakwah-politik-dan-indonesia
yang utuh. Karena politik adalah alat dakwah, maka aturan permainan yang harus ditaati juga harus pararel dengan aturan permainan dakwh. Misalnya,
tidak boleh menggunakn paksaan dan kekerasan, tidak boelh menyesatkan, tidak boleh menjungkir balikan kebenaran, dan juga tidak diizinkan
menggunakan induksi-induksi psikotropik yang mengelabui masyarakat. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, rasa tanggung jawab, serta keberanian
menyatakan kebenaran sebagai benar dan yang batil sebagai batil, harus menjadi cirri-ciri politik sebagai fungsi sebagai sarana dakwah. Politik yang
dijalankan oleh seorang muslim, sekaligus yang berfungsi sebagai alat dakwah, sudah tentu bukanlah politik sekuler, melainkan politik yang penuh
komitmen kepada Allah SWT. Tujuan yang diletakkan politik seperti ini bukanlah kekuasaan demi kekuasaan, atau pencapaian kepentingan demi
kepentingan itu sendiri. Semua itu merupakan sarana atau tujuan antara untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya, yaitu pengabdian kepada Allah
SWT. Menurut tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu politik kualitas
tinggi high Politics dan politik kualitas rendah Low Politics. Tetapi paling tidak, ada tiga ciri yang harus dimiliki politik kualitas-tinggi atau
mereka yang menginginkan terselenggaranya high Politics. Pertama, setiap jabatan politik pada hakikatnya merupakan amanah dari masyarakat, yang
harus dipelihara sebaik-baiknya. Kedua, setiap jabatan politik mengandung pertanggung jawaban mas’uliyyah, accountability. Ketiga, kegiatan politik
harus dikaitkan secara ketat dengan ukhuwwah brotherhood, yakni persamaan diantara umat manusia.
77
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bagaimana hubungan antara politik dan dakwah dalam islam. Dimana politik bisa dijadikan
sebagai bagian dari dakwah Islam untuk menyebar luaskan ajaran Islam dan juga membentuk pemerintahan yang berpihak pada rakyatnya.
C. Konsep Manajemen Dakwah Politik
1. Pengertian Manajemen Dakwah
Jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka
“citra professional” dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Dengan demikian, dakwah tidak dipandang dalam
objek ubudiyah saja, akan tetapi diinterpretasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara manajerial organisasi
dakwah. Sedangkan efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal yang harus mendapatkan prioritas.
Aktivitas dakwah diktakan berjalan secara efektif jika apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai, dan dalam pencapaiannya dikeluarkan
pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya, jika kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen
akan menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang
77
M. Amien Rais, Cakrawa Islam, 31
bersangkutan dan akan menumbuhkan sebuah citra [image] profesionalisme di kalangan masyarakat, khusunya dari pengguna jasa dari profesi da’i.
78
Sedangkan A. Rasyid Shaleh mengartikan manajemen dakwah sebagai perencanaan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan
menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah dakwah.
79
Manajemen baik dipandang sebagai ilmu science maupun seni art pada awal exisistensinya dapat dicermati kerap kali berkutat pada persoalan
industri dan bussines.
80
Perkembangan selanjutnya justru manajemen sangat diperlukan dan bermanfaat bagi setiap usaha dalam berbagai bidang, tak
terkecuali sektor dakwah. Semua aktivitas manusia yang memiliki tujuan tak bisa terlepaskan dari urgensi manajemen, sebab manajemen memberikan
pelumas bagi roda aktivitas manusia untuk mengapai dan mengail tujuan yang telah diharapkan dicita-citakan. Demikian halnya aktivitas dakwah
yang memiliki tujuan yang lebih kompleks, tentunya eksistensi manajemen sangat berperan agar substansi dakwah yang akan disampaikan kepada
mad’u melalui berbagai metode menjadi efektif dan efisien.
Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas
78
Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, [Yogyakarta: PT al-Amin Press, 1996], 37
79
A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, [Jakarta: Bulan Bintang, 1993], 123
80
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: CV Haji Masagung,1993, cet. ke-9, 3
dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah.
2. Fungsi-fungsi Manajemen Dakwah
Manajemen sebagai suatu disiplin lmu relatif masih muda usia. Sebagai suatu disiplin ilmu, manajemen dimulai pada saat orang mulai
membuat sistematika, kodifikasi, dan anjuran mengenai bagaimana memanajemeni organisasi dengan lebih baik. Kemudian lahirlah berbagai
teori yang dapat diajarkan dan dipelajari.
81
Adapum unsur-unsurnya sebagai berikut :
82
a. Planning perencanaan sebagai formulasi tindakan di masa
mendatang diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi.
b. Decision making pengambilan keputusan sebagai langkah
manajer secara bijaksana untuk memilih dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dapat ditempuh.
c. Organizing
pengorganisasian sebagai
upaya mempertimbangkan tentang susunan organisasi, pembagian
pekerjaan, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggung jawab dan lain-lain, yang apabila dikerjakan secara seksama akan menjamin
efisiensi penggunaan tenaga kerja.
81
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, UIN Jakarta Press, 1
82
Ibid, 24